Pertemuan 4
A.
Syekh Abdur Rauf Singkili
1.
Biografi
Singkili merupakan seorang ulama,
penyair, budayawan, ulama besar, pengarang tafsir, ahli hukum, cendikiawan
muslim dan seorang Sufi Melayu dari Fansur, Singkel, di wilayah pantai
barat-laut Aceh. Nama lengkapnya Abd Rauf bin Ali al-Jawi al-Fansuri
as-Sinkili. Tak ditemukan keterangan yang pasti tentang tahun kelahirannya.
Hanya saja, mengikuti perhitungan mundur Rinkes, sebagaimana disinggung
Azyumardi Azra dalam Jaringan Ulama, as-Sinkili lahir sekitar tahun
1024/1615. Oleh sejumlah besar sejarawan, tahun ini disepakati sebagai
tahun kelahirannya.
Nenek moyang As-Sinkili
berasal dari Persia yang datang ke Kesultanan Samudera Pasai pada akhir abad
ke-13. Mereka kemudian menetap di Fansur (Barus) sebuah kota pelabuhan tua yang
penting di Sumatera Barat. Sayang, latar belakang keluarga as-Sinkili tidak
terekam secara jelas. Informasi yang cukup membantu disodorkan Peunoh Daly
dalam Naskah Mi’ratut Thullab karya Abdurrauf Singkel adalah bahwa ayah
as-Sinkili berasal dari Arab yang menikahi seorang wanita dari Fansur. Hal ini
amat mungkin, sebab waktu itu Samudera Pasai dan Fansur kerap dikunjungi
pedagang dari Cina, India, Yahudi, Persia, dan Arab.
2.
Pendidikan
Pendidikan As-Sinkili
di masa kecil ditangani oleh ayahnya-seorang alim yang mendirikan madrasah
dengan murid-murid berasal dari pelbagai tempat di Kesultanan Aceh. Ia lantas
pergi ke Banda Aceh untuk berguru kepada Syam ad-Din as-Samartrani. Pada tahun
1052/1642, as-Sinkili mengembara ke Tanah Haram untuk menambah pengetahuan
agama sekaligus menunaikan ibadah haji.
Dalam
perjalanannya, As-Sinkili singgah di beberapa tempat. Mulai dari Doha, Qatar,
ia belajar kepada Abd al-Qadir al-Mawrir. Lalu ke Baitul Faqih, Yaman, berguru
kepada ulama dari keluarga Jam’an seperti Ibrahim bin Muhammad bin Jam’an,
Ibrahim bin Abdullah bin Jam’an, Qadi Ishaq bin Abdullah bin Jam’an.
Setelah dari
Baitul Faqih, As-Sinkili ke Jeddah dan berguru kepada Abd al-Qadir al-Barkhali.
Kemudian ia ke Mekkah dan belajar kepada Badr ad-Din al-Lahuri dan Abdullah
al-Lahuri. Terakhir ke Madinah, berguru kepada Ahmad al-Qusyasyi dan Ibrahim
al-Kurani.
Dalam
pengembaraan ini, As-Sinkili memakan waktu kurang lebih selama 19 tahun.
Dalam rentang waktu tersebut, ia belajar agama kepada tak kurang dari 19 guru,
27 ulama masyhur, dan 15 tokoh mistik kenamaan. Dari sejumlah gurunya,
tampaknya yang paling berpengaruh adalah Ahmad al-Qusyasyi dan Ibrahim
al-Kurani.
Pada sekitar
tahun 1584/1661 As-Sinkili kembali ke Aceh. Dalam waktu singkat kharisma As-Sinkili
menguat dan mampu memagut simpati Sultanah Safiyyatuddin yang memerintah
Kesultanan Aceh ketika itu, tahun 1645-1675). As-Sinkili kemudian diangkat
sebagai Qâdi Mâlik al-‘Âdil atau mufti yang betanggung jawab atas
masalah-masalah keagamaan. Hingga pada tahun 1693, ia wafat dan dikebumikan di
samping makam Teungku Anjong yang dianggap paling keramat di Aceh.
3.
Karya tulis
As-Sinkili
merupakan ulama yang sangat produktif. Tidak kurang dari 30 kitab dari pelbagai
disiplin ilmu telah dihasilkan. Karya tulisnya yang diketahui lebih kurang dua
puluh buah dalam berbagai bidang ilmu-sastra, hukum, filsafat, dan tafsir,
antara lain;
a.
‘Umdat al-Muhtajin ila suluki
Maslak al-Mufridin; dengan terjemahannya sendiri; Pegangan bagi yang
Berkehendak Menjalani Jalan Orang yang Menggunakan Dirinya. Dalam karya ini
diterangkannya tentang tasawuf yang dikembangkannya itu. Dzikir dengan mengucap
La Illah pada masa-masa tertentu merupakan pokok pangkal tarikat ini.
Kitab tersebut terdiri atas tujuh faedah dan bab. Sesudah faedah yang
ketujuh diberinya khatimah yang berisi silsilah. Di samping memberi penjelasan
tentang ajaran Abdur-Rauf, silsilah ini juga memberikan gambaran di mana dengan
cara apa para ulama dan para pengarang besar Melayu lainnya mendapatkan ilmu
pengetahuan. Dalam kitab ini pula ia menyebut telah berada selama 19 tahun di
negeri Arab.
b.
Mir’at al-Tullab fi Tashil Ma’rifat
al-Ahkam al-Syar’iyah li’l-Malik al-Wahab. Dalam kitab ini disebutkan bahwa ia
mengarang atas perintah Sultanah Tajul-Alam Safyaituddin Syah. Isinya tentang
ilmu fikih menurut mazhab Syafi’i. Ilmu mu’amalat yang tidak dibicarakan dalam Sirat
al-Mustaqim karangan Nuruddin ar-Raniri, ditulis disini.
c.
Kifayat al-Muhtajin ila Suluk Maslak
Kamal al-Talibin. Dalam karya ini disebutkan, bahwa ia diperintahkan oleh
Sultanah Tajul-Alam. Isi kitab ini tentang ilmu tasyawuf yang dikembangkan oleh
Abdur-Rauf.
d.
Mau’izat al-Badi’ atau al-Mawa’ith
al-Badi’ah. Karya ini terdiri atas 50 pengajaran dan ditulis berdasarkan Al
Qur’an dan Hadits, ucapan para sahabat Nabi Muhammad saw serta ulama-ulama
besar.
e.
Tafsif al-Jalalain, Abdur-Rauf juga
telah menterjemah sebagian teks dari Tafsir al-Jalalain, surah 1 sampai dengan
10.
f.
Tarjuman al-Mustafiq, merupakan
saduran dalam bahasa Melayu dari karya bahasa Arab.
g.
Syair Ma’rifat, Syair ini terdapat
dalam naskah Oph 78, perpustakaan Leiden, yang disalin pada 28 Januari 1859 di
Bukit Tinggi.
Dalam bidang
tafsir Al-Qur’an, as-Sinkili memang bertekad untuk menulis tafsir terlengkap
berbahasa Melayu. Sebelum Tarjumân al-Mustafîd memang telah ada sepenggal
tafsir atas Surah al-Kahfi yang ditulis pada masa Hamzah al-Fansuri. Namun
sayang, tidak diketahui secara pasti siapa penulisnya.
Meski
as-Sinkili tidak menorehkan angka tahun untuk penyelesaian Tarjumân
al-Mustafîd, namun diyakini tafsir ini ditulis selama masa karirnya yang
panjang di Aceh pada akhir abad ke-17 dan awal abad ke-18. Tafsir ini tercatat
sebagai tafsir paling awal yang ditulis secara lengkap. Karena itulah, sangat
wajar jika tafsir ini beredar luas di wilayah Melayu-Indonesia. Bahkan edisi
cetaknya juga tersebar di komunitas Melayu di Afrika Selatan.
Hal lain yang tidak
kalah penting, bahwa edisi cetaknya yang tidak hanya diterbitkan di Penang,
Singapura, Jakarta, dan Bombay, tetapi juga di Timur Tengah. Di Istanbul,
tafsir ini diterbitkan oleh Mathba’ah al-Utsmaniyyah pada 1302/1884. Kemudian
tafsir ini juga diterbitkan di Kairo oleh Sulaiman al-Maragi, dan di Mekkah
oleh al-Amiriyyah. Di Jakarta sendiri tafsir ini diterbitkan pada tahun 1981.
4.
Peran Abdurrauf Singkel dalam mensyiarkan Islam di Indonesia
a.
Menjadi pelajar
yang gigih
b. Menjadi ulama yang produktif dalam
pelbagai disiplin ilmu.
c. Membuat karya tulis dalam berbagai
disiplin ilmu bidang ilmu-sastra, hukum, filsafat, dan tafsir
5.
Keteladanan yang dapat diambil dari Abdurrauf
Singkel
a. Semangat tinggi dalam belajar (beliau menuntut
ilmu sampai ke Tanah Haram)
b. Ulama yang sangat produktif. Sebagai
buktinya 30 kitab telah dihasilkan dari pelbagai disiplin ilmu
c. Ahli dalam berbagai disiplin ilmu
sebagai buktinya adanya karya tulis lebih kurang dua puluh buah dalam berbagai
bidang ilmu-sastra, hukum, filsafat, dan tafsir
Soal Latihan
1. Syaikh Abdur Rauf as-Singkili adalah seorang
tokoh penyebar Islam di Indonesia yang banyak mempunyai karya. Tuliskan tiga
karya tulis Syaikh Abdur Rauf asSingkili yang kamu ketahui!
2. Bagaimana peran Syaikh Abdur Rauf as-Singkili dalam
perkembangan Islam di Indoensia ?
3. Sebutkan keteladanan yang dapat diambil dari Syaikh
Abdur Rauf as-Singkili!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar