10 Masalah Peserta Didik Beserta Solusinya
Oleh Nurul Jubaedah, S.Ag.,S.Pd.,M.Ag (Guru SKI di MTsN 2 Garut)
Penulis mengajar Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) sebanyak 14 kelas, 11 kelas di kelas IX dan 3 kelas di kelas VIII pada tahun pelajaran 2022/2023. Penulis selain mengajar juga merangkap sebagai wali kelas IX-C. Penulis melakukan penelitian sikap di kelas IX-C pada tanggal 21 Februari 2023.Berdasarkan hasil observasi, peserta didik yang memiliki masalah di kelas IX-C sebanyak 21 orang dan 11 orang memilih tidak berkomentar. Maka penulis menyimpulkan secara umum beberapa masalah peserta didik bisa dikategorikan sebagai berikut :
1. Masalah Keagamaan
Penulis menemukan 3 orang yang sangat membutuhkan bimbingan keagamaan mulai dari bacaan solat, surat pendek, dan doa-doa harian. Pendidikan agama Islam merupakan pilar pendidikan karakter, karena pendidikan agama Islam menjadi rasa keimanan, dimana keimanan menjadi dasar pendidikan akhlak. Moralitas inilah yang menyebabkan peserta didik menjadi religius.
Solusi :
Sebagai guru dan wali kelas IX-C membimbing 3 orang tersebut dengan jadwal berdasarkan kesepakatan. Menyelipkan pendidikan karakter, moderasi beragama, dan bimbingan spiritual di setiap ada jadwal mengajar kepada peserta didik dapat membuat mereka tetap teguh pendiriannya dan tidak mudah terombang-ambing oleh segala godaan perbuatan negatif. Dengan ilmu agama yang dimilikinya, peserta didik dapat memahami mana yang baik dan mana yang buruk.
2. Masalah Keluarga
Beberapa peserta didik mungkin mengalami masalah keluarga seperti perceraian, kekerasan dalam rumah tangga, atau masalah lain yang dapat memengaruhi ketenangan mereka di kelas. Berbagai ciri peserta didik yang mengalami broken home antara lain: Temperamen. Anak yang mengalami broken home cenderung memiliki emosi yang tinggi. Pendiam, lebih sensitif, sulit percaya, dan sangat mudah takut.
Solusi :
Adapun cara menyikapi korban broken home adalah dengan mendukungnya sepenuh hati baik melalui pendekatan psikis maupun berdasarkan sudut pandang agama. Tunjukkan bahwa seorang guru sedang dalam masalah atau senang tetap bersama mereka. Lakukan hal-hal yang positif dan bermanfaat bersama. Menyadarkan peserta didik bahwa bukanlah akhir dari segalanya
3. Masalah Sosial
Masalah sosial apa yang dihadapi peserta didik?. Beberapa peserta didik mungkin mengalami masalah sosial seperti kesulitan dalam berinteraksi dengan teman sekelas atau kesulitan dalam membangun hubungan dengan orang lain di lingkungan sekolah. Contoh lain masalah sosial di lingkungan sekolah seperti pelanggaran tata tertib sekolah. Contoh paling sederhana dan paling umum dari masalah sosial di sekolah adalah melanggar peraturan sekolah. Kecurangan selama asesmen, berseteru atau berkelahi.
Solusi :
Apa yang harus guru lakukan untuk mengatasi masalah sosial di kelas? Cara mengatasi masalah sosial di lingkungan sekolah salah satu diantaranya dengan cara berkomunikasi dan mengimplementasikan informasi yang ditujukan kepada peserta didik di sekolah. Mengusulkan dan melaksanakan berbagai kegiatan kepemimpinan untuk peserta didik sekolah. Memberikan motivasi dan semangat yang berbeda bagi peserta didik di sekolah.
4. Masalah Emosional
Beberapa peserta didik mungkin mengalami masalah emosional seperti kecemasan, depresi, stres, atau masalah lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuan mereka untuk belajar dan berinteraksi di kelas. Bagaimana cara membimbing peserta didik dalam mengatur emosi saat memilih situasi?. Saat peserta didik berada dalam situasi yang dapat memicu emosi yang tidak diinginkan, ajari mereka cara keluar dari situasi tersebut.
Solusi :
Jadilah panutan yang baik: Sebagai seorang pendidik, Anda harus menjadi panutan yang baik bagi peserta didik Anda. Tunjukkan sikap positif dan jangan tunjukkan emosi yang tidak terkendali di depan peserta didik.
Jadilah pendengar yang baik: Dengarkan baik-baik ketika peserta didik berbicara tentang masalah atau kekhawatiran mereka. Tunjukkan empati dan dukungan.
Kenali dan puji: Berikan pengakuan dan pujian ketika peserta didik melakukan sesuatu dengan baik atau menyelesaikan tugas dengan sukses. Hali ini akan membantu meningkatkan kepercayaan diri mereka.
Gunakan pendekatan proaktif: Jangan menunggu peserta didik mengalami masalah atau emosi negatif, tetapi proaktif dengan memberikan informasi dan membimbing mereka untuk mengelola emosi mereka.
Ajarkan Strategi Manajemen Emosi: Ajari peserta didik strategi manajemen emosi seperti meditasi, teknik relaksasi dan pernapasan. Ini membantu mereka mengatasi stres dan emosi negatif.
Gunakan metode pembelajaran interaktif: Gunakan metode pembelajaran interaktif seperti diskusi kelompok, simulasi, dan permainan peran untuk membantu peserta didik memahami dan mengelola emosi mereka.
Menciptakan Lingkungan Positif: Ciptakan lingkungan belajar yang positif dan nyaman yang membantu peserta didik merasa aman dan terbuka untuk berbagi perasaan dan pemikiran mereka.
Dengan mengikuti langkah-langkah di atas, Anda dapat membantu peserta didik mengelola emosi mereka dengan lebih baik dan menciptakan lingkungan belajar yang positif dan produktif.
5. Kesulitan Belajar
Peserta didik mengalami kesulitan memahami materi pembelajaran, memperoleh keterampilan tertentu, atau menyelesaikan tugas dan tes. Faktor penyebab kesulitan belajar peserta didik dapat dibagi menjadi dua bagian.
Pertama, faktor yang berasal dari individu peserta didik itu sendiri, seperti gangguan kesehatan, gangguan pendengaran dan penglihatan, kurang konsentrasi saat belajar, dan lain-lain. Kedua, faktor yang berasal dari luar diri peserta didik, seperti kondisi belajar yang tidak kondusif, beratnya beban belajar, dan lain-lain.
Solusi :
Peran guru untuk mengatasi kesulitan peserta didik yaitu, memperhatikan peserta didik yang mengalami kesulitan belajar, memanfaatkan lingkungan belajar, memberikan tugas dan latihan agar peserta didik mau belajar sendiri, membimbing kelompok belajar peserta didik, menggunakan model pembelajaran yang variatif, kreatif, dan inovatif. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa upaya guru dalam mengatasi kesulitan belajar ada empat: pengajaran remedial, pengulangan materi (pengayaan), motivasi belajar, pengembangan sikap yang baik dan kebiasaan belajar.
6. Kurangnya Motivasi
Beberapa peserta didik mungkin kurang termotivasi dalam belajar, dan dapat mengalami kesulitan dalam menemukan minat pada pelajaran atau aktivitas di kelas.
Solusi :
Ada beberapa cara untuk meningkatkan motivasi peserta didik, antara lain, menetapkan tujuan yang jelas dan terukur bagi peserta didik dapat membantu mereka memusatkan energi dan upaya untuk mencapai tujuan tersebut. Pemberian penghargaan dan pujian kepada peserta didik yang berhasil mencapai cita-citanya atau berhasil melakukan sesuatu dapat meningkatkan motivasinya untuk terus mencapai keberhasilan.
Memberikan tantangan kepada peserta didik dapat menciptakan rasa ingin tahu dan semangat untuk belajar lebih banyak. Menggunakan metode pembelajaran yang berbeda dapat membantu peserta didik mempertahankan minat dan melanjutkan pembelajaran dengan cara yang berbeda.
Menciptakan lingkungan belajar yang positif dengan suasana yang menyenangkan dan mendorong dapat membantu peserta didik merasa nyaman dan termotivasi untuk belajar. Membuat koneksi ke dunia nyata lingkungan sekitar dapat membantu peserta didik melihat hubungan antara apa yang mereka pelajari dan kehidupan sehari-hari, membuat mereka lebih termotivasi untuk belajar.
7. Kurangnya Perhatian
Beberapa peserta didik mungkin tidak dapat memusatkan perhatian mereka pada pelajaran atau aktivitas di kelas, dan dapat mengalami kesulitan dalam mempertahankan perhatian mereka selama jangka waktu yang lama.
Solusi :
Mendengarkan secara aktif membantu Anda memahami apa yang ingin dikatakan peserta didik sehingga Anda dapat menanggapinya dengan tepat. Memberikan umpan balik positif kepada peserta didik dapat membantu meningkatkan kepercayaan diri dan antusiasme mereka untuk belajar.
Menggunakan bahasa tubuh terbuka seperti senyuman atau kontak mata, dapat membantu peserta didik merasa lebih nyaman dan terlibat dalam proses pembelajaran. Tunjukkan minat pada apa yang dibicarakan peserta didik. Ini dapat membantu membangun hubungan yang positif dan meningkatkan motivasi mereka untuk belajar.
Menjadwalkan pertemuan satu lawan satu dengan peserta didik membantu Anda lebih memahami kebutuhan belajar mereka dan memberikan bantuan yang lebih spesifik. Melibatkan peserta didik dalam diskusi dan memberikan kesempatan untuk berbicara dapat membantu mereka merasa dihargai dan meningkatkan partisipasi mereka dalam pembelajaran.
Menghormati perbedaan individu dan keragaman budaya dapat membantu menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan memperkuat ikatan antara peserta didik dan pendidik.
Melakukan hal-hal ini secara konsisten dapat membantu Anda memberikan banyak perhatian kepada peserta didik Anda dan membantu mereka mencapai potensi belajar penuh mereka.
8. Gangguan Perilaku
Beberapa peserta didik mungkin memiliki masalah perilaku, seperti ketidakpatuhan, agresi, atau gangguan perilaku lainnya, yang dapat mengganggu pembelajaran di kelas.
Solusi :
Menciptakan lingkungan belajar yang aman dan agar semua peserta didik merasa nyaman dan terhindar dari kenakalan. Mendengarkan dan mencoba memahami peserta didik dengan masalah perilaku. Cobalah untuk mencari tahu alasan perilaku tersebut dan bantu peserta didik untuk memecahkan masalah.
Menerapkan konsekuensi, tindakan yang tidak sesuai dengan aturan harus memiliki konsekuensi. Dalam hal ini diperlukan aturan dan sanksi yang jelas agar peserta didik memahami bahwa perilaku yang tidak diinginkan tidak dapat diterima.
Peserta didik dengan gangguan perilaku membutuhkan perhatian khusus dari guru. Ini dapat membantu mereka merasa diterima dan meningkatkan motivasi mereka untuk belajar. Keterlibatan orang tua atau wali peserta didik dalam pemecahan masalah perilaku peserta didik dapat membantu terciptanya kesinambungan dalam kegiatan baik di sekolah maupun di rumah.
Mengembangkan strategi alternatif, bekerja dengan tim pengajar untuk mengembangkan strategi alternatif, seperti program bimbingan belajar dan konseling atau pendekatan pedagogis khusus, yang sesuai untuk peserta didik berkebutuhan khusus. Dalam hal ini, penting bagi pedidik untuk selalu mengambil pendekatan proaktif, memahami penyebab gangguan perilaku dan mencoba menyelesaikannya secara positif dan terstruktur.
9. Ketidakmampuan dalam Beradaptasi
Beberapa peserta didik mungkin kesulitan untuk beradaptasi dengan lingkungan sekolah atau kurikulum yang berbeda, yang dapat menyebabkan stres atau kesulitan dalam belajar.
Solusi :
Berikan dukungan sosial dan emosional untuk membantu mereka merasa nyaman dan aman di lingkungan baru mereka. Guru atau konselor sekolah dapat memotivasi dan memperkenalkan peserta didik dengan lingkungan dan teman sekelas.
Komunikasi yang efektif dengan peserta didik dan orang tua dapat membantu mengklarifikasi harapan dan membangun kepercayaan. Peserta didik perlu diberi tahu apa yang diharapkan dari mereka dan bagaimana mereka akan bertahan di lingkungan baru.
Perencanaan dan pengorganisasian. Untuk merencanakan dan mengatur waktunya, peserta didik membutuhkan informasi tentang peraturan sekolah dan kurikulum. Membantu merencanakan dan menyeimbangkan waktu belajar dan bermain membantu peserta didik merasa lebih teratur.
Kerjasama antar guru. Guru dan staf sekolah dapat bekerja sama untuk membantu peserta didik mengatasi kesulitan penyesuaian. Mereka dapat memperkenalkan peserta didik kepada teman sekelas dengan minat yang sama, mengatur konferensi orang tua-guru, dan memberikan dukungan akademik yang diperlukan.
Tumbuhkan kepercayaan diri. Guru dapat membantu peserta didik mengembangkan kepercayaan diri dan kemandirian. Mereka dapat memberikan tugas yang sesuai dengan kemampuan peserta didik, memberikan pujian dan umpan balik positif, serta membantu peserta didik menemukan bakat dan minatnya.
Mengembangkan keterampilan sosial. Guru dapat membantu peserta didik mengembangkan keterampilan sosial dan interpersonal, seperti berbicara dengan orang asing, bergaul dengan teman sekelas, dan bekerja sama dalam kelompok. Keterampilan ini membantu peserta didik menikmati dan berhasil dalam lingkungan sekolah yang baru.
10. Masalah Kesehatan
Beberapa peserta didik mungkin mengalami masalah kesehatan yang dapat mempengaruhi kemampuan mereka untuk belajar, seperti gangguan kesehatan mental atau fisik. Secara fisik mereka harus menjaga pola makan dan pola hidup sehat. Bagaimana cara menjaga kesehatan mental peserta didik?
Peserta didik yang memiliki kesehatan mental yang tidak sehat memiliki suasana hati yang berubah-ubah, menarik diri dari pergaulan, sulit berkonsentrasi, mudah merasa marah atau sedih, dan lainnya.
Solusi :
Membangun hubungan baik dengan peserta didik. Peserta didik yang merasa nyaman dan aman dalam hubungannya dengan guru atau pendidik lebih terbuka dan lebih mungkin berbagi masalah mentalnya. Memberikan dukungan dan bantuan bila diperlukan. Bantu peserta didik mengidentifikasi sumber stres dan masalah yang mendasari dan memberikan saran yang tepat untuk mengatasi masalah ini.
Dapatkan bantuan profesional. Jika peserta didik membutuhkan bantuan tambahan, dorong mereka untuk mencari bantuan dari ahli kesehatan mental profesional, seperti psikolog atau psikiater. Memberikan pendidikan kesehatan mental yang baik dapat membantu peserta didik memahami pentingnya menjaga kesehatan mental dan bagaimana melakukannya.
Menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan mental, misalnya dengan menawarkan program pengembangan diri atau aktivitas pengurangan stres. Terus memantau kemajuan peserta didik. Penting untuk mengetahui perkembangan kesehatan mental peserta didik, dan jika terjadi perubahan atau kemunduran, segera diambil tindakan yang diperlukan.
Daftar Pustaka
Al-Jawi, M. S. (2006, May). Pendidikan di Indonesia: Masalah dan Solusinya. In Makalah dalam Seminar Nasional Potret Pendidikan Indonesia: Antara Konsep Realiti dan Solusi, diselenggarakan oleh Forum Ukhwah dan Studi Islam (FUSI) Universitas Negeri Malang (Vol. 7).
Arestu, O. O., Karyadi, B., & Ansori, I. (2018). Peningkatan kemampuan memecahkan masalah melalui Lembar Kegiatan Peserta Didik (Lkpd) berbasis masalah. Diklabio: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Biologi, 2(2), 58-66.
Nento, A. (2019). Peran Guru Bimbingan Konseling Dalam Memberi Solusi Siswa Yang Broken Home. Linear: Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(2), 27-41.
Wati, A. K., & Muhsin, M. (2019). Pengaruh Minat Belajar, Motivasi Belajar, Lingkungan Keluarga, dan Lingkungan Sekolah Terhadap Kesulitan Belajar. Economic Education Analysis Journal, 8(2), 797-813.
Biodata
Nurul Jubaedah lahir di Garut, 19 Mei 1978. Mengajar di MTsN 2 Garut. Pendidikan : D1 Akuntansi (1995), S1 PAI UNIGA ( 2001), S1 Bahasa Inggris STKIP Siliwangi Cimahi (2007), S2 PAI UIN SGD Bandung (2012). Prestasi : Pembimbing KIR : Membimbing 27 judul Karya Ilmiah Remaja kategori sosial budaya, menghantarkan peserta didik juara 1,2,3, dan harapan 1 kategori Sejarah, Geografi, dan Ekonomi (tingkat Provinsi), juara harapan 1 dan 2 (tingkat Nasional) (Juli 2019-September 2021), guru berprestasi tahap 1 di GTK Madrasah (2021) dan juara favorit (2022), lolos tahap 3 AKMI KSKK Madrasah (Februari 2022). Karya : 4 buku solo, 25 buku antologi (Januari 2021 -Maret 2023). Memiliki 900 konten pendidikan di canal youtube dan 110 artikel (Oktober 2021-Maret 2023). Blog : http://nuruljubaedah6.blogspot.com/. Instagram (nj_78). Email : nuruljubaedah6@gmail.com. Whatsapp : 081322292789.
Lengkap Bu
BalasHapusTerima kasih banyak sudah berkunjung Salam Literasi
HapusTulisan nya sangat menginspirasi
BalasHapusTerima kasih banyak sudah berkunjung dan memberikan support. Salam Literasi ibu.
HapusTerima kasih banyak ilmunya Bu
BalasHapusSalam sukses selalu
Terima kasih atas support dan kunjungannya salam Literasi
Hapus