5
Kesulitan dan Solusi Belajar Peserta didik
Oleh Nurul Jubaedah,
S.Ag.,S.Pd.,M.Ag (Guru SKI di MTsN 2 Garut)
Kesulitan
1. Rendahnya
daya serap peserta didik terhadap pembelajaran akibat posisi duduk
peserta didik dan suasana ribut di dalam
kelas.
2. Kurangnya dukungan orang
tua dalam pendampingan pembelajaran yang menyebabkan
peserta didik sering tidak masuk kelas dan kurangnya minat dalam
belajar.
3. Kurangnya
adaptasi
dengan teman dan guru, kurang minat terhadap mata pelajaran tertentu, dan
pengaruh lingkungan
sekitar.
4. Kendala
adaptasi dari masa pandemi ke new normal menyebabkan learning loss
akibatnya konsentrasi peserta didik di kelas menurun drastis.
5. Kurangnya sarana dan prasarana yang menunjang
pembelajaran peserta didik baik di sekolah maupun di rumah.
Solusi
1. Guru menganalisis
nilai peserta didik dalam pembelajaran pada semester sebelumnya (PR, PH, PAS atau PAT),
mengevaluasi
perilaku peserta didik di kelas serta menanyakan dan meminta bimbingan langsung kepada
guru sesuai dengan pelajaran yang kurang mereka
kuasai. Guru
sebaiknya menggunakan
model atau
metode pembelajaran yang
bervariasi sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.
Guru diharapkan menggunakan
strategi
4C (Collaboration, communication, critical thinking dan creativity)
dalam melaksanakan pembelajaran abad 21. Hal ini dapat
memberi kesempatan lebih besar kepada peserta didik agar mereka menuangkan pendapatnya
sehingga peserta didik dapat ikut berperan aktif dalam suatu proses
pembelajaran. Strategi
4C ini menerapkan metode diskusi agar dapat
tercipta suasana belajar yang menyenangkan, tidak membuat peserta didik yang tegang,
dan cepat jauh dalam mengikuti suatu proses pembelajaran.
Di samping itu peserta
didik juga
perlu meningkatkan
motivasi belajarnya terutama tetap
ulet dalam
menghadapi kesulitan,
bekerja kelompok, mencari dan memecahkan masalah pada soal-soal, melaksanakan
tugas- tugas yang diberikan
guru. Jika ada pertanyaan yang diberikan guru maka peserta
didik hendaknya melakukan diskusi dan tukar pendapat atau informasi kepada
teman sekelompoknya agar menghasilkan suatu jawaban yang benar dari pertanyaan
tersebut.
Melalui 4C ini akan otomatis merolling tempat duduk sekaligus meminimalisir
keributan di kelas.
2. Guru atau wali kelas melaksanakan home visit. Kunjungan
guru
membuat peserta didik merasa bahwa sekolah selalu peduli dan menjaga mereka.
Kunjungan tersebut memberikan kesempatan kepada para guru untuk menyaksikan dan
mengamati secara langsung bagaimana anak-anak belajar, perjalanan hidup mereka
dan permasalahan yang mereka hadapi dalam keluarga mereka.
Guru
berkesempatan memberikan informasi kepada orang tua peserta didik tentang
bagaimana mendidik dengan baik, bagaimana memecahkan masalah yang dihadapi
anaknya. Hubungan antara orang tua dan guru akan semakin erat. Kunjungan dapat
memotivasi orang tua untuk lebih berpikiran terbuka dan dapat bekerja sama
untuk meningkatkan pendidikan anak-anaknya.
Guru
memiliki kesempatan untuk melakukan wawancara tentang situasi atau fakta yang
berbeda tentang sesuatu yang ingin diketahuinya. Komunikasi dan pertukaran
informasi tentang kondisi anak dan pertukaran instruksi antara guru dan orang
tua
dapat meningkatkan minat belajar peserta didik.
Selain Home visit guru atau wali kelas juga dapat mengundang orangtua ke sekolah,
melaksanakan Case Conference. Case Conference merupakan rapat atau conference
tentang kasus. Cara lainnya adanya Badan pembantu sekolah yaitu bentuk kerjasama organisasi
antara sekolah atau guru dengan orangtua murid.
Mengadakan Surat Menyurat
Antara Sekolah Dan Keluarga dan adanya Daftar Nilai Atau Raport.
3.
Ketika peserta didik baru
menginjakkan kaki di lingkungan baru, temani dan dekati karena mereka masih
membutuhkan kehadiran orang dewasa untuk membuat mereka merasa aman. Berkomunikasilah
dengan peserta didik tentang lingkungan baru yang mereka hadapi. Perkuat visual sesuai minat peserta
didik, seperti lokasi yang menyenangkan, memproyeksikan citra positif dan
bahagia tentang tempat baru.
Salah satu kunci aklimatisasi adalah frekuensi kunjungan, bukan durasi.
Semakin sering peserta didik berada di tempat baru, semakin mudah bagi mereka
untuk beradaptasi. Perhatikan keadaan peserta didik yang akan lebih mudah
beradaptasi ketika mereka berada dalam suasana hati yang baik dan tidak
gelisah, lapar atau mengantuk. Pastikan dalam keadaan sehat, tidak sakit atau
lelah. Baik kondisi fisik maupun mental mempengaruhi keberhasilan peserta didik
dalam proses adaptasi.
Mengenali temperamen peserta didik. Ada tiga jenis temperamen, yaitu easy
(mudah), slow “panas” (slow to warm up) dan tough (sulit).
Peserta didik dengan temperamen yang menyenangkan, mereka tidak akan mengalami
banyak kesulitan dalam beradaptasi. Guru harus lebih memperhatikan peserta
didik dengan kepribadian yang sulit. Biarkan mereka mengamati lingkungan
barunya terlebih dahulu. Jangan pernah memaksa peserta didik untuk
bersosialisasi. Bersabarlah karena lama kelamaan mereka akan semakin sadar akan
lingkungan barunya, sehingga meningkatkan kemampuannya untuk beradaptasi.
4. Belajar
lebih dari sekedar membaca dan menulis. Guru harus memiliki inovasi untuk
meningkatkan semangat belajar peserta didik. Salah satu inovasi yang dapat
diterapkan oleh guru adalah dengan membiasakan peserta didik dengan
lingkungannya. Pembelajaran lingkungan lebih mudah dipahami daripada
pembelajaran tekstual. Belajar tidak terbatas di rumah, terkadang guru mungkin
meminta peserta
didik untuk membiasakan diri
dengan lingkungan seperti sumber daya alam dan lingkungan sosial.
Yang perlu dilakukan guru dalam mengatasi learning loss selain memberikan
bimbingan dan dorongan untuk menyeimbangkan sikap dan perilaku agar peserta
didik menguasai materi yang diajarkan. Memotivasi peserta didik untuk mencapai hasil
akademik yang baik. Mendorong pembelajaran yang baik dan efektif. Yang lebih
penting adalah pembelajarna bermakna yaitu menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan untuk mengembalikan gairah dan konsentrasi belajar mereka akibat
dua tahun belajar di rumah.
Yang dilakukan orang tua untuk meningkatkan aktivitas belajar peserta
didik di rumah adalah membantu anak ketika mereka mengalami kesulitan, memahami
tugas yang diberikan. Kendalikan waktu homeschooling
anak Anda. Bantu anak-anak menggunakan waktu luang mereka untuk belajar. Memberikan perhatian penuh kepada anak-anak
secara akademis.
Saran bagi orang tua dan guru hendaknya terlibat dalam pembelajaran peserta
didiknya, baik di rumah maupun di sekolah, agar peserta didik tersebut dapat
mencapai hasil akademik yang berkualitas. Hubungan orang tua-guru harus
dipelihara dalam meningkatkan kegiatan belajar peserta didik sehingga peserta
didik menerima pendidikan yang lebih baik dan bermanfaat bagi peserta didik.
5. Salah
satu peran orang tua bagi peserta didik adalah memberikan berbagai kemudahan seperti
media atau alat peraga. Orang tua merupakan fasilitator yang terlibat dalam proses
kegiatan belajar di rumah. Pentingnya sarana dan prasarana bagi peserat didik
adalah mempermudah kegiatan belajar baik di rumah maupun di sekolah. Contohnya
gawai dan internet akan mempermudah peserta didik dalam mengerjakan tugas,
meningkatkan wawasan pembelajaran digital yang sesuai dengan zamannya.
Fasilitas lainnya dimulai dengan biaya
pendidikan karena tidak ada pendidikan gratis seratus persen. Fasilitas
pendidikan selanjutnya adalah berkenaan dengan penyediaan buku-buku ajar yang
dibutuhkan peserta didik seperti alat-alat tulis, tempat belajar, dan
lain-lain.
Peran guru dalam pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan, sebagai pendidik, mereka bertanggung jawab untuk
merencanakan, menggunakan, memelihara, dan memantau sarana dan prasarana
pendidikan, khususnya pekerjaan yang berkaitan dengan media pembelajaran
seperti buku dan alat peraga. bahan. Untuk mengoptimalkan fasilitas pendidikan,
guru mengajak peserta didik untuk menonton video buatan guru melalui perangkat
genggam. Sedangkan untuk LKPD kreatif, guru mencetak LKPD sebagai board
game. Untuk lingkungan fisik, sosial dan budaya, guru memanfaatkan taman
pintar dan lingkungan sekitar rumah peserta didik.
Daftar Pustaka
Alang, S. (2015). Urgensi Diagnosis Dalam
Mengatasi Kesulitan Belajar.
Daharnis, D. (1990). Diagnosis Kesulitan Belajar.
Darimi, I. (2016). Diagnosis kesulitan belajar
siswa dalam pembelajaran aktif di sekolah. JURNAL EDUKASI: Jurnal Bimbingan Konseling, 2(1), 30-43.
Muzdalifa, E. (2022). Learning Loss Sebagai Dampak
Pembelajaran Online Saat Kembali Tatap Muka Pasca Pandemi Covid 19. GUAU: Jurnal Pendidikan Profesi Guru Agama Islam, 2(1), 187-192.
Slameto, S. (2022). Membongkar Mitos “Kehilangan
Belajar”(Learning Loss) dengan Refleksi Diri. Jurnal Basicedu, 6(3), 4048-4056.
Biodata
Nurul Jubaedah lahir di
Garut, 19 Mei 1978. Mengajar di MTsN 2 Garut. Pendidikan : D1 Akuntansi (1995),
S1 PAI UNIGA ( 2001), S1 Bahasa Inggris STKIP Siliwangi Cimahi (2007), S2 PAI
UIN SGD Bandung (2012). Prestasi : Pembimbing KIR : Membimbing 27
judul Karya Ilmiah Remaja kategori sosial budaya, menghantarkan peserta didik
juara 1,2,3, dan harapan 1 kategori Sejarah, Geografi, dan
Ekonomi (tingkat Provinsi), juara harapan 1 dan 2 (tingkat Nasional)
(Juli 2019-September 2021), guru berprestasi tahap 1 di GTK Madrasah (2021),
lolos tahap 3 AKMI KSKK Madrasah (Februari 2022). Karya : 4
buku solo, 20
buku antologi (Januari-September 2022). Memiliki 540
konten pendidikan di canal youtube dan 100 artikel (Oktober 2021-September 2022). Blog
: http://nuruljubaedah6.blogspot.com/. Instagram (nj_78). Email : nuruljubaedah6@gmail.com. Whatsapp : 081322292789.