Senin, 17 Januari 2022

(9) Pengaruh Metode Bandongan terhadap Kemampuan Membaca Tajwid


Pengaruh Metode Bandongan terhadap Kemampuan Membaca Tajwid 

Saya sebagai wali kelas IX-B memiliki inisiatif dalam memberikan pemahaman tajwid saat ada jam khusus literasi. Selain peserta didik dibekali pemahaman literasi perpustakaan dan literasi digital, mereka juga harus memahami literasi keagaamaan diantaranya membahas materi tajwid.  Tajwid merupakan hal yang sangat penting untuk dipahami peserta didik khususnya di kelas IX-B. Maka dari itu saya bertanggung jawab untuk memberikan pemahaman mengenai tajwid melalui beberapa metode salah satunya adalah metode bandongan. Metode bandongan biasanya diterapkan di pesantren oleh para kyai kepada para santrinya namun di sini saya mencoba menerapkan metode bandongan kepada peserta didik di kelas IX-B di MTsN 2 Garut.

Menurut Taqiyuddin, 2011: 151–152, metode wetonan/ bandongan adalah metode kuliah. Para santri mengikuti pelajaran dengan duduk di sekeiling kiai yang menerangkan secara kuliah, santri menyimak kitab masing-masing dan membuat catatan padanya. Istilah wetonan berasal dari kata waktu (bahasa Jawa) yang berarti, pengajian tersebut diberikan pada waktu-waktu yaitu sebelum dan atau sesudah shalat fardhu. Di Jawa Barat metode ini disebut dengan bandungan sedang di Sumatera dipakai istilah halaqah, system ini terkenal juga dengan balaghah. Weton atau bandongan adalah pengajian yang inisiatifnya berasal dari kiyai sendiri baik dalam menentukan tempat, waktu, maupun materi.

Menurut M. Sulthon Masyhud, 2003: 88, metode wetonan/ bandongan merupakan metode kuliah di mana para santri mengikuti pelajaran dengan duduk di sekeliling kiai yang menerangkan pelajaran. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian metode bandongan adalah kiyai/ ustadz/ ustadzah membacakan isi materi kepada para santri yang berada di depannya atau di sekeliling kiyai/ ustadz/ ustadzah, kemudian para santri mendengarkan penjelasannya dan membuat catatan-catatan kecil yang dianggap mereka penting untuk ditulis di samping materi yang diajarakan (di dalam kitabnya). Kemudian pembelajaran yang menggunakan metode bandongan ini mengenai waktu dan tempat untuk belajar ditentukan/ sesuai keinginan kiai/ ustadz/ ustadzah.

Metode yang disebut bandongan ini ternyata merupakan hasil adaptasi dari metode pengajaran agama yang berlangsung di Timur Tengah terutama di Mekah al-Azhar. Kedua tempat ini menjadi “kiblat” pelaksanaan metode wetonan lanataran dianggap sebagai proses keilmuan bagi kalangan pesantren sejak awal pertumbuhan hingga perkembangan yang sekarang ini. (Mujamil Qomar, 2005: 144 - 145) Dengan demikian bukan berarti metode bandongan tidak mempunyai kelebihan dan kelemahan. Walaupun metode ini dipakai di Timur Tengah sejak berdirinya pesantren sampai sekarang, akan tetapi tetapi tetap saja yang namanya metode mempunyai kelebihan dan kelemahan.

Saya menambahkan kelebihan dan kelemahan dari metode bandongan hasil kesimpulan ketika menerapkan metode bandongan terhadap kemampuan membaca tajwid peserta didik kelas IX-B diantaranya:

a. Kelebihan

1. Belajar tajwid dapat dilakukan di mushola atau kelas,

2. Materi yang diajarkan sering diulang-ulang, sehingga dapat memudahkan peserta didik untuk dapat mudah memahaminya.

3. Peserta didik bisa merasakan menjadi santri saat menerapkan metode bandongan..

b. Kelemahan

1. Metode ini dianggap lamban karena sering mengulang-ngulang materi pelajaran.

2. Kurang efektif bagi peserta didik yang pintar, karena dapat menghambat kemajuan belajar mereka. disebabkan karena seringnya mengulang-ngulang materi pelajaran.

3. Peserta didik cepat merasa bosan, karena guru didalamnya berperan aktif sedangkan peserta didik  hanya mendengarkan dan menulis catatan-catatan kecil (Teacher center)

4. Berkumpulnya peserta didik  pasti diantara mereka ada yang mengobrol sendiri, kurangnya pusat perhatian kepada guru.

Sebelum mengatahui kemampuan membaca tajwid peserta didik kelas IX-B, terlebih dahulu untuk mengetahui pengertian kemampuan. Kemampuan adalah sesuatu yang benar-benar dapat dilakukan oleh seseorang, artinya pada tataran realitas hal itu dapat dilakukan karena latihan-latihan dan usaha-usaha juga belajar, berarti kemampuan merupakan gen yang diwariskan. (Najib Kholid Al Amir, 2002 : 166)

Membaca adalah kegiatan mengolahragakan saraf-saraf otak agar terus bergerak. (Ana Yulia, 2005 : 41) Sedangkan menurut Crawley dan Mountain Membaca pada hakekatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar menghafal tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berfikir, prikolinguistik dan meta kognitif. Sebagai suatu proses befikir, membaca mencakup aktivtas pengenalan kata, pemahaman literal, interprestasi, membaca kritis dan pemahaman kreatif. Farida Rahim (2005:3)

Ust. Acep Iim Abdurrahman menjelaskan didalam bukunya “Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap”, sebagaimana diterangkan oleh Syekh Muhammad al-Mahmud rāẖimahullāh: Tujuan mempelajari Ilmu Tajwid ialah agar dapat membaca ayat-ayat Al-Qur'an secara betul (fasih) sesuai dengan yang diajarkan oleh Nabi saw. Dengan kata lain, agar dapat memelihara lisan dari kesalahan-kesalahan ketika membaca kitab Allah Ta‟ala.

Ilmu Tajwid adalah sebuah ilmu tentang kaidah serta cara–cara membaca Al-Qur'an dengan sebaik–baiknya. Memelihara bacaan Al-Qur'an dari kesalahan dan perubahan serta memelihara lisan (mulut) dari kesalahan membaca merupakan tujuan dari Ilmu Tajwid.

Para ulama qiraat telah sepakat bahwa membaca Al-Qur'an tanpa tajwid merupakan suatu lahn atau kesalahan. Imam Jalaluddin as-Suyuti menjelaskan bahwa setidaknya ada dua macam lahn yang mungkin terjadi pada orang yang membacaAl-Qur'antanpa tajwid:

1. Lahn Jali

yaitu kesalahan yang nyata pada lafazh , sehingga kesalahan. Lahn jali ada yang dapat mengubah makna dan ada pula yang tidak. Lahn Jali yang mengubah makna ialah:

a. Bergantinya suatu harakat menjadi harakat lain

b. Bergantinya sukun menjadi harakat

c. Bergantinya suatu huruf menjadi huruf lain

2. Lahn Khafi yaitu kesalahan yang tersembunyi .

Kesalahan ini tidak dapat diketahui kecuali oleh para ulama qiraat atau kalangan tertentu yang mendalami Ilmu Qiraat. Para ulama tersebut biasanya menghafal berbagai lafazh dalam Al-Qur'an dan menerimanya secara talaqqi (langsung) dari ulama lain. Diantara kesalahan yang tergolong sebagai Lahn Khafi adalah :

a. Menggetarkan (Takrir) huruf ra‟ secara keterlaluan.

b. Mendengungkan suara tanwin.

c. Menebalkan (taghlizh) suara huruf lam tidak pada tempatnya.

d. Menggetarkan suara secara berlebihan pada madd dan ghunnah.

e. Menambah atau mengurangi ukuran madd suatu bacaan.

f. Mengabaikan ghunnah pada bacaan yang seharusnya dibaca ghunnah, menambah atau mengurangi ukuran ghunnah suatu bacaan.

g. Melafalkan harakat secara tidak jelas. Misalnya, mengucapkan dlammah yan cenderung bunyinya ke arah fat-hah atau mengucapkan kasrah yang cenderung bunyinya ke arah fat-hah.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan membaca tajwid adalah peserta didik benar-benar mampu dapat membaca panjang pendeknya huruf dalam Al-Qur’an, dan mereka mampu berfikir untuk terus berlatih membaca dengan benar dan jelas, mampu membedakan idhar, idghom, ikhfa, iklab, dan lain-lain dan mampu menjelaskan materi tajwid yang telah dibacanya. Dengan seperti itu  maka peserta didik tidak hanya asal membaca, tetapi harus dapat memahami  materi tajwid dari kalimat yang telah mereka baca.

Menurut Klen, dkk, mengemukakan definisi membaca mencakup : Farida Rahim (2005: 3)

a. Membaca merupakan suatu proses Maksudnya informasi dari teks dan pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca mempunyai peranan yang utama dalam membentuk makna.

b. Membaca merupakan suatu strategis Maksudnya pembaca yang efektif menggunakan berbagai strategi membaca yang sesuai dengan teks dan konteks dalam rangka mengonstruk makna ketika membaca. Strategi bervariasi sesuai dengan jenis teks dan tujuan membaca.

c. Membaca adalah interaktif Maksudnya orang yang senang membaca suatu teks yang bermanfaat, akan menemui beberapa tujuan yang ingin dicapainya, teks yang dibaca seseorang harus mudah dipahami (readable) sehingga terjadi interaksi antara pembaca dan teks.

Menurut Nuttall dalam Rofi’uddin (2002: 173) membaca merupakan upaya menggali informasi dari berbagai jenis teks, sesuai dengan tujuan membaca. Untuk memperoleh informasi pembaca akan menggunakan strategi tertentu, yang berupa ketrampilan menangani

kata dan ketrampilan menangani teks itu sendiri.

Metode bandongan penting untuk diterapkan, diantaranya:

1. Peserta didik dapat mendengarkan bacaan guru dan menyimaknya,

2. Kemudian peserta didik dapat menulis catatan-catatan kecil yang mereka anggap penting.

3. Memudahkan peserta didik untuk bertanya, tentang apa yang belum meraka pahami,

Dengan cara seperti itu, mereka dapat belajar kembali atau dapat mengulangi pelajarannya untuk dipahami, dengan itu santri diharapkan mampu membaca tajwid sesuai yang telah diajarkan. Dengan itu pula peserta didik akan terbiasa untuk membaca  dengan mengamalkan panjak dan pendek setiap huruf Al-Qur’an.

Salah satu program wali kelas IX-B adalah hafalan juz ke 30 melalui metode sorogan, bandongan, blended learning dn membahas materi tajwid. Penelitian tentang materi tajwid, saya melakukan pengumpulan data yang dilakukan dengan cara:

1) Riset kepustakaan, yaitu pengumpulan data referensi-referensi tertulis, meliputi buku-buku tentang pesantren, pendidikan Islam pada umumnya dan dokumen tertulis yang berkaitan dengan topik penelitian.

2) Pengamatan terlibat (participant observation) yaitu pengamatan langsung pada obyek penelitian tanpa intervensi eksistensinya dan terjadi interaksi antara peneliti dan informan.

3) Wawancara terbuka (open interview) dan mendalam, langkah ini dilakukan untuk memperoleh jawabann yang tidak di batasi dari informan. Interview merupakan proses interaksi antara pewancara dan responden yaitu informan.

Penelitian ini menggunakan 32 responden di kelas IX-B dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Peserta didik di kelas IX-B yang terindikasi sudah memahami tajwid adalah 4 orang,  yang belum memahami tajwid ada 24 orang, yang belum sama sekali memahami tajwid ada 4 orang.

Hasil Pembelajaran menunjukkan suatu kemajuan yang cukup baik, karena pada umumnya peserta didik secara terus menerus menerima bimbingan dengan menggunakan metode blended learning pada jam khusus wali kelas (literasi) dan secara daring melalui platform whatsapp, youtube, instagram, dan facebook. Efektifitas penerimaan materi pembelajaran baik secara teori dan praktek dapat diterima, dipahami dan dipraktekkan oleh peserta didik. Dari hasil pembelajaran ini terlihat bahwa peserta didik mempunyai motivasi, minat dan dapat mengaplikasikan pengetahuan serta keterampilan mengenai materi tajwid yang didapat secara mandiri untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya.

Program Wali Kelas IX-B TANGGUH bisa dilihat di :

https://youtu.be/LljSiAyLQsY Metode Bandongan (Part 4)

https://youtu.be/mJ-uKrhsOSM Metode Sorogan berbasis Video (Part 3)

https://youtu.be/h7YkscImtI0 Metode Blended learning (part 2)

https://youtu.be/4pG0NkCzn7I Metode Sorogan Tatap Muka (part 1)

 

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahim, Acep Lim, Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap. Bandung, Diponerogo, 2012.

Ahmad , Syarifuddin, Mendidik Anak Membaca, Menulis, dan Mencintai Alquran. Jakarta, Gema Insani Press, 2004.Al Qur’an dan Terjemahnya. Semarang, Kumudasmoro, 1994.

Al-Husaini,Muhammad bin Alawi al-maliki,Mutiara Ilmu-Ilmu Alquran. Bandung, Pustaka Setia, 1999.

Arief, Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam.Jakarta, Ciputat Press, 2002.

Arifin, Muzayim, Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta, Bumi Aksara, 1999.

Arifin, Zainal, Penelitian Pendidikan dan Paradigma Baru. Bandung, Remaja Rosdakarya, 2011.

B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta, Rineka Cipta, 2009.

Brannen, Julia, Memadu Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif. Yogyakarta, Pustaka Belajar, Cet. Ke-IV, 2005.

 

 

Biodata

 

Nama  lengkap Nurul Jubaedah lahir di Garut, 19 Mei 1978. Pangkat/golongan  Pembina/IV-a. Latar belakang pendidikan D1 Akuntansi tahun 1995, S1 PAI di UNIGA tahun 2001, S1 Bahasa Inggris di STKIP Siliwangi Cimahi tahun 2007, S2 PAI di UIN SGD Bandung  tahun 2012.  Pengalaman mengpembelajaran yaitu sebagai guru Bahasa Inggris di beberapa SDN tahun 2000-2003, guru Bahasa Inggris di SMP Sukasono pada tahun 2000, guru Bahasa Inggris di MTs dan SMA Al Hikmah tahun 2000-2010, guru Bahasa Inggris  dan SKI di MTs Al Hidayah Karoya tahun 2010-2013, menjadi asdos Bahasa Inggris di IAILM Suryalaya tahun 2004-2008, guru SKI di MTsN 2 Garut mulai tahun 2013-sekarang, guru KIR di MTsN 2 Garut 2019-September 2021. Pengalaman pelatihan yaitu  meyusunan naskah PAS di BDK Bandung Jabar  tahun 2017, meyusunan naskah UAMBN di Makassar, Surabaya dan Bali  tahun 2018, pendampingan  kurikulum 2013 ARD di Makassar tahun 2018, konsinyering bahan pembelajaran PAI di Bandung, Yogyakarta, Bogor dan Malang tahun 2018, bedah SKL UAMBN di Bogor dan Surabaya  4-10 Februari  tahun 2019,  workshop KIR di Kediri/4-6 Juli tahun 2019. Mengikuti Webinar Nasional dengan bukti fisik120 sertifikat mulai Maret  2020 sampai sekarang. Lolos guru berprestasi tahap 1 di GTK Madrasah tahun 2021.

 

3 komentar:

P5 : 10 Cara Menerapkan Karakter Kreatif

  P5 : 10 Cara Menerapkan Karakter Kreatif pada Peserta Didik Oleh Nurul Jubaedah, S.Ag.,S.Pd.,M.Ag (Guru SKI di MTsN 2 Garut) Dal...