https://youtu.be/WdxyjbVTuVQ Penelitian ke 1 (2-11 juga tersedia)
(3) 11x Penelitian menjadi supir dan pembimbing
Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim mendorong peran aktif guru perempuan dalam
mendorong kesetaraan gender. Beliau pernah menyatakan kalimat ini dalam rangka memperingati
Hari Perempuan Internasional, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bekerjasama
dengan Publicis Communications Singapore menyelenggarakan webinar bertema
"The Power of Unreasonable Women" pada Senin (15 Maret 2021) bahwa
ketika seorang anak memiliki guru yang solid, secara tidak langsung dapat
meningkatkan kepercayaan dirinya.
Oleh karena itu,
kita tidak bisa menulis buku tentang kesetaraan gender, yang dibutuhkan adalah
model. Menurutnya, wanita yang mampu seringkali dicap sebagai wanita yang
irrasional. Sementara bagi sebagian pria, kepemimpinan wanita menunjukkan
kekuatan. Beliau mengatakan bahwa diafragma perempuan berbeda di level
profesional di seluruh dunia karena situasi telah benar-benar berubah. Hal ini
dirasakan pula oleh penulis sebagai guru perempuan yang memiliki ambisi
terkadang dipandang sebagai sesuatu yang negatif dan agresif.
Penulis memang
mengajar Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) sesuai SK PNS. Namun, pada tahun 2019
sampai tahun 2021 sempat mengajar Karya Ilmiah Remaja (KIR). Pada bulan Juli
tahun 2019 sampai bulan Juni tahun 2.000 Karya Ilmiah Remaja (KIR) hanyalah
ekstrakulikuler yang beranggotakan 16 orang dan itupun anggotanya sempat keluar
masuk. Tahun berikutnya penulis mengajukan Karya ilmiah Remaja (KIR) berubah
menjadi muatan lokal. Akhirnya sampai sekarang Karya Ilmiah Remaja dijadikan
muatan lokal khusus di kelas unggulan.
Selama membimbing Karya Ilmiah Remaja (KIR) penulis telah membimbing sebanyak 27 judul penelitian dan membimbing ke 11 lokasi penelitian yang berbeda. Selain menjadi perintis Madrasah Riset di MTsN 2 Garut, penulis juga menjadi pembimbing sekaligus sebagai supir yang mengawal peserta didik ke lokasi penelitian. Dari semua yang pernah penulis bimbing, ada beberapa judul yang lolos juara di Tingkat Provinsi Jawa Barat yang mengadakannya yaitu Young Scientist Competititon (YSC).
Kejuaraan tingkat
Provinsi Jawa Barat yang telah diraih oleh anak didik selama dua tahun berturut
turut yaitu juara 1 dan harapan 1 kategori Sejarah, juara 2 kategori Geografi
dan Lingkungan. Tahun berikutnya juara 2 dan 3 kategori ekonomi, juara 3 dan
harapan 1 kategori Sejarah. Selain di Tingkat Provinsi. Dalam kejuaraan
Nasional dua judul lolos pada tahun 2000 dan 2001 juara 6 dan 4 kategori Sosial Budaya yang
diselenggarakan oleh ASC (Al-Muttaqin Science Challange). Berdasarkan
serangkaian pengalaman tersebut maka penulis menelaah karakter peserta didik
yang telah mengikuti kejuaraan karya tulis ilmiah identik dengan penjelasan
berikut ini.
1.
Rasional
:
Sebagai
seorang peneliti, Anda harus bisa membedakan antara fakta dan opini (opini)
terhadap suatu masalah. Sebagaimana kita ketahui fakta adalah sesuatu yang
benar-benar terjadi dan terdapat bukti ilmiah yang dapat dipertimbangkan
sehingga kebenarannya dapat diterima.
Sementara
pendapat hanyalah pendapat pribadi,
faktanya tidak selalu dibenarkan. Peneliti bertindak untuk memecahkan masalah.
Oleh karena itu perlu ditegaskan bahwa seorang pencari data selalu memiliki
sikap dan sifat ilmiah serta harus selalu
kritis dan tanggap terhadap apa yang
berkembang di sekitarnya.
Takhayul sering dianggap sebagai mitos di kalangan
masyarakat umum karena peneliti tidak boleh mempercayainya tetapi harus dapat
menemukan alasan kuat mengapa ada sesuatu di masyarakat yang dianggap liar. Hal
ini terkait dengan keberadaan manusia atau dengan lingkungan alam.
2.
Kolaboratif
Peserta didik harus mampu bekerja sama untuk menemukan
gagasan atau ide, maupun menyelesaikan tugas atau masalh yang terjadi. Dalam
melakukan penelitian, mereka berkolaborasi agar saling menguntungkan satu sama
lain sehingga hasil penelitian yang didapatkan memuaskan.
Manfaat kolaborasi untuk seorang peneliti yaitu
membantu memecahkan masalah, mengetahui dan menganalisis potensi diri, berbagi
pengetahuan, dan meningkatkan efektifitas dan efesiensi kerja tim. Kolaborasi
harus fokus pada peningkatan komunikasi dan hasil penelitian.
3.
Komunikatif
Dalam kehidupan sehari-hari, istilah komunikasi
bukanlah hal baru. Komunikasi dapat dipahami sebagai tindakan mengungkapkan
kesenangan dalam berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
Kepribadian komunikatif dapat dikembangkan dengan menciptakan suasana sosial
yang santai, situasi yang mendukung, dan lingkungan yang menyenangkan.
Dalam segala situasi, sikap komunikatif
diperlukan untuk memfasilitasi komunikasi dengan orang lain, memahami
sesuatu, dll. Sikap komunikatif yang diterapkan sedini mungkin dapat melatih
seseorang untuk berani berbicara di depan umum, berani berpendapat, berani mengambil keputusan. Pelajari sikap
komunikasi yang berbeda, mulai dari pemahaman hingga contoh kalimat, karena hal
ini dapat memudahkan Anda untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Peneliti yang komunikatif akan mampu
mempertanggujawabkan secara verbal tertulis maupun lisan, baik pada saat berkolaborasi
dengan kelompoknya atau ketika mempresentasikan hasil penelitian di depan juri
pada saat lomba karya tulis berlangsung. Peneliti sejati akan mampu menjawab
setiap pertanyaan yang diajukan oleh juri mengenai apa yang telah ia tulis
dalam sebuah karya tulis ilmiah berdasarkan hasil penelitiannya.
4.
Kritis
:
Peneliti
harus mampu berfikir kritis. Berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpikir jernih, rasional, dan
logis ketika menganalisis informasi, memecahkan masalah, dan mengambil
keputusan dalam kehidupan atau aktivitas sehari-hari. Peneliti kritis juga memiliki kemampuan untuk menilai dan
mengevaluasi peristiwa, fenomena, data atau objek tertentu dengan baik.
Tujuan
berpikir kritis adalah untuk dapat menguji suatu sudut pandang atau suatu
gagasan, khususnya dengan membuat pertimbangan atau refleksi berdasarkan
pendapat yang dikemukakan. Pertimbangan tersebut seringkali didukung dengan
adanya kriteria yang dapat diperhitungkan.
Kemampuan berpikir kritis ini dapat mendorong seseorang
untuk memunculkan ide atau pemikiran
baru tentang suatu masalah dunia. seseorang akan dilatih dalam memilih pendapat
yang berbeda, sehingga dapat/dapat membedakan mana yang tepat dan mana yang tidak, mana yang benar dan mana yang salah. Mengembangkan
keterampilan berpikir kritis dapat membantu menarik kesimpulan dengan melihat
data dan peristiwa yang terjadi di lapangan.
Merdeka belajar
bagi para peneliti muda diimplementasikan dalam bentuk bekerja bersama tim,
bebas mengeluarkan pendapat, ide, gagasan serta berbagi pengetahuan. Guru hanya
berperan sebagai partner kerja baik di lapangan maupun dalam membimbing hasil
penelitian. Tujuan dari penelitian tidak hanya sekedar untuk meraih kejuaraan
semata melainkan memahami langkah-langkah penelitian yang valid itu seperti
apa. Mereka benar-benar harus melaluinya dari nol sampai usai.
Mereka memaknai
kehidupan ini bahwa kebenaran itu harus dibuktikan dengan validitas data yang
akurat dan faktual. Para peneliti muda tidak akan mudah tertipu hoax
dikarenakan memiliki tingkat analisis yang cukup tajam. Para peneliti muda
mampu menyelesaikan permasalahannya baik secara akademik maupun mengenai
polemik kehidupan. Mereka pantang menyerah dan memiliki mental yang kuat. Hal
ini terbukti dengan mengikuti proses penelitian ke pedalaman, daerah terpencil
dengan jalanan yang buruk dan naik turun.
Pada akhirnya
berbagai penelitian yang telah mereka laksanakan memberikan kesadaran bahwa
menghasilkan karya itu memerlukan pengorbanan, keikhlasan, ketelitian, kesiapan
mental dan fisik, tentu saja yang utama juga memerlukan wawasan keilmuan yang
tinggi, keseriusan, konsistensi, prinsip yang kuat, dan masih banyak lagi.
Inilah yang dinamakan belajar bukan untuk nilai tetapi membangun kesadaran
untuk karya yang bermakna.
Jadi, meskipun
penulis hanyalah seorang guru perempuan tetapi memiliki tekad yang kuat untuk
ikut mewarnai sikap dan karakter para peneliti muda. Penulis memberikan dorongan
khususnya kepada perempuan Indonesia untuk berani mendobrak dan melawan stigma
yang melemahkan sosok wanita baik di masyarakat maupun di lingkungan kerja. Kebetulan sekali anggota Karya Ilmiah Remaja (KIR) dari MTsN 2 Garut yang meraih kejuaraan semuanya perempuan. Jadi, waspadalah dengan kaum perempuan yang penuh semangat dan energik untuk maju bergerak pantang mundur.
Salah satunya adalah tidak setuju soal budaya yang
memaksa wanita untuk tidak melanjutkan pendidikan karena harus "masuk
dapur". Ia beranggapan bahwa seorang wanita perlu memperoleh persamaan,
kebebasan, otonomi, serta kesetaraan dalam masyarakat. Perempuan berhak
diperlakukan sama dalam kehidupan bermasyarakat. Mari kita terus produktif
berkarya, meraih prestasi, mewujudkan mimpi, dan memanfaatkan waktu sebaik-baiknya. Hidup
Kartini Indonesia!
https://youtu.be/SIiHEOFRdjo Nguping satu guru filosofi Ki Hajar Dewantara
Biodata
Nurul
Jubaedah lahir di Garut, 19 Mei 1978. Mengajar di MTsN 2 Garut. Pendidikan : D1 Akuntansi (1995), S1 PAI UNIGA ( 2001),
S1 Bahasa Inggris STKIP Siliwangi Cimahi (2007), S2 PAI UIN SGD Bandung (2012).
Prestasi : Pembimbing KIR : Membimbing 27 judul Karya Ilmiah
Remaja kategori sosial budaya, menghantarkan peserta didik juara 1,2,3, dan
harapan 1 kategori Sejarah, Geografi, dan Ekonomi (tingkat Provinsi),
juara harapan 1 dan 2 (tingkat Nasional) (Juli 2019-September 2021), guru
berprestasi tahap 1 di GTK Madrasah (2021), lolos tahap 3 AKMI KSKK Madrasah
(Februari 2022). Karya : 18 buku antologi (Januari-April 2022).
Memiliki 540 konten pendidikan di canal youtube dan 40 artikel (Oktober 2021- Mei 2022). Blog
:
http://nuruljubaedah6.blogspot.com/. Instagram
(nj_78). Email
: nuruljubaedah6@gmail.com.
Whatsapp : 081322292789.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar