Kamis, 30 Juni 2022

(81) 7 Program Inovatif Pengembangan SRA (Sekolah Ramah Anak)

 

7 Program Inovatif Pengembangan SRA (Sekolah Ramah Anak)

Oleh Nurul Jubaedah, S.Ag.,S.Pd.,M.Ag (Guru SKI di MTsN 2 Garut)

Sekolah ramah anak adalah sekolah yang secara sadar berkomitmen untuk menjamin dan memenuhi hak-hak anak di segala bidang kehidupan secara sistematis dan bertanggung jawab. Prinsip utamanya adalah larangan diskriminasi dalam kepentingan, hak untuk hidup dan penghormatan terhadap anak.

Berbagai program inovatif diselenggarakan untuk meningkatkan pengembangan SRA (Sekolah Ramah Anak) di antaranya:

1.       Sekolah Adiwiyata.

Apa yang dimaksud dengan Sekolah Adiwiyata?. Sekolah adiwiyata dikenal secara internasional sebagai Sekolah Hijau. Adiwiyata adalah salah satu program Kementerian Lingkungan Hidup untuk menciptakan pengetahuan dan meningkatkan kesadaran warga sekolah untuk upaya perlindungan lingkungan.

Apa tujuan dari Sekolah Adiwiyata?. Tujuan dari program Adiwiyata adalah untuk membantu sekolah menjadi tempat belajar dan penyadaran warga sekolah agar dapat mempertanggung jawabkan upayanya menjaga lingkungan  dan mendorong pembangunan berkelanjutan di masa yang akan datang, untuk menciptakan berbagai kondisi.

Apa kegiatan Adiwiyata?. Program dan Kurikulum Sekolah Adiwiyata diantaranya yaitu Program Jum'at Bersih yang melaksanakan kegiatan pelestarian lingkungan untuk sekolah seperti: Pada jadwal yang tetap, seperti membersihkan parit sekolah, merawat ladang bunga, menabur sayuran, dan membuang sampah.

Sekolah Adiwiyata merupakan sekolah dengan lingkungan yang bersih dan sehat. Adapun ciri-ciri Sekolah Adiwiyata adalah sebagai berikut. Tong sampah di mana-mana, taman yang ditumbuhi berbagai tanaman, slogan-slogan tentang kebersihan, apa keistimewaan Sekolah Adiwiyata untuk sekolah dan peserta didik? Keistimewaan Adiwiyata

Fungsi program Adiwiyata adalah mengikutsertakan seluruh peserta didik dalam semua kegiatan atau kegiatan sekolah untuk membina lingkungan yang sehat dan  menghindari dampak lingkungan yang merugikan. Apa keunggulan Sekolah Adiwiyata?. Manfaat mengikuti Program Adiwiyata untuk sekolah adalah meningkatkan efisiensi dalam melaksanakan kegiatan manajemen sekolah dan memanfaatkan berbagai sumber daya. Meningkatkan penghematan sumber daya dan energi, meningkatkan kondisi pendidikan dan pembelajaran yang lebih nyaman dan informatif bagi seluruh warga sekolah.

2.       Sekolah Inklusif.

Inklusivitas adalah keterbukaan kelompok masyarakat terhadap toleransi dan penghormatan terhadap budaya. Contoh sikap komprehensif dalam pendidikan adalah tidak memisahkan teman.

Sekolah inklusi adalah sekolah yang juga memberikan pendidikan kepada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Di sekolah ini, anak-anak dengan dan tanpa kebutuhan khusus menghadiri kelas yang sama dan menerima pendidikan yang sama.

Mengapa pendidikan inklusif itu penting? Nilai penting dari pendidikan inklusif adalah memberikan pembelajaran yang ramah kepada semua peserta didik, termasuk anak reguler dan anak berkebutuhan khusus. Sekolah tidak membeda-bedakan peserta didik.

Apa itu sekolah inklusi? Sekolah inklusi adalah tempat dimana anak berkebutuhan khusus dapat belajar bersama anak regular lainnya. Namun, anak berkebutuhan khusus akan didampingi oleh seorang guru yang akan mendampingi mereka dalam kegiatan belajar mengajar.

Pada pasal 2 peraturan tersebut menjelaskan, bahwa Pendidikan inklusi bertujuan: (1) Memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosi, mental,dan sossial atau memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk memperoleh pendidikan. (2) Sekolah/ Madrasah aman bencana.

Tugas utama seorang guru kelas dalam sekolah inklusi yaitu: (1) Menciptakan iklim belajar yang kondusif; (2) Menyusun dan melaksanakan asesmen akademik dan non akademik pada semua anak; (3) Menyusun PPI bersama GPK; (4) Melaksanakan kegiatan pembelajaran dan penilaian; (5) Memberikan program pembelajaran remidial; (6) Melaksanakan administrasi kelas dan (7) Menyusun program dan melaksanakan praktik bimbingan bagi semua peserta didik (Mudjito, 2013).

3.       Sekolah Anti Kekerasan.

Apa itu Sekolah Ramah Anak dan Pernyataan Non-Kekerasan?. Sekolah Ramah Anak (SRA) adalah lembaga pendidikan formal, informal, dan informal yang aman, bersih dan sehat, berwawasan budaya dan lingkungan, mampu melindungi, mewujudkan dan menghormati hak-hak anak serta melindungi anak dari kekerasan, diskriminasi, dan penyalahgunaan lainnya.

Sekolah dengan image persahabatan anti kekerasan sedang membangun model baru dalam pendidikan dan mengajar peserta didik untuk menciptakan generasi baru yang bebas dari kekerasan, mempromosikan kepedulian orang dewasa, mempromosikan hak dan melindungi anak-anak dari pelecehan yang tidak terduga.

4.       Sekolah Aman.

Apa itu sekolah yang aman?. Sekolah aman adalah sekolah yang mampu melindungi para murid ketika bencana atau keadaan darurat terjadi. Untuk mendukung terwujudnya sekolah aman dan menyenangkan diperlukan sosok kepemimpinan kepala sekolah serta guru-guru yang mampu menyajikan sebuah proses pembelajaran aktif, inovatif dan kreatif.

Sejatinya penerapan sekolah aman dan nyaman dilaksanakan melalui beragam kegiatan mulai dari eco school, UKS, kegiatan konseling peserta didik, hingga upaya peningkatan prestasi melalui pengembangan bakat akademik dan non akademik peserta didik.

5.       Pesantren Ramah Anak.

Pondok pesantren ramah anak memiliki kelebihan dan keberhasilan yang luar biasa. Pertama, penggunaan kontrak belajar. Kedua, lebih banyak mendengarkan; penyesuaian reward-punishment berdasarkan keputusan bersama dan lebih disiplin. Ketiga, penerapan nilai-nilai pesantren lebih sistematis dan terstruktur. Keempat, ciptakan lingkungan belajar yang bersahabat. Kelima, perwujudan hak anak bagi santri di pondok pesantren dengan mengedepankan hak anak.

Sebagai pilot project pondok pesantren ramah anak, penyelenggaraan pendidikan mengutamakan terciptanya suasana yang bersahabat, baik lingkungan, sarana prasarana maupun proses pembelajaran bagi santri. Sehingga ketika mahasiswa tinggal atau belajar, mereka sangat merasakan kenyamanan dan perlindungan Asatidz dan santrinya. Pondok Pesantren Ramah Anak dengan tujuan deradikalisasi agama sejak dini.

Ternyata, Santri mendapat pendidikan lintas budaya setelah menyimak pembacaan kitab-kitab salaf (kuning). Secara khusus, ada satu kitab yang dapat membentuk karakter Santri moderat atau mengantarkan Santri memahami Islam dengan pemahaman non-radikal, yaitu Kitab Risalah Ahlis Sunnah Wal Jama'ah. Buku ini tentunya akan membekali santri dengan wawasan tentang Ahlussunnah Wal Jama'ah.

Sedangkan paham keagamaan yang dikenal dengan Ahlussunnah Wal Jama'ah (Aswaja) dikenal mengedepankan toleransi, moderasi dan keadilan. Penerapan pondok pesantren ramah anak terbukti mampu memastikan pola pikir santri tidak menjadi ekstrim atau kaku dan menjadi yang paling benar.

 

6.       Pendidikan Anak Merdeka.

Menjaga kemandirian anak, menumbuhkan jiwa kemandirian anak merupakan tantangan terberat bagi seorang pendidik. Bagi anak yang mandiri, belajar sebenarnya dimotivasi oleh rasa ingin tahu. Sekolah cenderung hanya menjadi rutinitas yang mengejutkan dengan menu wajib berupa rangkaian yang disebut pekerjaan rumah, beserta tata letak yang seragam dan buku pelajaran yang dibutuhkan. Kelas juga hanya mengatur untuk menjadi perhatian dengan cara konvensional, dan dalam prosesnya, latar belakang dan keyakinan yang berbeda secara sistematis terpinggirkan dengan cara yang licin.

7.       Pangan Jajan Anak Sekolah.

Pangan Jajan Asan Sekolah (PJAS) adalah jajanan yang terdapat di lingkungan sekolah dan menjadi makanan pokok sehari-hari peserta didik, yang terdiri dari minuman, buah-buahan, jajanan, dan pendamping untuk anak-anak yang dimakan saat istirahat dan sepulang sekolah. Bersih.

Lokasi kantin tidak boleh dekat toilet, tempat sampah atau tempat pengolahan limbah, peralatan pengolahan dan penyajian harus bersih, tidak berkarat, makanan yang disajikan harus tertutup dan ada peralatan minum. Diharapkan dengan adanya program ini tidak ada lagi peserta didik yang terkena penyakit dan diare akibat mengonsumsi junk food di kantin yang tidak memenuhi standar.

 

Daftar Pustaka

Elisa, S., & Wrastari, A. T. (2013). Sikap guru terhadap pendidikan inklusi ditinjau dari faktor pembentuk sikap. Jurnal Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, 2 (01), 1-10

Kustawan, D. (2013). Manajemen pendidikan inklusif (Kiat sukses mengelola pendidikan inklusif di sekolah umum & kejuruan). Jakarta timur: PT. Luxima metro media.

Putri, A., & Akmal, A. (2019). Sekolah Ramah Anak: Tantangan dan Implikasinya Terhadap Pemenuhan Hak Anak. Journal of Civic Education2(3), 228-235.

Wuryandani, W., Faturrohman, F., Senen, A., & Haryani, H. (2018). Implementasi pemenuhan hak anak melalui sekolah ramah anak. Jurnal Civics: Media Kajian Kewarganegaraan15(1), 86-94.

Yosada, K. R., & Kurniati, A. (2019). Menciptakan sekolah ramah anak. Jurnal Pendidikan Dasar Perkhasa: Jurnal Penelitian Pendidikan Dasar5(2), 145-154.

 

 

Biodata

Nurul Jubaedah lahir di Garut, 19 Mei 1978. Mengajar di MTsN 2 Garut. Pendidikan  : D1 Akuntansi (1995), S1 PAI UNIGA ( 2001), S1 Bahasa Inggris STKIP Siliwangi Cimahi (2007), S2 PAI UIN SGD Bandung (2012). Prestasi : Pembimbing KIR : Membimbing 27 judul Karya Ilmiah Remaja kategori sosial budaya, menghantarkan peserta didik juara 1,2,3, dan harapan 1 kategori Sejarah, Geografi, dan Ekonomi (tingkat Provinsi), juara harapan 1 dan 2 (tingkat Nasional)  (Juli 2019-September 2021), guru berprestasi tahap 1 di GTK Madrasah (2021), lolos tahap 3 AKMI KSKK Madrasah (Februari 2022). Karya : 4 buku solo, 20 buku  antologi (Januari-April 2022). Memiliki 540 konten pendidikan di canal youtube dan 100 artikel (Oktober 2021-Juli 2022). Blog http://nuruljubaedah6.blogspot.com/. Instagram (nj_78). Email :  nuruljubaedah6@gmail.com. Whatsapp : 081322292789.

4 komentar:

P5 : 10 Cara Menerapkan Karakter Kreatif

  P5 : 10 Cara Menerapkan Karakter Kreatif pada Peserta Didik Oleh Nurul Jubaedah, S.Ag.,S.Pd.,M.Ag (Guru SKI di MTsN 2 Garut) Dal...