Oleh Nurul Jubaedah, S.Ag.,S.Pd.,M.Ag
(Guru SKI di MTsN 2 Garut)
Dalam
buku Habis Gelap Terbitlah Terang, Kartini berbicara tentang perjuangannya
untuk mencapai persamaan hak bagi perempuan dan laki-laki. Penulis menemukan
kata-kata seperti nasionalisme, demokrasi, negara, bangsa, kemerdekaan,
kesadaran nasional. Kartini juga menyampaikan pemikirannya tentang bagaimana
seharusnya peran perempuan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Buku
Habis Gelap Terbitlah Terang dapat mengangkat semangat perjuangan bangsa di
kalangan pemuda Indonesia.
Keterpaparannya pada
dunia literasi Belanda membuka pikiran gadis muda ini. Bahkan, Kartini juga
membaca majalah dan surat kabar Eropa, yang tentu saja membuka wawasannya.
Berdasarkan pernyataan di
atas penulis mencoba menganalisis sebuah makna yang tersurat lalu menarik sebuah
refleksi yang akan bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari khusunya bagi
perempuan Indonesia. Kata kunci yang penulis ambil adalah perjuangan, persamaan hak, nasionalisme, demokrasi,
kesadaran nasional, dan literasi. Mari kita uraikan satu persatu sebagai
berikut.
Analisis
1.
Perjuangan
Kedudukan
R.A Kartini saat membesarkan anak, beliau menjadi pendidik yang pertama kali
mempengaruhi perkembangan karakter anaknya. Kartini percaya bahwa membesarkan
anak adalah pekerjaan besar. Pembentukan kepribadian seseorang pertama-tama
berasal dari rumah. Ibu kandung harus diberikan pendidikan dan pengembangan
keluarga. Bagaimana bisa mendidik keluarga dengan baik sekarang, ketika unsur
terpenting keluarga, yaitu perempuan, sama sekali tidak mampu belajar
(Arbaningsih, 2005:127). Oleh karena itu,
Kartini
meminta pemerintah Hindia Belanda untuk serius dalam mengenyam pendidikan,
terutama mengenai kebutuhan dana dan tenaga pengajar. Pendidikan dan
pembelajaran Bumiputra harus berorientasi pada masalah praktis untuk
meningkatkan kecerdasan dan kualitas hidup masyarakat. Dapat dikatakan bahwa
pemikiran Kartin tentang sistem pendidikan sangat modern, karena ia menempatkan
siswa sebagai subjek pembelajaran dan kegiatan pendidikan, dan bukan sebagai
objek pengajaran, seperti biasa dalam pendidikan pada waktu (Arbaningsih, 2005: 133).
Pendidikan
merupakan salah satu perhatian Kartin yang paling penting dalam memajukan
perempuan dan masyarakat adat pada umumnya. Mengenai pendidikan Bumiputra, Kartini ingin agar
semua Bumiputra mengenyam pendidikan di kabupaten manapun dan berlaku untuk
semua orang tanpa memandang jenis kelamin. Kartini adalah orang Jawa pertama
yang memikirkan pendidikan gadis remaja Jawa dan menyatakan keyakinannya akan
perlunya pendidikan. Kartini sangat menginginkan sekolah putri (Soeroto,
1979:320).
2.
Persamaan Hak
Kartini
adalah pelopor kesetaraan perempuan di nusantara
yang memiliki kecerdasan, ide dan perjuangannya untuk memberantas ketidakadilan
yang dihadapinya. Sebagai pemikir dan promotor emansipasi perempuan, Kartini
menjadi sumber inspirasi perjuangan perempuan yang merindukan kebebasan dan
kesetaraan status sosial karena ia berhasil menuliskan pemikirannya secara
detail dan detail.
Kartini juga
sangat erat kaitannya dengan isu gender saat ini. Menurut KMK 807 Tahun 2018,
konsep gender adalah peran dan kedudukan yang dimiliki laki-laki atau
perempuan, berdasarkan struktur sosial budaya yang dipengaruhi oleh struktur
masyarakat yang lebih luas dan dapat berubah dari waktu ke waktu, bukan
berdasarkan perbedaan biologis.
Apa itu seks?
Gender adalah perbedaan antara laki-laki
dan perempuan dalam hal peran, tugas dan tanggung jawab yang dihasilkan dari
struktur sosial dan dapat berubah dari waktu ke waktu. Istilah gender pertama kali dicetuskan oleh para ilmuwan
sosial. Mereka bermaksud menjelaskan perbedaan antara laki-laki dan perempuan
dari segi kodrat bawaan (ciptaan Tuhan) dan formasi budaya (konstruksi sosial).
Banyak orang
menafsirkan atau mengacaukan karakteristik manusia yang alami (tidak berubah)
dengan karakteristik yang tidak alami (gender) yang dapat dan memang berubah
seiring waktu. Perbedaan gender ini juga membuat orang memikirkan kembali peran mereka sendiri bagi laki-laki dan
perempuan.
Kartini adalah
pelopor keadilan dan kesetaraan gender di Indonesia sejak tahun 1908. Perjuangan persamaan hak
antara laki-laki dan perempuan, khususnya di bidang pendidikan, dimulai oleh
Kartini sebagai perlawanan terhadap ketidakadilan terhadap perempuan
saat itu. Dalam perjalanan selanjutnya, semangat juang Kartini dilanjutkan
dengan Kongres Perempuan Indonesia pada tanggal 22 Desember 1928 yang kemudian disebut sebagai Hari Ibu.
Untuk mengatasi
hal tersebut, perlu terus disosialisasikan bahwa perempuan juga memiliki hak
untuk setara dengan laki-laki. Dan
penting bagi perempuan untuk mengetahui seberapa jauh mereka dapat dibandingkan
dengan pria. Karena dalam beberapa hal, perempuan tidak bisa berada di posisi
laki-laki dalam menjaga kehormatan dan melindungi perempuan itu sendiri.
Selain itu,
memberikan laki-laki hak yang sama sekaligus melindungi mereka membuat
perempuan merasa bahwa keadilan mereka telah diperoleh sepenuhnya. Kemudian
keseimbangan hidup terwujud.
Untuk mencapai
kesetaraan gender secara optimal, perlu pula
penyempurnaan perangkat hukum untuk perlindungan dan akses informasi
setiap individu serta peningkatan
partisipasi masyarakat. Tujuannya sebenarnya cukup sederhana, bahwa semuanya
harus seimbang, setara, adil, untuk mewujudkan impian kita.
3.
Nasionalisme
Kartini menunjukkan dengan kata dan perbuatan keberpihakan beliau pada
kesatuan dan kemerdekaan bangsa Indonesia. Kita dapat menghidupkan
kembali semangat
Kartini yang menunjukkan sikap nasionalisnya, suratnya
sebagai agenda untuk meyakinkan Belanda
bahwa orang Jawa memiliki makna, bahwa mereka memiliki kehendak sendiri. Kami
hanya ingin mereka mengendalikan masa depan mereka dukungan Anda.
Nasionalisme Kartin dapat
digolongkan sebagai nasionalisme kemanusiaan (humanistic nationalism), yang
mencirikan nasionalisme dari perspektif budaya. Nasionalisme humanistik Kartini terlihat dalam
pemikiran-pemikirannya tentang nilai-nilai bangsanya. Meskipun ia tidak
menemukan konsep ideologis bangsa dan
negara (nation-state) dalam pemikirannya yang cemerlang, namun dalam
surat-suratnya disarankan agar Kartini berideologi “Cintai
Rakyat dan Tanah Air”, “Jaga Tingkat Kependudukan”,
"bangsa",
“Kemanusiaan"
dan "Berjuang untuk Kemanusiaan", Kemajuan Umat
Bumiputera".
Kartini berjuang tanpa
dukungan massa dan organisasi. Ia hanya bisa menggunakan korespondensi tertulis
yang sangat tajam dan membangkitkan semangat
untuk mengungkapkan pemikirannya untuk memperbaiki dan memajukan
kehidupan penduduk asli Hindia Belanda (Indonesia). Betapa sakit hati
Kartini ketika melihat dan mengalami
poligami, kebodohan kaum pribumi, konflik-konflik sosial karena agama, sifat
golongan bangsawan/bangsawan dan adat-istiadat yang menindas kaum pribumi,
sehingga pemikiran-pemikiran membengkak dalam keterasingan. dalam tulisan yang
bermakna dan indah.
4.
Literasi.
Di Europe Lagere School (ELG) Kartini belajar bahasa
Belanda sampai dia bisa berbahasa Belanda dengan baik. Kartini dikenal gemar
membaca, meski menikah muda, ia
mengurung diri di kamar dan menghabiskan waktunya dengan membaca dan
menulis surat. Akhirnya RA Kartini
menikah dengan Raden Adipati Joyodiningrat pada tanggal 12 November 1893.
Setelah
menikah, Kartini tidak pernah berhenti belajar dan terus menimba ilmu di rumah
dengan banyak membaca buku, majalah dan
surat kabar Eropa. Berkat membaca buku dan koran ini, Kartini menyadari
perbedaan besar antara kehidupan
perempuan Eropa dan nasib perempuan di tanah airnya. Perempuan di Eropa
memiliki kehidupan yang lebih bebas dan tidak dibatasi seperti dirinya, meskipun
mereka memiliki status yang sama dengan
laki-laki.
Berdasarkan
fakta ini, dia memiliki ide untuk meningkatkan kehidupan perempuan di
negaranya. Kartini sering membaca koran Semarang De Locomotief, juga
berlangganan majalah Leestrommel tentang
berbagai topik budaya, ilmu pengetahuan, kehidupan sosial dan politik,
termasuk majalah Belanda De Hollandsche
Lelie. Kegiatan literasi berujung pada surat-surat berkorespondensi dengan Miss Zeehandelaar,
yang kini menjadi inspirasi dunia, Door Duisternis tot Licht, diterjemahkan
oleh Armijn Pane, Dari kegelapan menuju terang.
Sikap
dan pemikiran Kartin sejalan dengan prinsip-prinsip Islam tentang kesetaraan
antara perempuan dan laki-laki. Mengenai isu kesetaraan antara laki-laki dan
perempuan dalam Islam, Nasaruddin Umar dalam bukunya The Argument for Gender
Equality Perspective Al-Quran menyebutkan bahwa setidaknya ada empat dalil
yang dapat dijadikan dasar kesetaraan status perempuan dan laki-laki: Pertama,
sama dari titik awal. Kedua, tanggung jawab dan manfaat yang setara dan; Ketiga, sama dalam pendidikan dan keempat, sama dalam hukum.
Refleksi
Islam tidak melarang kaum perempuan bekerja untuk membantu ekonomi rumah tangga sepanjang tidak melanggar syariat agama. Allah berfirman,
"Katakanlah (wahai Muhammad), bekerjalah kalian! maka Allah, Rasul-Nya,
dan para mukminin akan melihat pekerjaanmu." (QS. At-Taubah: 105).
Baik
itu bekerja di rumah atau di luar rumah, keduanya bisa sama-sama bagus. Ini
tidak berarti bahwa perempuan yang bekerja di luar rumah lebih sukses daripada
ibu rumah tangga biasa. Di sisi lain, perempuan yang tinggal di rumah mungkin
tidak lebih mulia dari mereka yang bekerja di luar rumah. Itu semua tergantung
pada seberapa berguna itu. Dengan kecepatan perkembangan, seseorang bahkan
dapat melakukan maksiat atau dosa di
rumah hari ini.
Di
sisi lain, kebaikan dan keuntungan juga bisa tercipta di luar rumah. Jadi
hindari kerusakan di mana-mana. Baik di rumah maupun di luar rumah, perempuan
harus berusaha untuk pelayanan yang salehah, menjauhi segala maksiat dan dosa, berusaha
semaksimal mungkin untuk memperbaiki diri dan
bermanfaat bagi orang lain.
Biodata
Nurul Jubaedah lahir di
Garut, 19 Mei 1978. Mengajar di MTsN 2 Garut. Pendidikan : D1 Akuntansi (1995),
S1 PAI UNIGA ( 2001), S1 Bahasa Inggris STKIP Siliwangi Cimahi (2007), S2 PAI
UIN SGD Bandung (2012). Prestasi : Pembimbing KIR : Membimbing 27
judul Karya Ilmiah Remaja kategori sosial budaya, menghantarkan peserta didik
juara 1,2,3, dan harapan 1 kategori Sejarah, Geografi, dan
Ekonomi (tingkat Provinsi), juara harapan 1 dan 2 (tingkat Nasional)
(Juli 2019-September 2021), guru berprestasi tahap 1 di GTK Madrasah (2021),
lolos tahap 3 AKMI KSKK Madrasah (Februari 2022). Karya : 4
buku solo, 20
buku antologi (Januari-Juli
2022). Memiliki 750
konten pendidikan di canal youtube dan 100 artikel (Oktober 2021-Agustus 2022). Blog
: http://nuruljubaedah6.blogspot.com/. Instagram (nj_78). Email : nuruljubaedah6@gmail.com. Whatsapp : 081322292789.
Keren...berbagi ceritanya. Betul sekali ...tulisannya seperti presidiom yang mau memaparkan materi pada waktu kuliah semester akhir
BalasHapusHaha....terima kasih banyak atas support dan kunjungannya ibu....sangat memotivasi saya untuk terus menulis
BalasHapusArtikelnya bagus bermnfaat.
BalasHapusGa cukup komentar
Mantap lah
Terima kasih banyak atas support dan kunjungannya ibu
BalasHapusSaya suka bu Nurul. Sangat bermanfaat.
BalasHapusTerima kasih artikelnya menarik dan bermanfaat
BalasHapus