1. Kerajaan Islam di Sumatra
a. Kerajaaan Samudera Pasai
Raja-raja yang
memerintah di Kerajaan Samudera Pasai adalah Sultan Malik al- Saleh, Sultan
Muhammad Malik Zahir, Sultan Mahmud Malik Zahir, Sultan Zainal Abidin Malik
Zahir, Sultanah Nahrisyah, Abu Zain Malik Zahir, dan Mahmud Malik Zahir.
b. Kerajaan Aceh
Kerajaan Aceh
didirikan oleh Sultan Ali Mughayat Syah pada tahun 1530. Kemudian, ia
digantikan oleh Sultan Alauddin Ri’ayat Syah al-Qahar (Sultan Muda), Sultan
Iskandar Muda, dan Sultan Iskandar Thani/Sani.
2. Kerajaan Islam di Jawa
a. Kerajaan Demak
Demak berdiri pada
tahun 1500 sebagai sebuah kerajaan yang terletak di daerah Bintoro, dekat
muara sungai Demak. Raja-raja yang memerintah di Demak yaitu Raden Fatah
sebagai pendiri dan raja pertama, Pati Unus, Sultan Trenggono, dan Sunan Prawoto.
b. Kerajaan Mataram Islam
Mataram berdiri pada
tahun 1586 dengan Raja pertamanya Sutawijaya yang bergelar
Penembahan Senopati. Setelah ia wafat pada tahun 1601 (dimakamkan di Kotagede
Yogyakarta), pemerintahan dilanjutkan putranya yang bernama Mas Jolang/Raden
Mas Rangsang (Sultan Agung). Mataram mencapai kejayaan pada masa Sultan
Agung. Pengaruh Mataram memudar setelah Sultan Agung meninggal pada tahun
1645.
c. Kerajaan Islam Cirebon
Asal-usul nama Cirebon
terdapat dua pendapat. Pertama, menurut Babad Cirebon disebutkan
bahwa Cirebon berasal dari kata ci dan rebon (udang kecil). Nama tersebut
berkaitan dengan kegiatan para nelayan di Muara Jati, Dukuh Pasambangan,
yaitu membuat terasi dari udang kecil (rebon). Kedua, versi lain yang diambil
dari kitab Nagarakertabhumi menyatakan bahwa Cirebon adalah perkembangan
dari kata “caruban” yang berasal dari istilah “sarumban” yang berarti pusat
percampuran penduduk. Pendiri Kerajaan Cirebon adalah Walangsungsang. Namun,
tokoh yang berhasil meningkatkan statusnya menjadi sebuah kerajaan adalah
Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati). Ia merupakan keponakan
sekaligus menggantikan Pangeran Cakrabuana sebagai Penguasa Cirebon.
Dialah pendiri dinasti raja-raja Cirebon dan kemudian juga Banten. Sepeninggal
Fatahillah, karena tidak ada calon lain yang layak menjadi raja, tahta kerajaan jatuh
kepada Pangeran Emas, yaitu putra tertua Pangeran Dipati Carbon atau cicit
Sunan Gunung Jati. Pangeran Emas kemudian bergelar Panembahan Ratu I dan
memerintah Cirebon selama kurang lebih 79 tahun hingga tahun 1649. Saat
kepemimpinan Sultan Ageng Tirtayasa, Kesultanan Cirebon dibagi dua, yaitu Kasepuhan dan
Kanoman. Pangeran Martawijaya diangkat menjadi Sultan Keraton Kasepuhan dan
memerintah hingga tahun 1703. Adapun Pangeran Kartawijaya diangkat
menjadi Sultan Keraton Kanoman dan memerintah hingga tahun 1723.
d. Kerajaan Islam Banten
Pada awalnya, kawasan
Banten yang dikenal pula dengan sebutan Banten Girang merupakan
bagian dari Kerajaan Sunda. Kedatangan pasukan Kerajaan Demak di bawah pimpinan
Maulana Hasanuddin ke kawasan tersebut, selain untuk memperluas
wilayah juga sekaligus menyebarkan dakwah Islam. Kemudian, dipicu oleh adanya
kerja sama Sunda-Portugis dalam bidang ekonomi dan politik, hal ini dianggap dapat
membahayakan kedudukan Kerajaan Demak selepas kegagalan mereka
mengusir Portugis dari Malaka tahun 1513. Atas perintah Sultan Trenggono,
Maulana Hasanuddin bersama Fatahillah melakukan penyerangan dan penaklukan
Pelabuhan Kelapa sekitar tahun 1527 di mana waktu itu masih merupakan
pelabuhan utama dari Kerajaan Sunda. Masa Sultan Ageng Tirtayasa bertahta
(1651‒1682) dipandang sebagai periode kejayaan Banten. Di bawah kekuasaannya,
Banten memiliki armada yang mengesankan, dibangun berdasarkan contoh Eropa,
serta telah mengupah orang Eropa bekerja pada Kerajaan Banten. Dalam
mengamankan jalur pelayaran, Banten juga mengirimkan armada lautnya ke Sukadana atau
Kerajaan Tanjungpura (sekarang di Kalimantan Barat) dan menaklukkannya
pada tahun 1661. Pada masa ini, Banten juga berusaha keluar dari tekanan yang
dilakukan VOC yang sebelumnya telah melakukan blokade atas kapal-kapal
dagang menuju Banten.
3. Kerajaan Islam di Sulawesi
Kerajaan Islam yang
terdapat di Sulawesi, di antaranya Gowa Tallo/Makassar, Bone, Wajo dan
Soppeng, serta Buton. Dari sekian banyak kerajaan itu, yang paling terkenal adalah
Gowa-Tallo. Pada awalnya, di daerah Gowa terdapat sembilan komunitas, yang dikenal
dengan nama Bate Salapang (Sembilan Bendera), yaitu Tombolo, Lakiung,
Parang-Parang, Data, Agangjene, Saumata, Bissei, Sero, dan Kalili, yang kemudian
menjadi pusat kerajaan Gowa. Kerajaan ini mencapai puncak kebesarannya pada masa
pemerintahan Sultan Hasanuddin. Atas keberanian Sultan Hasanuddin melawan
Belanda, mereka memberikan julukan kepadanya sebagai “Ayam Jantan dari Timur”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar