Rabu, 03 September 2025

Kerajaaan Islam di indonesia

 

1. Kerajaan Islam di Sumatra

a. Kerajaaan Samudera Pasai

Raja-raja yang memerintah di Kerajaan Samudera Pasai adalah Sultan Malik al- Saleh, Sultan Muhammad Malik Zahir, Sultan Mahmud Malik Zahir, Sultan Zainal Abidin Malik Zahir, Sultanah Nahrisyah, Abu Zain Malik Zahir, dan Mahmud Malik Zahir.

b. Kerajaan Aceh

Kerajaan Aceh didirikan oleh Sultan Ali Mughayat Syah pada tahun 1530. Kemudian, ia digantikan oleh Sultan Alauddin Ri’ayat Syah al-Qahar (Sultan Muda), Sultan Iskandar Muda, dan Sultan Iskandar Thani/Sani.

 

2. Kerajaan Islam di Jawa

a. Kerajaan Demak

Demak berdiri pada tahun 1500 sebagai sebuah kerajaan yang terletak di daerah Bintoro, dekat muara sungai Demak. Raja-raja yang memerintah di Demak yaitu Raden Fatah sebagai pendiri dan raja pertama, Pati Unus, Sultan Trenggono, dan Sunan Prawoto.

b. Kerajaan Mataram Islam

Mataram berdiri pada tahun 1586 dengan Raja pertamanya Sutawijaya yang bergelar Penembahan Senopati. Setelah ia wafat pada tahun 1601 (dimakamkan di Kotagede Yogyakarta), pemerintahan dilanjutkan putranya yang bernama Mas Jolang/Raden Mas Rangsang (Sultan Agung). Mataram mencapai kejayaan pada masa Sultan Agung. Pengaruh Mataram memudar setelah Sultan Agung meninggal pada tahun 1645.

c. Kerajaan Islam Cirebon

Asal-usul nama Cirebon terdapat dua pendapat. Pertama, menurut Babad Cirebon disebutkan bahwa Cirebon berasal dari kata ci dan rebon (udang kecil). Nama tersebut berkaitan dengan kegiatan para nelayan di Muara Jati, Dukuh Pasambangan, yaitu membuat terasi dari udang kecil (rebon). Kedua, versi lain yang diambil dari kitab Nagarakertabhumi menyatakan bahwa Cirebon adalah perkembangan dari kata “caruban” yang berasal dari istilah “sarumban” yang berarti pusat percampuran penduduk. Pendiri Kerajaan Cirebon adalah Walangsungsang. Namun, tokoh yang berhasil meningkatkan statusnya menjadi sebuah kerajaan adalah Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati). Ia merupakan keponakan sekaligus menggantikan Pangeran Cakrabuana sebagai Penguasa Cirebon. Dialah pendiri dinasti raja-raja Cirebon dan kemudian juga Banten. Sepeninggal Fatahillah, karena tidak ada calon lain yang layak menjadi raja, tahta kerajaan jatuh kepada Pangeran Emas, yaitu putra tertua Pangeran Dipati Carbon atau cicit Sunan Gunung Jati. Pangeran Emas kemudian bergelar Panembahan Ratu I dan memerintah Cirebon selama kurang lebih 79 tahun hingga tahun 1649. Saat kepemimpinan Sultan Ageng Tirtayasa, Kesultanan Cirebon dibagi dua, yaitu Kasepuhan dan Kanoman. Pangeran Martawijaya diangkat menjadi Sultan Keraton Kasepuhan dan memerintah hingga tahun 1703. Adapun Pangeran Kartawijaya diangkat menjadi Sultan Keraton Kanoman dan memerintah hingga tahun 1723.

d. Kerajaan Islam Banten

Pada awalnya, kawasan Banten yang dikenal pula dengan sebutan Banten Girang merupakan bagian dari Kerajaan Sunda. Kedatangan pasukan Kerajaan Demak di bawah pimpinan Maulana Hasanuddin ke kawasan tersebut, selain untuk memperluas wilayah juga sekaligus menyebarkan dakwah Islam. Kemudian, dipicu oleh adanya kerja sama Sunda-Portugis dalam bidang ekonomi dan politik, hal ini dianggap dapat membahayakan kedudukan Kerajaan Demak selepas kegagalan mereka mengusir Portugis dari Malaka tahun 1513. Atas perintah Sultan Trenggono, Maulana Hasanuddin bersama Fatahillah melakukan penyerangan dan penaklukan Pelabuhan Kelapa sekitar tahun 1527 di mana waktu itu masih merupakan pelabuhan utama dari Kerajaan Sunda. Masa Sultan Ageng Tirtayasa bertahta (1651‒1682) dipandang sebagai periode kejayaan Banten. Di bawah kekuasaannya, Banten memiliki armada yang mengesankan, dibangun berdasarkan contoh Eropa, serta telah mengupah orang Eropa bekerja pada Kerajaan Banten. Dalam mengamankan jalur pelayaran, Banten juga mengirimkan armada lautnya ke Sukadana atau Kerajaan Tanjungpura (sekarang di Kalimantan Barat) dan menaklukkannya pada tahun 1661. Pada masa ini, Banten juga berusaha keluar dari tekanan yang dilakukan VOC yang sebelumnya telah melakukan blokade atas kapal-kapal dagang menuju Banten.

 

3. Kerajaan Islam di Sulawesi

Kerajaan Islam yang terdapat di Sulawesi, di antaranya Gowa Tallo/Makassar, Bone, Wajo dan Soppeng, serta Buton. Dari sekian banyak kerajaan itu, yang paling terkenal adalah Gowa-Tallo. Pada awalnya, di daerah Gowa terdapat sembilan komunitas, yang dikenal dengan nama Bate Salapang (Sembilan Bendera), yaitu Tombolo, Lakiung, Parang-Parang, Data, Agangjene, Saumata, Bissei, Sero, dan Kalili, yang kemudian menjadi pusat kerajaan Gowa. Kerajaan ini mencapai puncak kebesarannya pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin. Atas keberanian Sultan Hasanuddin melawan Belanda, mereka memberikan julukan kepadanya sebagai “Ayam Jantan dari Timur”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

  1. Kondisi masyarakat Indonesia sebelum Islam: a) Bermata pencaharian yang mempunyai nilai ekonomis. b) Kaya akan sumber daya alam....