MATERI BAHAN AJAR
1. Implementasi Nilai-Nilai Islam di Masyarakat
Sebagai pedoman dasar,
Islam mengatur seluruh sisi kehidupan manusia tanpa dibatasi
tempat dan zaman. Islam tidak hanya berlaku untuk bangsa Arab meskipun diturunkan di
Jazirah Arab. Oleh karena itu, nilai-nilai Islam harus mewarnai segala aspek
kehidupan.
Berbagai macam
pengejawantahan nilai-nilai Islam dalam masyarakat di Indonesia mengalami
proses sejarah yang panjang. Usaha “membumikan” nilai-nilai Islam jejaknya masih
tampak jelas sampai saat ini. Implementasi nilai-nilai ajaran Islam dalam
kehidupan sehari-hari, misalnya penggunaan nama-nama hari dalam penanggalan,
nama-nama orang, pemakaian perhitungan bulan-bulan Hijrah untuk kegiatan ibadah
keagamaan, penggunaan kosakata bahasa Arab, dan seterusnya.
2. Kearifan Lokal dari Berbagai Suku di
Indonesia
a. Masyarakat Jawa
1) Tahlilan (bacaan yang diambil dari ayat-ayat Al-Qur’an
dan Hadits sampai doa yang dibaca sendiri maupun dipimpin oleh
seorang imam dan diikuti oleh beberapa orang, baik untuk hajat sendiri
maupun orang lain)
2) Pengajian (menyampaikan materi-materi keagamaan kepada
orang lain pada momen/waktu tertentu, seperti seperti
pengajian Ahad Pon, Jum’at Wage, Ahad pagi, malam Jum’at, pengajian
bapak-bapak, pengajian ibu-ibu, bandongan, sorogan, dan sebagainya)
3) Peringatan Hari Besar Islam (suatu acara untuk memperingati
peristiwaperistiwa besar (penting) yang terjadi dalam sejarah
Islam dalam bentuk ceramah agama, puasa, membaca shalawat,
maupun shalat)
4) Sekaten (upacara untuk memperingati Maulid/Maulud
Nabi Muhammad Saw.)
5) Grebek Maulud (puncak peringatan Maulud di Masjid Agung)
6) Takbiran (mengucapkan takbir bersama-sama pada malam 1
Syawal/Idul Fitri di masjid/mushala atau berkeliling kampung)
7) Likuran (diselenggarakan setiap malam tanggal 21 Ramadhan
menyambut datangnya malam Lailatul Qadar)
8) Megengan (upacara menabuh beduk sebagai tanda bahwa
besok sudah memasuki bulan Ramadhan dan semua umat Islam
wajib melaksanakan puasa)
9) Suranan (budaya berziarah ke makam para wali serta
membagikan makanan khas berupa bubur suro sebagai tanda syukur
kepada Allah Swt.)
10) Nyadran (ziarah kubur untuk menghormati orang tua
atau leluhur dengan mendoakan arwah mereka serta bersih makam dan
desa dari pagi sampai menjelang waktu Zhuhur)
11) Lebaran Ketupat (disebut juga dengan bakda kupat yang
dilaksanakan seminggu setelah pelaksanaan hari raya Idul
Fitri)
b. Kearifan Lokal di Madura
1) Sholawatan (kegiatan membaca shalawat di rumah-rumah
penduduk secara bergantian (berkeliling)
2) Rokat Tase (pembacaan istighasah dan tahlil bersama oleh
masyarakat yang dipimpin oleh pemuka agama setempat. Setelah
itu, melepaskan sesaji [ketan, tumpeng, ikan, dan sebagainya ke laut]
sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa)
3) Rokat (diadakan jika di dalam suatu keluarga hanya
ada satu orang laki-laki dari lima bersaudara, yakni mengundang topeng yang
diiringi dengan alunan musik gamelan sembari dibacakan macapat atau
mamaca)
4) Muludhen (menyambut Maulid Nabi Muhammad Saw. dengan
cara membaca Barzanji, Diba’i, atau al-Burdah)
c. Kearifan Lokal di Sunda
1) Upacara Tingkeban (upacara pada saat seorang ibu hamil dan usia
kandungannya mencapai 7 bulan agar bayi yang di dalam
kandungan serta ibu yang melahirkan selamat)
2) Reuneuh Mundingeun (upacara untuk perempuan yang mengandung
lebih dari 9 bulan, tetapi belum melahirkan juga)
3) Tembuni (upacara mengubur tembuni (placenta)
yang sudah dibersihkan, bisa dikuburkan di halaman/area di sekitar rumah
ataupun dihanyutkan ke sungai disertai pembacaan doa agar bayi itu selamat dan
kelak berbahagia)
4) Gusaran (budaya meratakan gigi anak perempuan dengan
alat khusus disertai pembacaan doa dan shalawat kepada Nabi
Muhammad Saw.)
5) Sunatan/Khitanan (kegiatan ini dilakukan dengan maksud agar
alat vital anak bersih dari najis)
6) Cucurak (memasak makanan yang berbeda-beda, kemudian
dikumpulkan di masjid terdekat untuk dibagikan dan dimakan
bersama)
d. Kearifan Lokal di Melayu
1) Petang Megang (budaya masyarakat Melayu yang dilaksanakan
di Sungai Siak dengan berziarah ke berbagai makam pemuka
agama dan tokoh-tokoh penting Riau)
2) Balimau Kasai (upacara tradisional untuk menyambut bulan
suci Ramadhan sebagai simbol penyucian dan pembersihan
diri)
3) Tahlil Jamak atau Kenduri Ruwah (tahlil jamak berupa dzikir dan doa
untuk para arwah orang tua atau sesama muslim serta kenduri
dengan sajian menu yang bersumber dari sumbangan sukarela warga)
4) Barzanji (pembacaan Barzanji diiringi
penggunaan alat musik modern agar masyarakat Melayu Islam dapat mengambil
pelajaran dari kehidupan Nabi Muhammad Saw.)
e. Kearifan Lokal di Bugis
1) Upacara Ammateang (upacara masyarakat Bugis saat seseorang di
dalam suatu kampung meninggal dunia, di mana pelayat yang
hadir biasanya membawa sumbangan atau amplop kepada keluarga yang
ditinggalkan)
2) Mabbarasanji/Barzanji/Barazanji
(budaya
masyarakat Bugis yang mengandung estetika tinggi dan kesakralan serta
dibagi-bagi dalam banyak jenis, seperti Barazanji Bugis ‘Ada’ Pa’bukkana’;
Barazanji Bugis ‘Ri Tampu’na’ Nabitta’; Barazanji Bugis
‘Ajjajingenna’; dan lain-lain)
f. Kearifan Lokal di Minang
1) Salawat Dulang (cerita memuji Nabi Muhammad Saw. atau
berhubungan dengan persoalan agama Islam diiringi irama
bunyi ketukan jari pada dulang atau piring logam
besar [memperingati hari-hari besar agama Islam dan alek nagari])
2) Makan Bajamba/Makan Barapak (budaya makan masyarakat Minangkabau dengan cara
duduk bersama-sama di dalam suatu ruangan atau tempat di hari-hari besar agama
Islam dan dalam berbagai upacara/pesta adat dan pertemuan penting)
3) Mandi Balimau (budaya membersihkan hati dan tubuh manusia dalam rangka mempersiapkan
diri untuk melaksanakan ibadah puasa dengan cara mengguyur seluruh anggota
tubuh dan keramas

Tidak ada komentar:
Posting Komentar