(Oleh Nurul Jubaedah, S.Ag.,S.Pd.,M.Ag, Guru SKI di MTsN 2 Garut)
Mengapa saya memilih judul ini untuk generasi Z?. Alasanya
adalah karena pekerjaan saya yaitu mengajar Sejarah Kebudayaan Islam di kelas
VIII sebanyak tiga kelas dan di kelas IX sebanyak sembilan kelas. Meraka
rata-rata berusia 14-15 tahun maka peserta didik saya termasuk generasi Z
(kisaran usia 10-27 tahun). Pembelajaran jarak jauh (PJJ) berlangsung sejak
bulan Maret tahun 2020 sampai pertengahan bulan Maret tahun 2022, kok bisa pas
ya dua tahun lamanya?. Selama dua tahun inilah para guru dan peserta didik
khususnya di Indonesia harus beradaptasi dengan dunia digital. Dalam
rentan waktu tersebut juga sempat diselingi oleh pembelajaran campuran (blended
learning) yang disesuaikan dengan level atau status covid-19 di daerah
masing-masing.
Pembelajaran jarak jauh
(PJJ) adalah pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan
suatu media yang memungkinkan adanya interaksi antara peserta didik dan guru.
Interaksi yang dimaksud adalah interaksi antara peserta didik dan guru tidak
bertatap muka secara langsung seperti pembelajaran biasanya yang dilakukan di
dalam ruang kelas atau ditempat yang sama. Namun interaksi dalam Pembelajaran
jarak jauh (PJJ) dilakukan tidak bertatap muka secara langsung yang artinya
peserta didik dan guru berada dalam tempat yang berbeda, bahkan dalam jarak
yang sangat.[1]
Pelaksanaan pembelajaran jarak jauh kehadiran peserta didik dan guru tidak
selalu bersifat hadir secara fisik bersamaan di ruang kelas. Pelaksanaannya
juga dapat berupa sepenuhnya menggunakan sistem jarak jauh (hybrid) maupun
campuran atau kolaborasi dari pembelajaran jarak jauh dan dengan pembelajaran
di ruang kelas (blended) (Setiawan, 2020)
Generasi Z adalah generasi sesudah mereka yang
terlahir antara 1995-2012. Generasi Z saat ini memasuki usia sekolah dan atau
awal perkuliahan. Generasi Z terlahir pada zaman ketika teknologi informasi
sudah sedemikian maju. Sedari kecil mereka sudah familiar dengan laptop,
internet, wifi, dan ponsel pintar. Berdasarkan sebuah statistik, rata-rata
dalam sehari Generasi Z menghabiskan waktu 10 jam untuk daring (online).
Sedangkan Generasi Milenial hanya menghabiskan waktu sekitar 7,5 jam sehari.
Generasi Z lebih banyak mempergunakan platform media sosial yang
menyediakan konten hiburan, seperti Instagram, Youtube dan TikTok.
Generasi Z hidup dalam dua alam (fisik & maya) tak membedakan realitas
diantara keduanya. Mereka melihat dunia maya sama pentingnya dan sama nyata
dibandingkan dunia fisik.[2]
Pembelajaran Jarak Jauh
(PJJ) memiliki beberapa fakta menarik bagi
generasi Z yang perlu kita ketahui bersama, berikut penjelasannya :
1.
Mengasah kemampuan Literasi Digital
Generasi Z yang lahir di era teknologi akan semakin
siap dalam menghadapi era society 5.0. Pandemi mampu mempercepat adopsi
teknologi digital terutama di bidang pendidikan. Mereka harus memahami Understanding digital
footprints yaitu
kemampuan memahami jejak digital mengenai semua informasi yang ditinggalkan
seseorang secara pasif dan dibagikan secara aktif tentang diri mereka sendiri
secara daring, terutama di laman media sosial. Peserta didik juga harus
memahami protecting yourself online yaitu memahami dasar-dasar keamanan
internet yang membuat password yang kuat, menggunakan pengaturan privasi, dan
mengetahui apa yang tidak boleh dibagikan di media sosial.
Kemampuan
terakhir yang perlu dikuasai dan dipahami yaitu cyberbullying dan penyebaran
hoax. Penggunaan teknologi sebagai sarana untuk melecehkan orang lain telah
menjadi kejadian sehari-hari khusunya di Indonesia. Literasi digital di sekolah
mampu membuat siswa, guru, tenaga kependidikan dan kepala sekolah, memiliki
kemampuan untuk mengakses, memahami, serta menggunakan media digital, alat
komunikasi dan jaringannya. Hasil
Riset berikut ini dapat disimpulkan: [3]
1. Indonesia
menempati ranking ke-29 dalam hal ketidaksopanan di dunia maya. Dengan tolak
ukur “semakin rendah rankingnya, semakin tinggi tingkat ketidaksopanannya”
2. Berdasarkan
kualifikasi usia, milenial dan generasi Z merupakan usia yang paling sering
mengalami tindak cyberbullying. Usia kedua kelompok ini dimulai
dari usia 41 tahun – 21 tahun, di mana golongan ini termasuk dalam kategori
dewasa – anak muda.
3.
Anak muda menjadi subjek utama dalam penyebaran
kasus cyberbullying. Dilihat dari tingginya persentase jumlah anak
muda yang mengalami kekerasan ini. Beberapa kasus yang terjadi juga menunjukkan
bahwa korban bisa sekaligus menjadi pelaku.
4.
Tindak cyberbullying dilakukan
oleh 48% orang asing dan 24% terjadi dalam satu minggu. Artinya, 52% dilakukan
oleh orang yang kita kenal, seperti rekan kerja, teman, pasangan, dan keluarga.
Selain itu, laju perkembangan kasus ini juga cepat meningkat hanya dalam waktu
satu minggu saja.
5.
Dari hasil riset U-Report Indonesia, 71% kekerasan
digital terjadi di media sosial, di mana pengguna internet semakin banyak,
namun penanganan kasus kriminal dan sosialisasi mengenai kasus dunia maya ini
masih kurang efektif, serta rendahnya kesadaran akan bahaya cyberbullying.
6.
Pemerintah dan anak muda adalah dua subjek yang
paling berpengaruh untuk menurunkan tingkat kriminalitas dalam dunia digital.
Sebagai
peserta didik generasi Z yang kritis dan dinamis sudah saatnya kita sendiri
yang mulai menyadari racun dari tindakan cyberbullying ini.
Gunakanlah jempol untuk melakuka untuk hal positif, jejak digital akan susah dihapus dan akan
terlihat oleh anak dan cucu kita, jangan
takut untuk speak up dan melapor ya. Asahlah kemampuan
literasi digital kamu sejak dini, tinggalkan kegiatan yang sia-sia yang hanya
menghabiskan waktu untuk sekedar main game sampai lupa segalanya. Amalkanlah
firman Allah SWT berikut ini yang artinya : “Demi waktu. Sesungguhnya manusia dalam keadaan
rugi. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shalih serta saling
menasihati tentang kebenaran dan kesabaran”. (QS Al Ashr : 1-3)
2. Fleksibel,
Efektif dan Efesien
Para
pelajar memiliki kebebasan untuk mengatur kecepatan belajar mereka, menentukan
tenggat waktu mengumpulkan tugas atau bahkan mengatur jadwal ujian mereka
(flexibel). Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dapat menghemat waktu dan uang karena
para pelajar tidak pergi ke sekolah sebagai penggantinya bisa menggunakan paket
hemat kuota atau WIFI dan kualitas kegiatan pembelajaran daring menjadi semakin
efektif.
Guru
dituntut untuk merancang pembelajaran daring yang ringan dan efektif dengan
memanfaatkan perangkat atau media daring (online) yang tepat dan sesuai
dengan materi yang diajarkan. Whatsapp Group cocok digunakan bagi
pelajar daring pemula khususnya yang berada di daerah dan memiliki keterbatasan
kemampuan handphone. Disamping itu pilihlah aplikasi yang sesuai dengan
kebutuhan guru dan peserta didik. Tidak semua aplikasi bisa digunakan begitu
saja. Sangat efektif jika guru mengajar dengan aplikasi zoom meeting namun
harus diperhatikan juga masalah jaringan atau signal.
Guru berhasil dalam melakukan
pembelajaran daring pada situasi pandemi Covid-19 jika guru mampu
melakukan inovasi dalam merancang, dan meramu materi, metode pembelajaran, dan
aplikasi apa yang sesuai dengan materi dan metode. Kreatifitas merupakan kunci
sukses dari seorang guru untuk dapat memotivasi siswanya tetap semangat dalam
belajar secara daring (online) dan tidak
menjadi beban psikis.
Kesuksesan pembelajaran daring selama
masa Covid-19 ini tergantung pada kedisiplinan semua pihak. Oleh karena
itu, pihak sekolah/madrasah di sini perlu membuat skema dengan menyusun
manajemen yang baik dalam mengatur sistem pembelajaran daring (online).
Hal ini dilakukan dengan membuat jadwal yang sistematis, terstruktur dan simpel
untuk memudahkan komunikasi orangtua dengan sekolah agar putra-putrinya yang
belajar di rumah dapat terpantau secara efektif.
Pembelajaran daring sebagai solusi yang
efektif dalam pembelajaran di rumah guna memutus mata rantai penyebaran Covid-19,
physical distancing (menjaga jarak aman) juga menjadi pertimbangan
dipilihnya pembelajaran tersebut. Kerjasama yang baik antara guru, siswa,
orangtua siswa dan pihak sekolah/madrasah menjadi faktor penentu agar
pembelajaran daring lebih efektif.
3. Hubungan
orang tua dan anak menjadi berkualitas
Kasih
sayang dan kehangatan keluarga merupakan hal yang sangat penting bagi
pertumbuhan mental dan fisik para pelajar, inilah saat yang tepat untuk
meningkatkan kualitas hubungan antara orang tua dan anak juga bersama anggota
keluarga lainnya. Kerja sama dalam mengikuti pembelajaran daring (online)
sangat diperlukan sehingga orang tua bisa merasakan bagaimana suka duka menjadi
orang tua sekaligus menjadi guru, menarik bukan?
Selain itu, kualitas hubungan antara orang
tua dan anak akan semakin erat karena orang tua dapat lebih intensif dalam mengajarkan
norma-norma yang berlaku di masyarakat, norma pertemanan, norma agama, norma
sosial bahkan jika perlu orang tua memberikan gambaran kepada anak mengenai
norma hukum yang berlaku. Keutuhan orang tua juga merupakan salah satunya untuk mendukung
pendidikan seorang anak, karena itu akan membuat seorang anak merasa mendapat
perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya, tetapi tidak menutup kemungkinan
bagi seorang anak yang tidak memiliki orang tua yang utuh masih bisa
mendapatkan pendidikan yang layak bahkan ada yang berhasil melampaui anak yang
lahir dari keluarga utuh.
Banyak juga
anak dari keluarga yang mempunyai orang tua yang utuh, ekonominya bagus, dan
pendidikan orang tua yang tinggi tetapi tidak pernah mendapatkan bimbingan dan
arahan dari orang tuanya sehingga mereka menjadi anak yang kurang kasih sayang
dari orang tuanya serta tindakan yang dilakukannya tidak bisa terkendali dan
tidak terkontrol, maka dari itu peranan orang tua di dalam keluarga yang paling
dominan atau menonjol adalah sebagai penanggung jawab kepada anggota
keluarganya, diantaranya pendidikan karena dengan memperoleh pendidikan maka
seorang anak akan dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk agar
tidak terjerumus dalam kemungkaran.
Selain fakta menarik, Pembelajaran
Jarak Jauh (PJJ) ternyata memiliki beberapa kendala seperti
(1) Kemampuan guru dalam mengorganisasikan materi terdiri dari dua tahap, yaitu
memilih dan menyusun materi pembelajaran secara garis besarnya saja atau materi
essensial jadi tidak harus ideal seperti pada Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
tatap muka, (2) Masalah yang dihadapi para siswa terkait dengan media
pembelajaran selama Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) adalah masih banyak siswa
yang belum mampu menggunakan aplikasi daring (online) untuk mengikuti
pembelajaran. Selain itu, tidak semua peserta didik yang mempunyai smartphone
untuk mengikuti pembelajaran, hal itu dikarenakan latar belakang para peserta
didik yang berbeda-beda, ada yang memiliki perekonomian baik dan ada yang
kurang mampu sehingga masalah media yang digunakan dalam Pembelajaran
Jarak Jauh (PJJ) masih perlu penyesuaian dengan keadaan para peserta didik.
(3) Peserta didik yang tidak memiliki orang tau utuh atau salah satunya
meninggal dunia atau dibesarkan oleh keluarga yang kurang tepat maka hal ini
akan menghambat terhadap jalannya kegiatan pembelajaran daring karena karakter
yang terbentuk menjadi tidak disiplin karena anak kurang perhatian dari
lingkungannya.
Fenomena grup
kelas daring pada Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang sedang trend pada masa pandemi covid-19
mengakibatkan terjadinya beberapa kasta digital. Apa itu kasta digital?,
mari kita simak penjelasannya sebagai berikut: (1) Peserta didik yang memiliki fasilitas lengkap dan berkecukupan
seperti memiliki handphone atau laptop, kuota
atau Wi-Fi, dan fasilitas lainnya yang bisa menunjang pembelajaran daring menjadi
lancar, aman, dan tertib. (2) Peserta didik yang memiliki handphone atau
laptop, namun handphonenya memiliki keterbatasan dalam mengunduh aplikasi
maupun platform digital seperti pdf, e book, video, link YouTube, website,
power point, atau aplikasi lainnya untuk mengikuti belajar daring kecuali
foto atau screenshot yang bisa dibuka bahkan kuotanya pun terbatas seperti
kuota chat saja. (3) Peserta didik yang tidak memiliki handphone atau
laptop atau yang memiliki keterbatasan ekonomi.
Sebagai guru mata pelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) sikap saya dalam menghadapi fenomena tersebut adalah
laksanakanlah Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) sesuai dengan aturan dalam sistem
pembelajaran merdeka belajar. Merupakan gebrakan yang sangat menantang
kecerdasan IPTEK bagi peserta didik yang bergairah dalam mengikuti perkembangan
zaman pada masa pandemi covid-19 seperti halnya membuat video presentasi
virtual yang elegan dan modern lalu diupload ke beberapa media sosial
yang bisa memberikan inspirasi bagi guru atau peserta didik lainnya baik lintas
sekolah maupun lintas nasional bahkan orang awam pun kini bisa sambil belajar
dari apa yang mereka sampaikan dalam presentasi virtual yang sudah diupload di
canal youtube.
Pembelajaran
Jarak Jauh (PJJ) bisa dilaksanakan melalui zoom meeting,
webex, teams, google classroom, whatsapp, e-learning, dan masih banyak
lagi. Satu hal yang harus dicatat adalah kita harus peka terhadap kemampuan
peserta didik baik dari segi ekonomi, kemampuan IT, ataupun latar belakang
keluarga mana yang fokus dengan pendidikan anak. sehingga kecerdasan peserta
didik selama mengikuti proses pembelajaran bisa dicapai secara ideal sesuai
dengan apa yang kita harapkan bersama.
Daftar
Pustaka
Hadion Wijoyo dkk. ( 2020). Generasi
Z & Revolusi Industri 4.0 Penulis : Hadion Wijoyo, Penerbit CV. Pena
Persada Redaksi : Jl. Gerilya No. 292 Purwokerto Selatan, Kab. Banyumas Jawa
Tengah
Munir. (2009). Pembelajaran
Jarak Jauh Berbasis Teknologi Informasi Dan Komunikasi. Bandung: Alfabeta.
Prawiyogi. (2020). Anggy Giri dkk. Efektifitas
Pembelajaran Jarak Jauh Terhadap Pembelajaran Siswa Di SDIT Cendekia Purwakarta.
JPD:Jurnal Pendidikan Dasar.
Cyberbullying: Racun Social Media di Indonesia | Profesi Online (profesi-unm.com)
Biodata
[1] Prawiyogi, A Purwanugraha, G Fakhry, M Firmansyah Jurnal Pendidikan Dasar 11
(1), , Efektivitas pembelajaran jarak jauh terhadap pembelajaran siswa di SDIT Cendekia Purwakarta AG
94-101 , 2020
Terima kasih bapak sudah mampir 🙏
BalasHapus