Senin, 18 April 2022

(21) 3 Fakta menarik PJJ untuk Generasi Z


(Oleh Nurul Jubaedah, S.Ag.,S.Pd.,M.Ag, Guru SKI di MTsN 2 Garut)

Mengapa saya memilih judul ini untuk generasi Z?. Alasanya adalah karena pekerjaan saya yaitu mengajar Sejarah Kebudayaan Islam di kelas VIII sebanyak tiga kelas dan di kelas IX sebanyak sembilan kelas. Meraka rata-rata berusia 14-15 tahun maka peserta didik saya termasuk generasi Z (kisaran usia 10-27 tahun). Pembelajaran jarak jauh (PJJ) berlangsung sejak bulan Maret tahun 2020 sampai pertengahan bulan Maret tahun 2022, kok bisa pas ya dua tahun lamanya?. Selama dua tahun inilah para guru dan peserta didik khususnya di Indonesia harus beradaptasi dengan dunia digital. Dalam rentan waktu tersebut juga sempat diselingi oleh pembelajaran campuran (blended learning) yang disesuaikan dengan level atau status covid-19 di daerah masing-masing.

Pembelajaran jarak jauh (PJJ) adalah pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan suatu media yang memungkinkan adanya interaksi antara peserta didik dan guru. Interaksi yang dimaksud adalah interaksi antara peserta didik dan guru tidak bertatap muka secara langsung seperti pembelajaran biasanya yang dilakukan di dalam ruang kelas atau ditempat yang sama. Namun interaksi dalam Pembelajaran jarak jauh (PJJ) dilakukan tidak bertatap muka secara langsung yang artinya peserta didik dan guru berada dalam tempat yang berbeda, bahkan dalam jarak yang sangat.[1] Pelaksanaan pembelajaran jarak jauh kehadiran peserta didik dan guru tidak selalu bersifat hadir secara fisik bersamaan di ruang kelas. Pelaksanaannya juga dapat berupa sepenuhnya menggunakan sistem jarak jauh (hybrid) maupun campuran atau kolaborasi dari pembelajaran jarak jauh dan dengan pembelajaran di ruang kelas (blended) (Setiawan, 2020)

Generasi Z adalah generasi sesudah mereka yang terlahir antara 1995-2012. Generasi Z saat ini memasuki usia sekolah dan atau awal perkuliahan. Generasi Z terlahir pada zaman ketika teknologi informasi sudah sedemikian maju. Sedari kecil mereka sudah familiar dengan laptop, internet, wifi, dan ponsel pintar. Berdasarkan sebuah statistik, rata-rata dalam sehari Generasi Z menghabiskan waktu 10 jam untuk daring (online). Sedangkan Generasi Milenial hanya menghabiskan waktu sekitar 7,5 jam sehari. Generasi Z lebih banyak mempergunakan platform media sosial yang menyediakan konten hiburan, seperti Instagram, Youtube dan TikTok. Generasi Z hidup dalam dua alam (fisik & maya) tak membedakan realitas diantara keduanya. Mereka melihat dunia maya sama pentingnya dan sama nyata dibandingkan dunia fisik.[2]

Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) memiliki beberapa fakta menarik bagi generasi Z yang perlu kita ketahui bersama, berikut penjelasannya :

1.      Mengasah kemampuan Literasi Digital

Generasi Z yang lahir di era teknologi akan semakin siap dalam menghadapi era society 5.0. Pandemi mampu mempercepat adopsi teknologi digital terutama di bidang pendidikan. Mereka harus memahami Understanding digital footprints yaitu kemampuan memahami jejak digital mengenai semua informasi yang ditinggalkan seseorang secara pasif dan dibagikan secara aktif tentang diri mereka sendiri secara daring, terutama di laman media sosial. Peserta didik juga harus memahami protecting yourself online yaitu memahami dasar-dasar keamanan internet yang membuat password yang kuat, menggunakan pengaturan privasi, dan mengetahui apa yang tidak boleh dibagikan di media sosial.

Kemampuan terakhir yang perlu dikuasai dan dipahami yaitu cyberbullying dan penyebaran hoax. Penggunaan teknologi sebagai sarana untuk melecehkan orang lain telah menjadi kejadian sehari-hari khusunya di Indonesia. Literasi digital di sekolah mampu membuat siswa, guru, tenaga kependidikan dan kepala sekolah, memiliki kemampuan untuk mengakses, memahami, serta menggunakan media digital, alat komunikasi dan jaringannya. Hasil Riset berikut ini dapat disimpulkan: [3]

1.    Indonesia menempati ranking ke-29 dalam hal ketidaksopanan di dunia maya. Dengan tolak ukur “semakin rendah rankingnya, semakin tinggi tingkat ketidaksopanannya”

2.    Berdasarkan kualifikasi usia, milenial dan generasi Z merupakan usia yang paling sering mengalami tindak cyberbullying. Usia kedua kelompok ini dimulai dari usia 41 tahun – 21 tahun, di mana golongan ini termasuk dalam kategori dewasa – anak muda.

3.      Anak muda menjadi subjek utama dalam penyebaran kasus cyberbullying. Dilihat dari tingginya persentase jumlah anak muda yang mengalami kekerasan ini. Beberapa kasus yang terjadi juga menunjukkan bahwa korban bisa sekaligus menjadi pelaku. 

4.      Tindak cyberbullying dilakukan oleh 48% orang asing dan 24% terjadi dalam satu minggu. Artinya, 52% dilakukan oleh orang yang kita kenal, seperti rekan kerja, teman, pasangan, dan keluarga. Selain itu, laju perkembangan kasus ini juga cepat meningkat hanya dalam waktu satu minggu saja.

5.      Dari hasil riset U-Report Indonesia, 71% kekerasan digital terjadi di media sosial, di mana pengguna internet semakin banyak, namun penanganan kasus kriminal dan sosialisasi mengenai kasus dunia maya ini masih kurang efektif, serta rendahnya kesadaran akan bahaya cyberbullying.

6.      Pemerintah dan anak muda adalah dua subjek yang paling berpengaruh untuk menurunkan tingkat kriminalitas dalam dunia digital.

 

Sebagai peserta didik generasi Z yang kritis dan dinamis sudah saatnya kita sendiri yang mulai menyadari racun dari tindakan cyberbullying ini. Gunakanlah jempol untuk melakuka untuk hal positif,  jejak digital akan susah dihapus dan akan terlihat oleh anak dan cucu kita,  jangan takut untuk speak up dan melapor ya. Asahlah kemampuan literasi digital kamu sejak dini, tinggalkan kegiatan yang sia-sia yang hanya menghabiskan waktu untuk sekedar main game sampai lupa segalanya. Amalkanlah firman Allah SWT berikut ini yang artinya : Demi waktu. Sesungguhnya manusia dalam keadaan rugi. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shalih serta saling menasihati tentang kebenaran dan kesabaran”. (QS Al Ashr : 1-3)

2.     Fleksibel, Efektif dan Efesien

Para pelajar memiliki kebebasan untuk mengatur kecepatan belajar mereka, menentukan tenggat waktu mengumpulkan tugas atau bahkan mengatur jadwal ujian mereka (flexibel). Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dapat menghemat waktu dan uang karena para pelajar tidak pergi ke sekolah sebagai penggantinya bisa menggunakan paket hemat kuota atau WIFI dan kualitas kegiatan pembelajaran daring menjadi semakin efektif.

Guru dituntut untuk merancang pembelajaran daring yang ringan dan efektif dengan memanfaatkan perangkat atau media daring (online) yang tepat dan sesuai dengan materi yang diajarkan. Whatsapp Group cocok digunakan bagi pelajar daring pemula khususnya yang berada di daerah dan memiliki keterbatasan kemampuan handphone. Disamping itu pilihlah aplikasi yang sesuai dengan kebutuhan guru dan peserta didik. Tidak semua aplikasi bisa digunakan begitu saja. Sangat efektif jika guru mengajar dengan aplikasi zoom meeting namun harus diperhatikan juga masalah jaringan atau signal.

Guru berhasil dalam melakukan pembelajaran daring pada situasi pandemi Covid-19 jika guru mampu melakukan inovasi dalam merancang, dan meramu materi, metode pembelajaran, dan aplikasi apa yang sesuai dengan materi dan metode. Kreatifitas merupakan kunci sukses dari seorang guru untuk dapat memotivasi siswanya tetap semangat dalam belajar secara daring (online) dan tidak menjadi beban psikis.

Kesuksesan pembelajaran daring selama masa Covid-19 ini tergantung pada kedisiplinan semua pihak. Oleh karena itu, pihak sekolah/madrasah di sini perlu membuat skema dengan menyusun manajemen yang baik dalam mengatur sistem pembelajaran daring (online). Hal ini dilakukan dengan membuat jadwal yang sistematis, terstruktur dan simpel untuk memudahkan komunikasi orangtua dengan sekolah agar putra-putrinya yang belajar di rumah dapat terpantau secara efektif.

Pembelajaran daring sebagai solusi yang efektif dalam pembelajaran di rumah guna memutus mata rantai penyebaran Covid-19, physical distancing (menjaga jarak aman) juga menjadi pertimbangan dipilihnya pembelajaran tersebut. Kerjasama yang baik antara guru, siswa, orangtua siswa dan pihak sekolah/madrasah menjadi faktor penentu agar pembelajaran daring lebih efektif.

3.     Hubungan orang tua dan anak menjadi berkualitas

Kasih sayang dan kehangatan keluarga merupakan hal yang sangat penting bagi pertumbuhan mental dan fisik para pelajar, inilah saat yang tepat untuk meningkatkan kualitas hubungan antara orang tua dan anak juga bersama anggota keluarga lainnya. Kerja sama dalam mengikuti pembelajaran daring (online) sangat diperlukan sehingga orang tua bisa merasakan bagaimana suka duka menjadi orang tua sekaligus menjadi guru, menarik bukan?

Selain itu, kualitas hubungan antara orang tua dan anak akan semakin erat karena orang tua dapat lebih intensif dalam mengajarkan norma-norma yang berlaku di masyarakat, norma pertemanan, norma agama, norma sosial bahkan jika perlu orang tua memberikan gambaran kepada anak mengenai norma hukum yang berlaku. Keutuhan orang tua juga merupakan salah satunya untuk mendukung pendidikan seorang anak, karena itu akan membuat seorang anak merasa mendapat perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya, tetapi tidak menutup kemungkinan bagi seorang anak yang tidak memiliki orang tua yang utuh masih bisa mendapatkan pendidikan yang layak bahkan ada yang berhasil melampaui anak yang lahir dari keluarga utuh.

Banyak juga anak dari keluarga yang mempunyai orang tua yang utuh, ekonominya bagus, dan pendidikan orang tua yang tinggi tetapi tidak pernah mendapatkan bimbingan dan arahan dari orang tuanya sehingga mereka menjadi anak yang kurang kasih sayang dari orang tuanya serta tindakan yang dilakukannya tidak bisa terkendali dan tidak terkontrol, maka dari itu peranan orang tua di dalam keluarga yang paling dominan atau menonjol adalah sebagai penanggung jawab kepada anggota keluarganya, diantaranya pendidikan karena dengan memperoleh pendidikan maka seorang anak akan dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk agar tidak terjerumus dalam kemungkaran.

 

Selain fakta menarik, Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) ternyata memiliki beberapa kendala seperti (1) Kemampuan guru dalam mengorganisasikan materi terdiri dari dua tahap, yaitu memilih dan menyusun materi pembelajaran secara garis besarnya saja atau materi essensial jadi tidak harus ideal seperti pada Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) tatap muka, (2) Masalah yang dihadapi para siswa terkait dengan media pembelajaran selama Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) adalah masih banyak siswa yang belum mampu menggunakan aplikasi daring (online) untuk mengikuti pembelajaran. Selain itu, tidak semua peserta didik yang mempunyai smartphone untuk mengikuti pembelajaran, hal itu dikarenakan latar belakang para peserta didik yang berbeda-beda, ada yang memiliki perekonomian baik dan ada yang kurang mampu sehingga masalah media yang digunakan dalam Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) masih perlu penyesuaian dengan keadaan para peserta didik. (3) Peserta didik yang tidak memiliki orang tau utuh atau salah satunya meninggal dunia atau dibesarkan oleh keluarga yang kurang tepat maka hal ini akan menghambat terhadap jalannya kegiatan pembelajaran daring karena karakter yang terbentuk menjadi tidak disiplin karena anak kurang perhatian dari lingkungannya.

Fenomena grup kelas daring pada Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang sedang trend pada masa pandemi covid-19 mengakibatkan terjadinya beberapa kasta digital. Apa itu kasta digital?, mari kita simak penjelasannya sebagai berikut: (1) Peserta didik yang memiliki fasilitas lengkap dan berkecukupan seperti memiliki handphone atau laptop, kuota atau Wi-Fi, dan fasilitas lainnya yang bisa menunjang pembelajaran daring menjadi lancar, aman, dan tertib. (2) Peserta didik yang memiliki handphone atau laptop, namun handphonenya memiliki keterbatasan dalam mengunduh aplikasi maupun platform digital seperti pdf, e book, video, link YouTube, website, power point, atau aplikasi lainnya untuk mengikuti belajar daring kecuali foto atau screenshot yang bisa dibuka bahkan kuotanya pun terbatas seperti kuota chat saja. (3) Peserta didik yang tidak memiliki handphone atau laptop atau yang memiliki keterbatasan ekonomi.

Sebagai guru mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) sikap saya dalam menghadapi fenomena tersebut adalah laksanakanlah Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) sesuai dengan aturan dalam sistem pembelajaran merdeka belajar. Merupakan gebrakan yang sangat menantang kecerdasan IPTEK bagi peserta didik yang bergairah dalam mengikuti perkembangan zaman pada masa pandemi covid-19 seperti halnya membuat video presentasi virtual yang elegan dan modern lalu diupload ke beberapa media sosial yang bisa memberikan inspirasi bagi guru atau peserta didik lainnya baik lintas sekolah maupun lintas nasional bahkan orang awam pun kini bisa sambil belajar dari apa yang mereka sampaikan dalam presentasi virtual yang sudah diupload di canal youtube.

Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) bisa dilaksanakan melalui zoom meeting, webex, teams, google classroom, whatsapp, e-learning, dan masih banyak lagi. Satu hal yang harus dicatat adalah kita harus peka terhadap kemampuan peserta didik baik dari segi ekonomi, kemampuan IT, ataupun latar belakang keluarga mana yang fokus dengan pendidikan anak. sehingga kecerdasan peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran bisa dicapai secara ideal sesuai dengan apa yang kita harapkan bersama.

 

Daftar Pustaka

Hadion Wijoyo dkk. ( 2020). Generasi Z & Revolusi Industri 4.0 Penulis : Hadion Wijoyo, Penerbit CV. Pena Persada Redaksi : Jl. Gerilya No. 292 Purwokerto Selatan, Kab. Banyumas Jawa Tengah

Munir. (2009). Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Teknologi Informasi Dan Komunikasi. Bandung: Alfabeta.

Prawiyogi. (2020). Anggy Giri dkk. Efektifitas Pembelajaran Jarak Jauh Terhadap Pembelajaran Siswa Di SDIT Cendekia Purwakarta. JPD:Jurnal Pendidikan Dasar.

Cyberbullying: Racun Social Media di Indonesia | Profesi Online (profesi-unm.com)

Biodata

Nurul Jubaedah lahir di Garut, 19 Mei 1978. Pendidikan  : D1 Akuntansi (1995), S1 PAI UNIGA ( 2001), S1 Bahasa Inggris STKIP Siliwangi Cimahi (2007), S2 PAI UIN SGD Bandung (2012). Prestasi : Pembimbing KIR : Membimbing 27 judul Karya Ilmiah Remaja kategori sosial budaya, menghantarkan peserta didik juara 1,2,3, dan harapan 1 kategori Sejarah, Geografi, dan Ekonomi (tingkat Provinsi), juara harapan 1 dan 2 (tingkat Nasional)  (Juli 2019-September 2021), guru berprestasi tahap 1 di GTK Madrasah (2021), lolos tahap 3 AKMI KSKK Madrasah (Februari 2022). Karya : 14 buku  antologi (Januari-April 2022). Memiliki 540 konten pendidikan di canal youtube dan website : 20 artikel (Oktober 2021-April 2022). Instagram (nj_78).


[1] Prawiyogi, A Purwanugraha, G Fakhry, M Firmansyah Jurnal Pendidikan Dasar 11 (1), , Efektivitas pembelajaran jarak jauh terhadap pembelajaran siswa di SDIT Cendekia Purwakarta AG 94-101 , 2020

1 komentar:

P5 : 10 Cara Menerapkan Karakter Kreatif

  P5 : 10 Cara Menerapkan Karakter Kreatif pada Peserta Didik Oleh Nurul Jubaedah, S.Ag.,S.Pd.,M.Ag (Guru SKI di MTsN 2 Garut) Dal...