Membangun Kemandirian melalui Hobi
(Oleh Nurul Jubaedah, S.Ag.,S.Pd.,M.Ag, Guru SKI di MTsN 2 Garut)
Sebagai wali kelas
IX-B TANGGUH di MTsN 2 Garut, saya memiliki tiga program unggulan yaitu hafalan
Juz ke 30, menulis karya ilmiah, dan menjadi wirausahawan muda. Yang akan saya
bahas di sini adalah bagaimana menjadi pengusaha muda karena dua program
lainnya sudah pernah saya bahas di tulisan sebelumnya. Berawal dari keluhan
salah satu peserta didik kelas IX-B akibat dari keterbatasan uang jajan dan
keperluan hidup lainnya maka saya berfikir keras bagaimana solusinya mengingat
saya pun begini adanya.
Fokus pada salah satu
peserta didik yang bernama lengkap Amelia Destriany adalah sosok inspiratif
perempuan yang masagi[1],
secara akademis dia unggul karena Amel kan juara 1, sisi religiusnya juga
unggul karena dia merupakan salah satu peserta didik yang berhasil menghafalkan
juz ke 30, nah yang terakhir ternyata challenge dari wali kelas IX-B
TANGGUH dia taklukkan juga. Amel, meskipun awalnya terlihat agak takut dan
kurang percaya diri dalam berdagang ternyata pada H1 Ramadhan dalam event
warung online Ramadhan yang diadakan oleh wali kelas IX-B TANGGUH,
dagangannya mulai banyak yang pesan.
Saya sebagai wali
kelas ikut mempromosikan dagangannya di media sosial dan Alhamdulillah yang memborong
dagangan Amel di hari pertama dan kedua di bulan Ramadhan ini ternyata teman
SMA saya. Amel yang sebelumnya terlihat kaku, takut, gelisah dan panik sekarang
malah asyik di dapur sambil ngabuburit membuat beberapa bungkus pesanan para
pembeli. Amel berjualan bakso aci ternyata sesuai dengan makanan kesukaan saya.
Ya jelas saya pun akan menjadi langganan setianya. Amel...Amel... asalnya takut
kok sekarang malah jadi asyik ya!. Lanjutkan ya nak dan tetap semangat!
Pertanyaannya adalah
mengapa Amel harus menjadi individu yang mandiri selain unggul di bidang
akademis ataupun agama?. Mengapa bulan Ramadhan seharusnya fokus ibadah saja
supaya khusuk?. Apakah program wali kelas IX-B TANGGUH menjadi wirausahawan
muda ini melanggar aturan sekolah?. Bukankah ini namanya eksploitasi anak?. Mengapa
sebagai wali kelas tega-teganya menyuruh anak dagang?. Mengapa tidak menyumbang
mereka sekalian saja, bukankah lebih praktis?, masa kucing saja disayang kok
kepada manusia tidak peduli?
Banyak sekali ya
pertanyaannya? baiklah supaya tidak banyak basa-basi mari kita simak penjelasan
berikut mengenai mengapa Amel menjalankan tugas program wali kelas IX-B TANGGUH
dari rasa takut menjadi hobi yang bisa menumbuhkan kemandirian, mengapa Amel harus
hidup mandiri, ini dia alasannya ...
1.
Mengurangi
Ketergantungan pada Orang Lain
Kewajiban manusia adalah mengimani ayat
berikut ini yang artinya, “Allah adalah Tuhan
yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu” (QS. Al-Ikhlas : 2). Jika manusia sangat bergantung kepada makhluk berarti
dia secara tidak langsung sudah melakukan dosa. Allah SWT berfirman yang
artinya, “ Hai manusia, kamulah yang sangat butuh kepada Allah; dan
Allah Dialah yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji .” (QS.
Fathir: 15). Dengan mengurangi
ketergantungan pada orang lain maka kedudukannya akan mulia di sisi manusia
atau masyarakat dan hati menjadi lebih tenang.
2.
Menumbuhkan
Rasa Percaya Diri
Menurut John M. Ortiz (2002: 114) “Percaya
diri adalah percaya akan kemampuan sendiri dan mampu mengandalkan diri
sendiri”. Senada dengan hal itu Jalaluddin Rahkmat (2000: 109) “Percaya diri
yaitu kepercayaan kepada kemampuan sendiri”. Didukung oleh Das Salirawati
(2012: 218) berpendapat “Percaya diri adalah sikap yakin akan kemampuan diri
sendiri untuk memenuhi setiap keinginan dan harapannya”. Diperkuat dengan
pendapat Anita Lie (2004: 4). “Percaya diri adalah modal dasar seseorang dalam
memenuhi berbagai kebutuhan sendiri. Seseorang yang percaya diri akan merasa
dirinya berharga dan mempunyai kemampuan menjalani kehidupan, mempertimbangkan
berbagai pilihan dan membuat keputusan sendiri”. Pendapat ini didukung oleh
Alfred Adler (dalam Peter Lauster, 2005: 14) yang menyatakan bahwa percaya diri
merupakan kebutuhan manusia yang paling penting selain rasa superioritas. Jadi
dapat ditarik butir-butir penting bahwa percaya diri adalah percaya dan yakin
akan kemampuan serta dapat mengandalkan diri sendiri.
3.
Belajar
Dewasa dan Bertanggung Jawab
Kedewasaan adalah jika anak sudah bertanggung
jawab atas keadaan dirinya. Ditinjau dari kedewasaan anak secara pedagogis,
anak telah dapat menyadari dan mengenal diri sendiri atas tanggung jawab
sendiri. Pada awal masa sekolah anak diperintahkan untuk mengerjakan sholat 5
waktu yang menunjukkan bahwa anak mulai dididik untuk bertanggung jawab
terhadap dirinya sendiri. Anak mulai diminta untuk membina dirinya sendiri,
memenuhi kebutuhan dan kewajiban dirinya sendiri (Abdul Majid & Dian
Andayani, 2011:25). Setelah anak dididik tentang tanggung jawab diri, maka
selanjutnya anak dididik untuk mulai peduli pada orang lain, terutama
teman-teman sebaya yang setiap hari ia bergaul. Tanggung jawab menurut kamus
umum Bahasa Indonesia adalah, keadaan wajib menanggung segala sesuatunya.
Sehingga bertanggung jawab menurut kamus Bahasa Indonesia (KBBI, kbbi.web.id:
Senin 02 Oktober 2017) adalah berkewajiban menanggung, memikul jawab,
mananggung segala sesuatunya, atau memberikan jawab dan menanggung akibatnya.
Tanggung jawab adalah ciri manusia beradab (berbudaya).
4. Berfikir Kritis dan Kreatif
Orang
yang kritis akan lebih bersyukur karena dia memahami tentang bagaimana Tuhan
memberikan nikmat dalam kehidupannya. Pribadi orang yang kritis mudah tersenyum
dan disukai banyak orang karena dia memiliki kepribadian terbuka sehingga dia
akan mudah berbaur dan menerima kritik dari orang lain. Orang yang kritis tidak
akan mudah tertipu karena dia mampu membedakan antara fakta dan opini. Berfikir
kritis bermanfaat untuk melatih sikap kreatif. Seseorang yang berfikir kritis
maka ia akan memutar otak menjadi lebih cerdas. Salah satu sikap kreatif sudah
ditunjukkan oleh Amel yang memutar otak dan kreatif berjualan bakso aci.
6. Menjadi Problem Solver
Tuhan
memberikan masalah dan ujian kepada manusia maka tugas manusia adalah mencari
jalan keluar untuk menyelesaikan masalah tersebut. Manusia sebagai problem
solver maka dia akan memaksimalkan ikhtiar dan doa lalu tawakkal sehingga
keimanan dan ketakwaan yang ada dalam jiwanya akan meyakini firman Allah SWT
berikut ini yang artinya : “Barang siapa bertakwa kepada Allah maka Dia akan
menjadikan jalan keluar baginya, dan memberinya rezeki dari jalan yang tidak ia
sangka, dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah maka cukuplah Allah
baginya, Sesungguhnya Allah melaksanakan kehendak-Nya, Dia telah menjadikan
untuk setiap sesuatu kadarnya." (QS. Ath-Thalaq : 2-3)
7. Mempersiapkan
Diri untuk Kehidupan yang Lebih Baik
Mempersiapkan
diri untuk kehidupan yang lebih baik yaitu dengan cara memanfaatkan waktu
sebaik mungkin untuk hal-hal yang bermanfaat. Memanfaatkan waktu untuk
melakukan hal yang baik, hal ini sudah tertera dalam Al-Quran yang artinya, "Barangsiapa yang berbuat kebaikan (sebesar
biji dzarrah), niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan barangsiapa yang
berbuat kejahatan (sebesar biji dzarrah), niscaya dia akan melihat (balasan)
nya pula" . (QS. Az-Zalzalah : 7-8). Kita harus seimbang dalam mencari duania
dan akhirat, padahal Allah SWT berpesan untuk lebih mementingkan akhirat,
renungkan firman-Nya, “Carilah negeri akherat pada
nikmat yang diberikan Allah kepadamu, tapi jangan kamu lupakan bagianmu dari
dunia“. (QS. Al-Qosos: 77).
Sebagai penutup saya akan menjelaskan alasan
kelas IX-B diberi jargon TANGGUH. Saya sebagai wali kelas menyelipkan doa di
balik kata Tangguh yaitu agar kelak para peserta didik kelas IX-B TANGGUH tidak
hanya sukses di dunia tetapi juga sukses di akhirat dimana dalam prosesnya
mereka harus memiliki mental kuat dalam mengarungi kehidupan yang keras ini.
Kenyataannya? Saya menjadi wali kelas IX-B TANGGUH sejak
bulan Juli 2021 dan sekarang bulan April 2022 terjawab sudah doa yang pernah
saya panjatkan. Kata adalah doa maka berbicaralah yang baik jika tidak bisa
maka diamlah, bukan begitu?
Amel adalah sosok
inspuratif yang lengkap mulai dari domain kognitif, afektif, sampai
psikomotor. Amel mampu mengubah dan menaklukkan perasaan takutnya menjadi
suasana yang menyenangkan. Amel menjadikan rasa resah dan gelisahnya menjadi
sesuatu yang asyik. Semoga akan tumbuh Amel Amel yang lain sehingga bisa
menghasilkan out put yang tuntas. Bagi mereka yang sudah terbiasa
berdagang maka program wali kelas IX-B TANGGUH akan terasa biasa saja, bagi
mereka yang tidak memiliki skill maka akan menjadi beban mental tetapi adalah
hal yang luar biasa ketika seseorang mampu mengubah hal di luar kemampuannya menjadi
sebuah hobi yang produktif.
Daftar Pustaka
Anita Lie. 2004. 101 Cara Menumbuhkan
Percaya Diri Anak (Usia Balita Sampai Remaja). Jakarta: Elex Media
Komputindo.
Das Salirawati. 2012. Percaya Diri,
Keingintahuan, dan Berjiwa Wirausaha: Tiga Karakter Penting Bagi Peserta Didik.
Jurnal Pendidikan Karakter, (Nomor II tahun 2). Hlm 218-219.
Jalaluddin
Rakhmat. 2000. Psikologi Komunikasi. reved. Bandung : Remaja Rosdakarya.
John M. Ortiz. 2002. Menumbuhkan
anak-anak yang bahagia cerdas dan percaya diri degan musik. Jakarta:
Gramedia.
Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Kamus versi online/daring (dalam jaringan).
Online: (kbbi.web.id). Kutip. Senin 02 Oktober 2017.
Majid,
Abdul dan Dian Andayani. (2011). Pendidikan Karakter Perspektif Islam.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Peter Lauster. 1997. Test Kepribadian (
terjemahan Cecilia, G. Sumekto ). Yokyakarta. Kanisius
Satjadibrata, R. (2005). Kamus Basa Sunda.
Bandung: Kiblat Buku Utama.
Biodata
[1] Sudaryat (2015: 75) menyebutkan
bahwa jalma masagi menggambarkan kualitas manusia Sunda yang beradab dan
berkarakter, yaitu manusia yang nyantri “religius”, nyunda “berbudaya”, dan
nyakola “akademis”. Jalma masagi memiliki keseimbangan antara aspek jasmani dan
rohani. Tubuhnya sehat jiwanya kuat. Manusia yang benar dalam bernalar, baik
akhlaknya serta elok perilakunya. Ia adalah manusa manggapulia, insan kamil,
atau dalam terminologi pembangunan nasional disebut sebagai manusia seutuhnya.
Pembentukan karakter seperti itu tentu harus dilakukan secara menyeluruh dan
seimbang, tidak hanya menekankan aspek material atau infrastruktur saja,
melainkan juga unsur mental-spiritual.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar