Senin, 25 April 2022

(24) 4 Cara menjadi Guru Literat


 

4 Cara menjadi Guru Literat

(oleh Nurul Jubaedah, S.Ag.,S.Pd.,M.Ag dari MTsN 2 Garut)

Guru literat adalah guru yang memiliki kepekaaan, kemampuan memahami, dan melakukan sesuatu berdasarkan informasi yang tepat. Guru literat berarti ia mampu menguasai, mengembangkan sistem-sistem tulisan dan konversi-konversi yang menyertainya serta memiliki hasrat yang tinggi untuk belajar menulis secara utuh, kontinyu, dan konsisten.

Ada 4 Cara menjadi Guru Literat yaitu sebagai berikut :

1. Menulis Karya Ilmiah

Manfaat menulis karya ilmiah bagi guru adalah selain melatih kemampuan menulis, mengembangkan pemikiran, meningkatkan keterampilan dalam menyajikan data dan menganalisis data, menulis juga bermanfaat untuk Kenaikan Pangkat (KNP). Berdasarkan pengalaman saya pada bulan Juli tahun 2019 sampai bulan Setember tahun 2021, saya membimbing 27 Karya Ilmiah Remaja (KIR). Selain menjadi pembimbing, saya juga merangkap supir yang telah melakukan 11 kali penelitian ke wilayah Bandung dan Garut tanpa pendamping, hanya bersama beberapa peserta didik telah melewati gang sempit, bukit, perkampungan, pedalaman, dan lembah, challenge bukan!. Perjuangan kami berbuah manis karena telah memeroleh beberapa kali kejuaran baik tingkat propinsi (juara 1,2,3, dan harapan 1) maupun tingkat nasional (juara harapan 1 dan 2) kategori Sosial Budaya, Ekonomi, Sejarah, dan Geografi. Selain itu, saya juga sempat membimbing Karya Tulis Ilmiah (KTI) untuk lomba MYRES (12 KTI tahun 2020 dan 13 KTI tahun 2021) dan LIPI (4 KTI tahun 2020) namun belum pernah lolos. Keuntungan saya sebagai guru pembimbing sangat besar karena selain makmur juga berkat penelitian tersebut saya bisa menjadikannya karya ilmiah untuk persyaratan Kenaikan Pangkat (KNP) ke IV-a.

2. Mempublikasikan Karya Ilmiah di Blog

Menulis karya ilmiah di blog bisa dijadikan sebagai dokumentasi atau tabungan karya yang bisa bermanfaat untuk generasi yang akan datang. Melalui publikasi ilmiah guru akan memperoleh saran supaya lebih baik dalam penulisan karya ilmiah, mempunyai jaringan yang lebih luas, dan bisa berperan sebagai problem solver. Saya menulis secara rutin baik di blog pribadi, Gurusiana, maupun di Kompasiana. Niat semula memang saya menulis untuk kepentingan kenaikan pangkat (KNP) namun, sekarang menulis bagi saya sudah menjadi candu dan hobi yang menyenangkan. Ketika saya naik pangkat ke IV-a, saya mendapatkan uang rapel sebesar 3x lipat gaji saya, produktif bukan?. Sejak saat itu saya serius menulis 20 artikel, 12 karya ilmiah, dan 20 buku antologi untuk persiapan ke IV-b. PR untuk saya kedepannya adalah menulis karya ilmiah di jurnal Nasional dan Internasional.

3. Bergabung dengan Komunitas Pegiat Literasi

Salah satu platform digital yang praktis untuk bergabung dalam komunitas pegiat Literasi adalah WhatsApp Group. Berdasarkan pengalaman saya ketika menulis,  admin WhatsApp Group akan memberikan motivasi agar para penulis terus produktif. Ia akan memberikan tema untuk kita jadikan judul sendiri. Saya bergabung bersama sekitar 20 grup pegiat literasi di WhatsApp Group. Bagaimana saya tidak disiplin menulis wong setiap grup memasang target harus selesai sesuai dengan tanggal yang mereka tentukan, bayangkan saja kalau ada 20 grup, apakah keteteran? Ah tidak! Karena bagi saya hal ini merangsang saya untuk menulis secara rutin dan melatih kedisiplinan. Saya menyukai kesibukan yang bermanfaat, apalagi saat ini ada yang memberikan challenge kepada saya untuk menulis artikel dalam bahasa Inggris dan menawarkan saya menjadi note speaker.

4. Menulis Karya Ilmiah dalam Buku Antologi

Buku antologi adalah buku yang berisi kumpulan karya-karya. Karya kita akan dimuat dalam satu buku antologi paling tidak ada 30 karya hasil tulisan para penulis yang telah memenuhi syarat. Dalam komunitas WhatsApp Group pegiat literasi, kita dipacu untuk menulis satu artikel yang akan direlease dalam sebuah buku antologi. Saya sudah menulis artikel untuk 20 buku antologi, tapi yang sudah dicetak baru ada empat buah buku, sisanya sedang menunggu antrian sampai ISBN keluar. Setelah menulis artikel dalam bahasa Indonesia, saya juga akan mencoba menulis artikel dalam bahasa Inggris yang akan dibukukan ke dalam buku antologi.

Berikut ini adalah judul artikel saya yang telah dimuat dalam buku antologi :

1. Resolusi 2022

2. Keefektifan Penggunaan Video Virtual

3. Netizen di era digital : Ibarat Dua Mata Pisau

4. Peranan Wali Kelas dalam Membentuk Karakter Siswa 

5. Mental Bola di masa Pandemi

6. Metode Bandongan

7. Buih menjadi Permadani

8. Hina jadi Mulia

9. Literasi Cinta

10. Pemikiran Perempuan Perkasa

11. 3 Fakta menarik PJJ untuk Kamu Generasi Z

12. Hobi Membangun Kemandirian

13. 10 Ciri Ibu TUnggal yang Berjiwa seperti Singa

14. Surat dari Regita

Setelah menyimak penjelasan di atas akhirmya kita paham mengapa guru harus literat. Guru literat akan mampu menggerakkan minat para siswanya untuk lebih giat belajar dan mempertajam kepekaan terhadap lingkungan sekitar. Belajar tentang lingkungan sebagai wujud dari literasi budaya dan literasi kewarganegaraan akan semakin meningkat pula. Guru harus menyiapkan Generasi Emas 2045 mulai dari sekarang karena merekalah yang akan menjadi pemimpin di masa depan. Mari kita terus belajar agar kompetensi kita sebagai guru bisa mencapai seoptimal mungkin. Allah SWT berfirman dalam AL-Qur,an yang artinya,  Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat, (Q.S. Al-Mujadilah : 11).

 

 

Biodata

Nurul Jubaedah lahir di Garut, 19 Mei 1978. Guru SKI di MTsN 2 Garut. e-mail : nuruljubaedah6@gmail.com. WA : 081322292789.

2 komentar:

P5 : 10 Cara Menerapkan Karakter Kreatif

  P5 : 10 Cara Menerapkan Karakter Kreatif pada Peserta Didik Oleh Nurul Jubaedah, S.Ag.,S.Pd.,M.Ag (Guru SKI di MTsN 2 Garut) Dal...