4 Cara
menjadi Guru Literat
(oleh Nurul Jubaedah, S.Ag.,S.Pd.,M.Ag dari MTsN 2 Garut)
Guru
literat adalah guru yang memiliki kepekaaan, kemampuan memahami, dan melakukan
sesuatu berdasarkan informasi yang tepat. Guru literat berarti ia mampu
menguasai, mengembangkan sistem-sistem tulisan dan konversi-konversi yang
menyertainya serta memiliki hasrat yang tinggi untuk belajar menulis secara
utuh, kontinyu, dan konsisten.
Ada
4 Cara menjadi Guru Literat yaitu sebagai berikut :
1.
Menulis Karya Ilmiah
Manfaat menulis karya ilmiah bagi guru adalah
selain melatih kemampuan menulis, mengembangkan pemikiran, meningkatkan
keterampilan dalam menyajikan data dan menganalisis data, menulis juga
bermanfaat untuk Kenaikan Pangkat (KNP). Berdasarkan pengalaman saya pada bulan
Juli tahun 2019 sampai bulan Setember tahun 2021, saya membimbing 27 Karya Ilmiah
Remaja (KIR). Selain menjadi pembimbing, saya juga merangkap supir yang telah melakukan
11 kali penelitian ke wilayah Bandung dan Garut tanpa pendamping, hanya bersama
beberapa peserta didik telah melewati gang sempit, bukit, perkampungan,
pedalaman, dan lembah, challenge bukan!. Perjuangan kami berbuah manis karena
telah memeroleh beberapa kali kejuaran baik tingkat propinsi (juara 1,2,3, dan
harapan 1) maupun tingkat nasional (juara harapan 1 dan 2) kategori Sosial Budaya,
Ekonomi, Sejarah, dan Geografi. Selain itu, saya juga sempat membimbing Karya
Tulis Ilmiah (KTI) untuk lomba MYRES (12 KTI tahun 2020 dan 13 KTI tahun 2021) dan
LIPI (4 KTI tahun 2020) namun belum pernah lolos. Keuntungan saya sebagai guru pembimbing
sangat besar karena selain makmur juga berkat penelitian tersebut saya bisa
menjadikannya karya ilmiah untuk persyaratan Kenaikan Pangkat (KNP) ke IV-a.
2.
Mempublikasikan Karya Ilmiah di Blog
Menulis karya ilmiah di blog bisa dijadikan
sebagai dokumentasi atau tabungan karya yang bisa bermanfaat untuk generasi
yang akan datang. Melalui publikasi ilmiah guru akan memperoleh saran supaya
lebih baik dalam penulisan karya ilmiah, mempunyai jaringan yang lebih luas, dan
bisa berperan sebagai problem solver. Saya menulis secara rutin baik di
blog pribadi, Gurusiana, maupun di Kompasiana. Niat semula memang saya menulis
untuk kepentingan kenaikan pangkat (KNP) namun, sekarang menulis bagi saya
sudah menjadi candu dan hobi yang menyenangkan. Ketika saya naik pangkat ke IV-a,
saya mendapatkan uang rapel sebesar 3x lipat gaji saya, produktif bukan?. Sejak
saat itu saya serius menulis 20 artikel, 12 karya ilmiah, dan 20 buku antologi
untuk persiapan ke IV-b. PR untuk saya kedepannya adalah menulis karya ilmiah
di jurnal Nasional dan Internasional.
3.
Bergabung dengan Komunitas Pegiat Literasi
Salah satu platform digital yang praktis
untuk bergabung dalam komunitas pegiat Literasi adalah WhatsApp
Group. Berdasarkan pengalaman saya ketika menulis, admin WhatsApp Group akan memberikan
motivasi agar para penulis terus produktif. Ia akan memberikan tema untuk kita
jadikan judul sendiri. Saya bergabung bersama sekitar 20 grup pegiat literasi
di WhatsApp Group. Bagaimana saya tidak disiplin menulis wong
setiap grup memasang target harus selesai sesuai dengan tanggal yang mereka
tentukan, bayangkan saja kalau ada 20 grup, apakah keteteran? Ah tidak! Karena bagi
saya hal ini merangsang saya untuk menulis secara rutin dan melatih
kedisiplinan. Saya menyukai kesibukan yang bermanfaat, apalagi saat ini ada
yang memberikan challenge kepada saya untuk menulis artikel dalam bahasa
Inggris dan menawarkan saya menjadi note speaker.
4.
Menulis Karya Ilmiah dalam Buku Antologi
Buku antologi adalah buku yang berisi kumpulan
karya-karya. Karya kita akan dimuat dalam satu buku antologi paling tidak ada
30 karya hasil tulisan para penulis yang telah memenuhi syarat. Dalam komunitas
WhatsApp Group pegiat literasi, kita dipacu untuk menulis satu artikel
yang akan direlease dalam sebuah buku antologi. Saya sudah menulis
artikel untuk 20 buku antologi, tapi yang sudah dicetak baru ada empat buah
buku, sisanya sedang menunggu antrian sampai ISBN keluar. Setelah menulis
artikel dalam bahasa Indonesia, saya juga akan mencoba menulis artikel dalam
bahasa Inggris yang akan dibukukan ke dalam buku antologi.
Berikut
ini adalah judul artikel saya yang telah dimuat dalam buku antologi :
1. Resolusi
2022
2.
Keefektifan Penggunaan Video Virtual
3. Netizen
di era digital : Ibarat Dua Mata Pisau
4. Peranan
Wali Kelas dalam Membentuk Karakter Siswa
5. Mental
Bola di masa Pandemi
6. Metode
Bandongan
7. Buih
menjadi Permadani
8. Hina jadi
Mulia
9. Literasi
Cinta
10.
Pemikiran Perempuan Perkasa
11. 3 Fakta
menarik PJJ untuk Kamu Generasi Z
12. Hobi
Membangun Kemandirian
13. 10 Ciri Ibu TUnggal yang Berjiwa seperti Singa
14. Surat dari Regita
Setelah
menyimak penjelasan di atas akhirmya kita paham mengapa guru harus literat.
Guru literat akan mampu menggerakkan minat para siswanya untuk lebih giat
belajar dan mempertajam kepekaan terhadap lingkungan sekitar. Belajar tentang
lingkungan sebagai wujud dari literasi budaya dan literasi kewarganegaraan akan
semakin meningkat pula. Guru harus menyiapkan Generasi Emas 2045 mulai dari
sekarang karena merekalah yang akan menjadi pemimpin di masa depan. Mari kita
terus belajar agar kompetensi kita sebagai guru bisa mencapai seoptimal
mungkin. Allah SWT berfirman dalam AL-Qur,an yang artinya, Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat, (Q.S.
Al-Mujadilah : 11).
Biodata
Nurul Jubaedah lahir di Garut, 19
Mei 1978. Guru SKI di MTsN 2 Garut. e-mail : nuruljubaedah6@gmail.com. WA : 081322292789.
Sangatbmemarik
BalasHapusTerima kasih banyak pak senior telah mampir
Hapus