"Assalamu'alaikum,
selamat sore, bu. Gimana kabarnya? Semoga sehat. Ibu ini Regita, ada tugas
akhir Bahasa Indonesia membuat teks biografi. Nah, terlintas ide buat jadiin
ibu sebagai tokoh biografinya. Jika ibu berkenan, nanti ada beberapa pertanyaan
yang mau Regita ajuin ke ibu.Terimakasih banyak sebelumnya. Semoga kebaikan
mengelilingi ibu sekeluarga. Aaamiinn", pesan dari Regita alumni MTsN 2
Garut tertanggal 11 April 2022.
Saya bingung
tapi saat itu juga saya langsung menyetujuinya dengan cepat dengan niat agar
Regita tetap antusias dan semangat dalam mengerjakan tugas sekolahnya. Kenapa
saya bingung?, biasanya biografi itu kan karya sastra yang berisikan riwayat
hidup seorang tokoh ternama. Terus saya ternama apanya?. Jikalau saat itu saya
mendebat atau menolak permintaan Regita maka saya tidak akan tahan melihat anak
didik saya kecewa. Pertanyaan ulang di dalam hati saya saat itu, "siapa
saya? saya punya apa? kan hanya guru pada umumnya seperti orang-orang
kebanyakan sambil tertawa ha...ha...ha... Regita...Regita, kamu berlebihan
nak!", saya bergumam sambil tersenyum lebar.
Setelah Regita
menyiapkan daftar tanya jawab dan menyelesaikan tahap yang diperlukan,
selanjutnya dia mengirimkan file tersebut kepada saya agar saya memeriksa
kembali validitas datanya. Saya memeriksanya, saya perbaiki kesalahan
penulisannya beserta sedikit info yang keliru lalu saya luruskan ulang.
Selanjutnya saya kirim balik file tersebut ke Regita. Saya pikir, rasanya risi
juga ya dijadikan icon fenomenal oleh anak-anak Karya Ilmiah Remaja (KIR)
angkatan tahun 2019-2021 yang dulu sempat saya bimbing termasuk Regita salah
satunya. Dasar saya hanya menyimak dan lurus-lurus saja dengan apa yang mereka
telah ucapkan tentang penilaian mereka terhadap saya yang telah tersedia dalam
konten YouTube atas nama Nurul Jubaedah yang berjudul "syukuran para
juara" yang disimpan di playlist Karya Ilmiah Remaja.
Pertanyaan
berulang kali muncul di benak saya "Regita kenapa kamu tidak menulis
biografi terkenal saja seperti B.J. Habibi, Soekarno, Hatta, atau tokoh-tokoh
lainnya, kenapa kamu memilih menulis tentang ibu?". Anehnya saya tidak
berdialog panjang dengan Regita saat itu dikarenakan sedang menulis beberapa
artikel di mana konsentrasi saya tidak boleh terganggu, nanti garapannya lupa
lagi dong!.
Refleksi
Setelah sekian
lama saya menjadi seorang guru sejak tahun 2000 sampai sekarang, tentunya saya
belum melakukan hal yang luar biasa karena di luar sana begitu banyak guru-guru
yang melangit jasanya, prestasinya, pengorbanannya. Saya yang tidak ada
apa-apanya ini ternyata masih ada orang yang mengakui kehadiran saya,
menghargai apa yang telah saya lakukan meskipun hanya sedikit saja. Saya
cenderung melupakan kebaikan apa yang telah saya lakukan di masa lalu dan
berusaha mengingat dan memperbaiki kesalahan apa yang telah terjadi dan telah
saya lakukan meskipun saya memiliki keterbatasan namun, saya akan terus
berusaha mengisi waktu, memanfaatkan sisa usia ini dengan hal yang bermanfaat
bagi orang lain, tentunya semampu saya.
Regita, terima kasih suratnya, ibu terharu.
Terimakasih banyak sosok inspirasi! Semoga sehat selalu bu, Aamiinn..
BalasHapusAamiin ya Allah 🙏
Hapus