(Nurul Jubaedah, S.Ag.,S.Pd.,M.Ag Guru SKI di MTsN 2
Garut)
Menulis Berarti Bersyukur
Karya adalah simbol rasa syukur kepada
Sang Khalik yang telah memberikan ide, gagasan, dan pengetahuan. Semakin bersyukur maka
kenikmatan dan keluasan ide akan semakin bertambah. Semakin banyak para
penikmat karya maka semakin semangat penulis untuk berkarya lebih produktif
lagi.
Banyak cara
untuk bersyukur kepada Sang
Pencipta, salah satunya adalah dengan menulis. Ya,
dengan menulis berarti
mensyukuri nikmat ilmu yang telah Tuhan berikan kepada makhluk-Nya,
juga nikmat-nikmat lainnya yang begitu melimpah ruah meliputi kehidupan ini.
Bukankah Tuhan sendiri yang memerintahkan kepada hamba-Nya untuk
selalu mensyukuri nikmat-Nya?. Dalam Surat Ibrahim ayat 7 ditegaskan yang artinya, Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan,
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat)
kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat
berat.”
Inilah dasar hukum
menulis berarti bersyukur. Penulis menorehkan tulisan berdasarkan pengalaman
hidup dan pengetahuan yang selama ini telah dikumpulkan dalam file yang bernama
memori otak. File ini mengikat makna, mengumpulkan tulisan
hasil bacaan dari buku, majalah, artikel, atau bahkan film, kemudian penulis mengembangkan dan memperluas
lagi dengan mengikat makna dari setiap peristiwa dan kejadian sehari-hari berdasarkan pengalaman dan perasaan yang berkecambuk
sehingga tertuang dalam sebuah tulisan yang bermakna yang akan bermanfaat bagi
setiap generasi.
Penulis meyakini
bahwa setiap pengalaman berupa peristiwa atau fenomena yang terjadi baik
berdampak terhadap perasaan sedih, bahagia, sakit hati, malas, kecewa, marah,
ceria, atau pun menangis bahagia pasti didalamnya terdapat hikmah besar serta
nilai moral yang bisa kita ambil sebagai bahan introspeksi dan refleksi diri.
Maka dari itu
sebaiknya setiap peristiwa dan pengalaman hidup tidak terbuang begitu saja
tetapi tulislah dalam sebuah karya agar kelak menjadi pahala yang tetap
mengalir dan menjadi berkah bagi para pembaca sehingga tulisan-tulisan itu
siapa tahu akan menjadi solusi bagi mereka yang sedang mencari inspirasi dalam
hidupnya.
Kebermanfaatan
sebuah karya tidak bisa terjadi begitu saja misalnya kita tulis saja di blog
dan selesai. Tidak ya!. Penulis share hasil karya di blogger, website MTsN 2
Garut, Kompasiana, Gurusiana dan Retizen Republika sudah sampai di situ saja
dulu karena akan sangat merepotkan jika terlalu banyak blog. Sisanya penulis
share di whatsapp, facebook, telegram, instagram, dan youtube.
Tentunya jika di share di instagram atau youtube harus
diubah dulu tulisannya ke dalam sebuah konten video, sebuah karya kreatif dan
menarik bukan?.
Tulisan akan jauh
lebih memberi manfaat jika kita sering mengikuti lomba menulis. Manfaat
mengikuti lomba menulis diantaranya : pertama, mengukur kemampuan kita baik
secara intelektual maupun mental. Kedua, membentuk pribadi yang kompetitif,
kritis, kreatif, melek informasi, dinamis, dan optimis.
Ketiga, menjadi
bahan introspeksi dan refleksi sehingga hasil lomba bisa menjadi self-efficacy,
self-reward, self-love, self-belief, dan self-goal. Penulis yang
sering mangajukan diri untuk sebuah lomba akan lebih menghargai proses daripada
hasil. Mengapa? Karena proses akan membentuk pribadi yang bersyukur. Mensyukuri
waktu, usia, dan kesempatan yang diberikan Tuhan untuk mengisi sisa waktu
melakukan kegiatan positif dan bermanfaat.
Bukti menulis itu
sebagai wujud syukur adalah hasil karya kita yang telah kita share ke media
sosial selanjutnya dikumpulkan dan diterbitkan menjadi buku antologi atau buku
solo. Inilah rasa syukur seorang penulis kepada Allah SWT terhadap ilmu yang
telah Dia berikan kepada makhluk-Nya.
Setelah publik
mengonsumsi karya kita melalui buku maupun blog maka ilmu pengetahuan yang
telah kita miliki akan semakin berkembang, semakin banyak, dan semakin
bermanfaat sehingga bisa dinikmati oleh orang lain tidak terbatas oleh ruang
dan waktu. Inilah yang dinamakan pahala jariyah semoga keikhlasan dan totalitas
dalam berkarya suatu hari akan dipertemukan dengan yang namanya keajaiban.
Sejarah kehidupan akan merekam jejak penulis melalui karyanya. Karya mereka
tidak akan punah bahkan hilang ditelan zaman.
Menulis
Adalah Jiwa
Menuangkan ide dengan hati dan jiwa yang
utuh akan memberikan ruh pada setiap kalimat yang tertuang. Kesehatan akan meningkat saat menulis tentang
pengalaman hidup. Stres akan menurun jika kita menulis secara terus menerus.
Imun akan meningkat, tekanan darah akan turun, mood bekerja akan lebih
baik, bahagia akan sering menghampiri, depresi akan berkurang. Otak kiri penulis semakin terasah terutama yang berkaitan dengan
analisa dan rasionalitas. Otak kanan bebas berkreasi dan memperkuat institusi
maka otak kiri dilatih untuk menulis.
Menulis adalah
cara ampuh mengenali diri sendiri dan bermanfaat untuk kesehatan jiwa. Menulis
mengikuti bakat dan selera penulis sesuai dengan genre yang dikuasai. Fiksi
maupun nonfiksi tidak ada masalah karena keduanya bisa menjadi media untuk
menyampaikan dan menyalurkan ide, gagasan, pengalaman, dan perasaan kepada
pembaca.
Penulis fiksi
maupun nonfiksi disarankan untuk bersikap fleksibel sehingga bisa melebur di
antara keduanya meskipun karya yang mereka hasilkan akan menjadi ciri khas
masing-masing kedepannya. Penulis yang mampu memilih dan menuangkan kata
menjadi tulisan indah maka mereka sedang memanusiakan kehidupan melaui jiwa
yang indah.
Menulis
Sampai Mati
Penulis menuangkan
pemikirannya dalam sebuah tulisan melalui tahapan yang ketat tapi tidak rumit.
Jika telah terbiasa maka karya yang dihasilkan akan menjadi sebuah kewajiban
yang jika ditinggalkan akan merasa berdosa. Proses menulis dimulai dengan research,
record, recheck, dan refine.
Research. Mula-mula
penulis menyiapkan sejumlah referensi, searching beberapa jurnal di google scholarship atau sejumlah buku
yang akan mengukur dan mendukung sejauh mana tingkat ilmiah sebuah tulisan yang
akan kita tuangkan. Selanjutnya menyiapkan judul menarik, yang eye catching
dan simple tapi menggigit para pembaca.
Record. Penulis membuat outline dalam word terlebih dahulu
dan sudah disiapkan berdasarkan standard template seperti A4, front 12,
times new roman, margin 2,2,3,3. Aturan seperti ini sebenarnya fleksibel
mengikuti aturan yang diberlakukan sesuai dengan komunitas pegiat literasi yang
para penulis biasanya ikuti, jadi tidak perlu ribet. Selanjutnya outline
tersebut dikembangkan menjadi konsep, paragrap pembuka, isi, dan penutup.
Kebetulan penulis bergenre non fiksi.
Recheck. Di tahap ini, proses pemeriksaan kembali dan
memperbaiki tulisan jika masih ada yang perlu dikurangi atau ditambahkan. Jika
diperlukan berkonsultasilah dengan orang lain. Masukan mereka bisa membantu melengkapi
kekurangan atau hal yang terlewatkan dalam tulisan kita. Kesalahpahaman atau
data yang kurang masih bisa dibenahi.
Refine. Menghaluskan
tulisan di tahap ke empat ini bertujuan menguji setiap kata sekali lagi
untuk meyakinkan bahwa setiap kata dan kalimat yang telah ditulis sudah
komunikatif. Jika diperlukan mintalah bantuan orang lain untuk menyunting ulang
agar hasilnya lebih teliti. Tulisan yang sudah selesai disunting selanjutnya diterbitkan
di blog dan diserahkan ke penerbit untuk dicetak.
Akhir kata, ketika
Tuhan memanggil saya sebagai penulis maka tulisan inilah yang akan menjadi
bukti bakwa saya mengisi sisa hidup ini dengan menulis. Menulis menunggu kematian,
menulis sampai mati.
Daftar
Pustaka
Assingkily, M. S. (2021). Metode Penelitian Pendidikan (Panduan Menulis Artikel Ilmiah dan Tugas
Akhir). Penerbit K-Media.
Darmalaksana, W. (2020). Menulis Artikel Cepat
Meskipun Tidak Suka Menulis. Kelas Menulis UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 1.
Hermawan, M. (2021). PENINGKATAN KETERAMPILAN
MENULIS PARAGRAF MELALUI PENERAPAN KEGIATAN MENULIS JURNAL DAN PEMANFAATANNYA
UNTUK PENILAIAN AUTENTIK. EDUTAMA.
Rusdiana, A. (2019). Panduan Penulisan Artikel
Jurnal Ilmiah.
Safitri, V., & Dafit, F. (2021). Peran Guru
dalam Pembelajaran Membaca dan Menulis Melalui Gerakan Literasi di Sekolah
Dasar. Jurnal Basicedu, 5(3), 1356-1364.
Biodata
Nurul
Jubaedah lahir di Garut, 19 Mei 1978. Mengajar di MTsN 2 Garut. Pendidikan : D1 Akuntansi (1995), S1 PAI UNIGA ( 2001),
S1 Bahasa Inggris STKIP Siliwangi Cimahi (2007), S2 PAI UIN SGD Bandung (2012).
Prestasi : Pembimbing KIR : Membimbing 27 judul Karya Ilmiah
Remaja kategori sosial budaya, menghantarkan peserta didik juara 1,2,3, dan
harapan 1 kategori Sejarah, Geografi, dan Ekonomi (tingkat Provinsi),
juara harapan 1 dan 2 (tingkat Nasional) (Juli 2019-September 2021), guru
berprestasi tahap 1 di GTK Madrasah (2021), lolos tahap 3 AKMI KSKK Madrasah
(Februari 2022). Karya : 1 buku solo, 20 buku antologi (Januari-April 2022).
Memiliki 540 konten pendidikan di canal youtube dan 56 artikel (Oktober 2021-Mei 2022). Blog :
http://nuruljubaedah6.blogspot.com/. Instagram
(nj_78). Email
: nuruljubaedah6@gmail.com.
Whatsapp : 081322292789.
Keren.. MENULIS HINGGA MATI !
BalasHapusPaska Kematian kita tinggal terima honor dariNYA, pahala jariyah dan kifarat dari masa lalu yang tak slalu sempurna. LANJUTKAN!!!
Siap pak senior laksanakan, salam literasi
HapusSaya suka judulnya, Bu, jika sudah cinta dengan menulis, apapun akan dilakukan, menulis sampai mati!
BalasHapusTerima kasih banyak sudah berkunjung, salam literasi
HapusMasyaallah,,, menulis sampai mati.
BalasHapusLanjutkan berkarya jangan sampai patah semangat
siap ibu, terima kasih atas kunjungannya, salam literasi
HapusSuper bangaet kata2 nya...mengena.....teruslah semangat dan menjafi sumber inspirasi.
BalasHapusTerima kasih banyak atas supportnya salam literasi
HapusIspiring banget Bu Nurul. Barakallahu. Salam sehat dan sukses slalu.
BalasHapusterima kasih banyak .... salam literasi
Hapus