Minggu, 17 Juli 2022

(88) MATSAMA : Budaya Digital

 

MATSAMA : Budaya Digital

Oleh Nurul Jubaedah, S.Ag.,S.Pd.,M.Ag (Guru SKI di MTsN 2 Garut)

Peran dan Fungsi

Kehidupan digital dapat menjadi  budaya jika diwujudkan secara bermakna. Saat ini, kehidupan kita sehari-hari tidak lepas dari peran digital di segala bidang seperti pendidikan, masyarakat, informasi, interaksi,  transaksi. Digital adalah sebuah konsep yang mengacu pada gagasan bahwa teknologi dan internet secara signifikan membentuk pemikiran seseorang dalam  masyarakat.

Meskipun kita tidak bisa lepas dari dunia digital, kita harus bisa menggunakan teknologi baru untuk memperbaiki mulut kita. Jadi semuanya disaring untuk meminimalisir dampak negatif dari kehadiran budaya digital ini. Mengatasinya membutuhkan keterampilan berupa keterampilan digital.

Dalam proses pendidikan, budaya digital muncul secara serempak, asinkron berpadu satu sama lain. Sinkronisitas muncul secara langsung melalui pembelajaran melalui media digital antara guru dan peserta didik. Asinkron terjadi dengan pembelajaran yang terjadi secara dinamis, seperti guru memberikan pekerjaan rumah dan bimbingan belajar. Sedangkan synchronous assembly dan asynchronous  tergabung dalam kombinasi.

Di masa perkembangan era digital itu tentu ada hal yang bisa dilakukan oleh pengajar. Di antaranya, pemilihan alat dan sarana pembelajaran digital, perencanaan program pembelajaran digital, penggunaan strategi interaktif dalam belajar mengajar, menggunakan pendekatan pembelajaran yang tepat bagi peserta didik, serta berorientasi sistem digital dan teknologi.

Selain guru, peserta didik juga perlu berkembang pesat. Bagi peserta didik, upaya yang dapat dilakukan antara lain menentukan lama belajar, menjalin komunikasi dengan guru, membuat kelompok belajar, mencari lokasi belajar yang nyaman, dan menerapkan pola pikir positif.  Sebagai peserta didik, kita juga harus berlatih merangkul perubahan-perubahan yang ada. Perubahan untuk mengembangkan diri menuntut kita untuk belajar lebih giat. Ketika keduanya, sebagai guru dan peserta didik, saling memahami tentang budaya digital. Ini akan membuat kegiatan belajar  lebih mudah dan lebih mudah dipahami dengan menggunakan teknologi digital.

Budaya digital saat ini menjadi budaya baru di masyarakat milenial. Mengenai teori sosiologi budaya, menurut Richard Peterson, perkembangan teknologi yang menghasilkan budaya baru ini karena budaya tidak datang dengan sendirinya, tetapi budaya datang karena  dikonsumsi oleh masyarakat setiap hari.

Etika Bermedia Digital

1.      Hati-hati dalam menyebarkan informasi pribadi (privacy) ke publik

2.      Gunakan etika atau norma saat berinteraksi dengan siapapun di media sosial

3.      Hati-hati dengan akun yang tidak di kenal

4.      Pastikan unggahan di akun media sosial tidak mengandung unsur SARA

5.      Manfaatkan media sosial untuk membangun jaringan atau relasi

6.      Pastikan mencantumkan sumber konten yang diunggah

7.      Manfaatkan media sosial untuk menunjang proses pengembangan diri

8.      Jangan mengunggah apapun yang belum jelas sumbernya

Tanggapan

Terkait  motif, budaya digital  merupakan adaptasi alami terhadap  pembangunan manusia itu sendiri. Kemungkinan pengembangan berkomunikasi ketika ada penghalang jarak dan visibilitas terhadap kondisi geografis, dan komunikasi berorientasi proses komunikasi yang dimediasi.

Hal ini merupakan pengalaman pengguna mengenai perangkat komunikasi, dapat disimpulkan bahwa smartphone, komputer dan Internet dianggap sebagai Media Interaktif:  komputer dianggap sebagai media komputer, sebagai kendaraan Computer Aided Manufacturing  (CAM),  komputer dianggap sebagai  sebagai sumber informasi, bukan sekedar sarana  utusan buatan manusia.

Pengguna perangkat komunikasi menafsirkan komunikasi budaya digital menunjukkan banyak arti, oleh karena itu komunikasi digital adalah bagian terpenting kesadaran ekologis komunikasi. Menyerap dan menggunakan teknologi  perangkat komunikasi yang sangat cepat dan luas dalam berbagai aspek perilaku komunikatif,  agar komunikasi budaya digital dapat dipahami  seperti teknologi.

Budaya digital adalah kontinum tekstual. Hal ini didukung fakta bahwa teknologi digital memungkinkan fleksibilitas dan peluang untuk  pengguna untuk menambah dan mengedit teks multimedia. Ditambah lagi, ini seperti studi kasus  kaskus.com  telah dibahas di atas, perubahan ini mungkin berhasil  Juga tidak berbahaya bagi industri media dan penggunanya.

Studi kasus ini menunjukkan bahwa bahwa budaya digital mendukung prinsip-prinsip tekstual yang bertahan lama dan terbuka masih beberapa keterbatasan. Ketika kita mengatakan bahwa budaya ini  mampu  untuk membuka pintu demokrasi dan kreativitas baru, budaya ini juga  memberikan peluang yang lebih besar untuk penyalahgunaan teks media seperti: Peretasan, konten negatif dan terkait reputasi.

Penegasan bahwa budaya ini juga menawarkan peluang yang terbuka dan demokrasi untuk semua tidak bisa sepenuhnya setuju karena di media digital, ada jenis kontrol tertentu, meskipun tidak seketat kontrol yang diterapkan pada madia tradisional. Terlepas dari segala keterbatasan media digital, penulis percaya bahwa media baru ini  akan terus menginspirasi dan memberi harapan kepada publik menciptakan budaya media yang lebih baik.

Selain itu, perkembangan teknologi kedepannya juga akan mampu meningkatkan peluang bagi masyarakat dalam  pengumpulan, pembuatan dan penyebaran informasi media. Secara optimis dapat dikatakan bahwa industri  media  digital akan terus menghadapi tantangan dan perubahan karena perkembangan teknologi komunikasi.

Perlu dicatat bahwa rasa demokrasi dan hegemoni akan selalu bersaing satu sama lain, yang menyebabkan posisi menjadi berubah pada kekuasaan dan kontrol. Seperti yang dikatakan Hilmes, teknologi tidak mungkin terpisah dari budaya, pasar, dan kekuasaan, tetapi kekuasaan dan dinamika  jejaring sosial juga akan terus mencari cara untuk mempengaruhi sektor media baru  (2002). Oleh karena itu, hal ini akan terus menginspirasi lebih banyak format dan konten  diversifikasi, karena digitalisasi dapat dipahami tidak hanya sebagai teknik baru  proses pasca produksi dan sistem distribusi, tetapi juga cara berpikir yang baru terkait dengan konsumsi media massa.

 

Daftar Pustaka

Afrizal, S., Kuntari, S., Setiawan, R., & Legiani, W. H. (2020, November). Perubahan Sosial pada Budaya Digital dalam Pendidikan Karakter Anak. In Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP (Vol. 3, No. 1, pp. 429-436).

Frida Kusumastuti, Santi Indra Astuti Yanti Dwi Astuti, Mario Antonius Birowo, Lisa Esti Puji Hartanti, Ni Made Ras Amanda, Novi Kurnia. (2021). Etis Bermedia Digital. Kominfo, Japelidi, Siberkreasi.

Melissa, E. (2010). Budaya digital dan perubahan konsumsi media masyarakat. EduTown BSDCity Tangerang, Universitas Swiss German.

Nurhadi, Z. F. (2017). Komunikasi Budaya Digital. Prosiding Konferensi Nasional Komunikasi1(01).

Biodata

Nurul Jubaedah lahir di Garut, 19 Mei 1978. Mengajar di MTsN 2 Garut. Pendidikan  : D1 Akuntansi (1995), S1 PAI UNIGA ( 2001), S1 Bahasa Inggris STKIP Siliwangi Cimahi (2007), S2 PAI UIN SGD Bandung (2012). Prestasi : Pembimbing KIR : Membimbing 27 judul Karya Ilmiah Remaja kategori sosial budaya, menghantarkan peserta didik juara 1,2,3, dan harapan 1 kategori Sejarah, Geografi, dan Ekonomi (tingkat Provinsi), juara harapan 1 dan 2 (tingkat Nasional)  (Juli 2019-September 2021), guru berprestasi tahap 1 di GTK Madrasah (2021), lolos tahap 3 AKMI KSKK Madrasah (Februari 2022). Karya : 4 buku solo, 20 buku  antologi (Januari-April 2022). Memiliki 540 konten pendidikan di canal youtube dan 100 artikel (Oktober 2021-Juli 2022). Blog http://nuruljubaedah6.blogspot.com/. Instagram (nj_78). Email :  nuruljubaedah6@gmail.com. Whatsapp : 081322292789.


3 komentar:

BAB VII Biografi Tokoh Pendiri Organisasi Keagamaan di Indonesia (Uji Kompetensi)

  Uji Kompetensi 1 Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar dengan memberi tanda silang (x) pada salah satu hurufa, b, c atau d pada ...