Oleh Nurul Jubaedah,
S.Ag.,S.Pd.,M.Ag (Guru SKI di MTsN 2 Garut)
Peran
dan Fungsi
Kehidupan digital dapat menjadi
budaya jika diwujudkan secara bermakna. Saat ini, kehidupan kita
sehari-hari tidak lepas dari peran digital di segala bidang seperti pendidikan,
masyarakat, informasi, interaksi,
transaksi. Digital adalah sebuah konsep yang mengacu pada gagasan bahwa
teknologi dan internet secara signifikan membentuk pemikiran seseorang
dalam masyarakat.
Meskipun kita tidak bisa lepas dari dunia digital, kita harus bisa
menggunakan teknologi baru untuk memperbaiki mulut kita. Jadi semuanya disaring
untuk meminimalisir dampak negatif dari kehadiran budaya digital ini.
Mengatasinya membutuhkan keterampilan berupa keterampilan digital.
Dalam proses pendidikan, budaya digital muncul secara serempak, asinkron
berpadu satu sama lain. Sinkronisitas muncul secara langsung melalui
pembelajaran melalui media digital antara guru dan peserta didik. Asinkron
terjadi dengan pembelajaran yang terjadi secara dinamis, seperti guru
memberikan pekerjaan rumah dan bimbingan belajar. Sedangkan synchronous
assembly dan asynchronous tergabung
dalam kombinasi.
Di masa perkembangan era digital itu tentu ada hal yang bisa dilakukan
oleh pengajar. Di antaranya, pemilihan alat dan sarana pembelajaran digital,
perencanaan program pembelajaran digital, penggunaan strategi interaktif dalam
belajar mengajar, menggunakan pendekatan pembelajaran yang tepat bagi peserta
didik, serta berorientasi sistem digital dan teknologi.
Selain guru, peserta didik juga perlu berkembang pesat. Bagi peserta
didik, upaya yang dapat dilakukan antara lain menentukan lama belajar, menjalin
komunikasi dengan guru, membuat kelompok belajar, mencari lokasi belajar yang
nyaman, dan menerapkan pola pikir positif.
Sebagai peserta didik, kita juga harus berlatih merangkul
perubahan-perubahan yang ada. Perubahan untuk mengembangkan diri menuntut kita
untuk belajar lebih giat. Ketika keduanya, sebagai guru dan peserta didik,
saling memahami tentang budaya digital. Ini akan membuat kegiatan belajar lebih mudah dan lebih mudah dipahami dengan
menggunakan teknologi digital.
Budaya
digital saat ini menjadi budaya baru di masyarakat milenial. Mengenai teori
sosiologi budaya, menurut Richard Peterson, perkembangan teknologi yang
menghasilkan budaya baru ini karena budaya tidak datang dengan sendirinya,
tetapi budaya datang karena dikonsumsi
oleh masyarakat setiap hari.
Etika Bermedia Digital
1.
Hati-hati dalam
menyebarkan informasi pribadi (privacy) ke publik
2.
Gunakan etika atau norma
saat berinteraksi dengan siapapun di media sosial
3.
Hati-hati dengan akun yang
tidak di kenal
4.
Pastikan unggahan di akun media
sosial tidak mengandung unsur SARA
5.
Manfaatkan media sosial
untuk membangun jaringan atau relasi
6.
Pastikan mencantumkan
sumber konten yang diunggah
7.
Manfaatkan media sosial
untuk menunjang proses pengembangan diri
8.
Jangan mengunggah apapun
yang belum jelas sumbernya
Tanggapan
Terkait motif, budaya digital merupakan adaptasi alami terhadap pembangunan manusia itu sendiri. Kemungkinan
pengembangan berkomunikasi ketika ada penghalang jarak dan visibilitas terhadap
kondisi geografis, dan komunikasi berorientasi proses komunikasi yang
dimediasi.
Hal
ini merupakan pengalaman pengguna mengenai perangkat komunikasi, dapat disimpulkan
bahwa smartphone, komputer dan Internet dianggap sebagai Media Interaktif: komputer dianggap sebagai media komputer, sebagai
kendaraan Computer Aided Manufacturing
(CAM), komputer dianggap sebagai sebagai sumber informasi, bukan sekedar
sarana utusan buatan manusia.
Pengguna
perangkat komunikasi menafsirkan komunikasi budaya digital menunjukkan banyak
arti, oleh karena itu komunikasi digital adalah bagian terpenting kesadaran
ekologis komunikasi. Menyerap dan menggunakan teknologi perangkat komunikasi yang sangat cepat dan
luas dalam berbagai aspek perilaku komunikatif,
agar komunikasi budaya digital dapat dipahami seperti teknologi.
Budaya digital adalah kontinum tekstual. Hal ini didukung fakta bahwa
teknologi digital memungkinkan fleksibilitas dan peluang untuk pengguna untuk menambah dan mengedit teks
multimedia. Ditambah lagi, ini seperti studi kasus kaskus.com
telah dibahas di atas, perubahan ini mungkin berhasil Juga tidak berbahaya bagi industri media dan
penggunanya.
Studi kasus ini
menunjukkan bahwa bahwa budaya digital mendukung prinsip-prinsip tekstual yang
bertahan lama dan terbuka masih beberapa keterbatasan. Ketika kita mengatakan
bahwa budaya ini mampu untuk membuka pintu demokrasi dan kreativitas
baru, budaya ini juga memberikan peluang
yang lebih besar untuk penyalahgunaan teks media seperti: Peretasan, konten
negatif dan terkait reputasi.
Penegasan bahwa
budaya ini juga menawarkan peluang yang terbuka dan demokrasi untuk semua tidak bisa sepenuhnya setuju karena di media
digital, ada jenis kontrol tertentu, meskipun tidak seketat kontrol yang
diterapkan pada madia tradisional. Terlepas dari segala keterbatasan media
digital, penulis percaya bahwa media baru ini
akan terus menginspirasi dan memberi harapan kepada publik menciptakan
budaya media yang lebih baik.
Selain itu,
perkembangan teknologi kedepannya juga akan mampu meningkatkan peluang bagi
masyarakat dalam pengumpulan, pembuatan
dan penyebaran informasi media. Secara
optimis dapat dikatakan bahwa industri media
digital akan terus menghadapi tantangan
dan perubahan karena perkembangan teknologi komunikasi.
Perlu dicatat
bahwa rasa demokrasi dan hegemoni akan selalu bersaing satu sama lain, yang
menyebabkan posisi menjadi berubah pada kekuasaan
dan kontrol. Seperti yang dikatakan Hilmes, teknologi tidak mungkin terpisah
dari budaya, pasar, dan kekuasaan, tetapi kekuasaan dan dinamika jejaring sosial juga akan terus mencari cara
untuk mempengaruhi sektor media baru
(2002). Oleh karena itu, hal ini akan terus menginspirasi lebih banyak
format dan konten diversifikasi, karena
digitalisasi dapat dipahami tidak hanya sebagai teknik baru proses pasca produksi dan sistem distribusi,
tetapi juga cara berpikir yang baru terkait dengan konsumsi media massa.
Daftar Pustaka
Afrizal, S., Kuntari, S., Setiawan,
R., & Legiani, W. H. (2020, November). Perubahan Sosial pada Budaya Digital
dalam Pendidikan Karakter Anak. In Prosiding Seminar Nasional
Pendidikan FKIP (Vol. 3, No. 1, pp. 429-436).
Frida Kusumastuti, Santi Indra Astuti Yanti Dwi
Astuti, Mario Antonius Birowo, Lisa Esti Puji Hartanti, Ni Made Ras Amanda,
Novi Kurnia. (2021). Etis Bermedia Digital. Kominfo, Japelidi,
Siberkreasi.
Melissa, E. (2010). Budaya digital
dan perubahan konsumsi media masyarakat. EduTown BSDCity Tangerang,
Universitas Swiss German.
Nurhadi, Z. F.
(2017). Komunikasi Budaya Digital. Prosiding Konferensi Nasional
Komunikasi, 1(01).
Biodata
Nurul Jubaedah lahir di
Garut, 19 Mei 1978. Mengajar di MTsN 2 Garut. Pendidikan : D1 Akuntansi (1995),
S1 PAI UNIGA ( 2001), S1 Bahasa Inggris STKIP Siliwangi Cimahi (2007), S2 PAI
UIN SGD Bandung (2012). Prestasi : Pembimbing KIR : Membimbing 27
judul Karya Ilmiah Remaja kategori sosial budaya, menghantarkan peserta didik
juara 1,2,3, dan harapan 1 kategori Sejarah, Geografi, dan
Ekonomi (tingkat Provinsi), juara harapan 1 dan 2 (tingkat Nasional)
(Juli 2019-September 2021), guru berprestasi tahap 1 di GTK Madrasah (2021),
lolos tahap 3 AKMI KSKK Madrasah (Februari 2022). Karya : 4
buku solo, 20
buku antologi (Januari-April 2022). Memiliki 540 konten pendidikan di
canal youtube dan 100
artikel (Oktober 2021-Juli
2022). Blog : http://nuruljubaedah6.blogspot.com/. Instagram (nj_78). Email : nuruljubaedah6@gmail.com. Whatsapp : 081322292789.
Tetap semangat Bu Nurul. Salam sukses
BalasHapusKeren bu, semoga sukses selalu
BalasHapusAamiin ya Allah terima kasih banyak atas supportnya
Hapus