Hina Jadi Mulia
(Oleh Nurul Jubaedah,
S.Ag., S,Pd., M.Ag)
Guru Sejarah Kebudayaan
Islam di MTsN 2 Garut
Mengapa saya
ingin menjadi PNS/ASN?
Sebenarnya kalau saya harus menceritakan
kembali kisah lama rasanya malas dan menyedihkan tetapi, saya rasa saya harus
menuangkan isi dan pikiran saya dengan niat berbagi pengalaman dengan para
pembaca pegiat literasi agar mereka bisa mengetahui dan merasakan apa yang
selama ini saya simpan di hati sehingga apa yang saya alami semoga bisa menjadi
hikmah dan bahan refleksi bersama.
Saya mulai mengajar pada tahun 2000, ketika
itu saya masih berusia 22 tahun dan sudah memiliki seorang anak perempuan yang
masih berusia satu tahun. Saya mengalami baby syndrome sejak memiliki
bayi sampai mempunyai tiga anak. Saya tidak menikmati peran saya sebagai
seorang ibu seperti wanita pada umumnya. Saya merasa tertekan dan stress.
Kenapa?
Selain menjadi guru honorer, saat itu saya
juga berdagang di rumah karena gaji saya hanya Rp 34.000, besar kan? (senyum
saja ya!). Saya berdagang bergantian dengan suami atau ada yang kerja part
time. Tahu kan kalau suami anak mami bisa kerja apa? terus yang bantu dagang di
rumah ternyata “ada main” di belakang? nah, inilah yang tidak mau saya
ceritakan nanti ujungnya jadi ghibah jadi bagian ini saya skip saja, OK!.
Kisah ini berputar dan berlanjut sekitar
tujuh tahun lamanya. Sebentar kan? (senyum lagi saja).
Pada tahun 2004, meskipun gaji saya tidak
cukup untuk sehari-hari, saya nekat melanjutkan jurusan bahasa Inggris dimana
sebelumnya saya juga sudah kuliah jurusan kependidikan Islam. Alhamdulillah
saya bisa membiayai sendiri dari dana Tunjangan Profesi Guru (TPG) yang
dibayarkan dua kali setiap tahunnya. Tidak masalah saya makan dengan garam yang
penting saya bisa mewujudkan mimpi dan anak saya masih bisa hidup dengan layak,
tidak kekurangan dan juga tidak berlebihan.
Ingatlah, Man Jadda Wa Jadda yang
memiliki arti, barang siapa yang bersungguh-sungguh, dia pasti berhasil. Untuk
bersungguh-sungguh harus diawali dengan niat yang baik atas segala yang kita
inginkan. Adapun dalil yang mendasari kalimat man jadda wajada ini
terdapat dalam Surat Al- Baqarah ayat 286 yang berbunyi sebagai berikut.
Artinya, “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya.”
Berdasarkan
penjelasan di atas maka semangat hidup dan rasa percaya diri saya kian
meningkat meskipun dihadapkan dengan keterbatasan ekonomi yang membuat saya
bertambah “gila” ingin mewujudkan mimpi. Semakin besar tekanan hidup semakin
tertantang untuk menaklukkannya. Daripada saya stress memikirkan kegiataan
rutin mending “gila” karena belajar untuk mewujudkan cita-cita yang sudah lama
terpendam, begitulah pemikiran saya.
Saya memiliki banyak profesi dan kegiatan
sambil menunggu diangkat menjadi PNS/ASN, selain mengajar di tingkat SD, SLTP,
dan SLTA, saya juga sambil berdagang, serta
membuka kursus bahasa Inggris dengan nama Nabila English Course. Gaji
mengajar bahasa Inggris dari satu SD saat itu sebesar Rp. 50.000/bulan. saya
mengajar di 6 SD yang berbeda, beberapa tahun berikutnya saya mengajar di
tingkat SLTP dan SLTA juga sempat menjadi Asisten dosen di salah satu perguruan
tinggi yang ada di Tasikmalaya. Ketika saya membuka kursus bahasa Inggris saya
mampu menghasilkan uang sekitar Rp 500.000/ bulan, cuma beda nol di belakang
saja kan dengan gaji guru honor saat itu? (mesem saja).
Dulu saya merasakan bahwa mengajar sebagai
guru honorer, berdagang, dan membuka kursus bahasa Inggris tidaklah cukup untuk
memenuhi kebutuhan hidup keluarga saya. Saya berpikir jika saya menjadi guru
PNS/ASN maka masalah ekonomi akan segera bisa diselesaikan. Seandainya saya
sudah PNS/ASN saya akan memiliki keseimbangan mental, ekonomi, biaya pendidikan
anak, dan seluruh aspek lainnya. Menjadi PNS/ASN adalah tujuan utama dalam
menjalani profesi guru pada saat itu.
Alasan lainnya kenapa saya ingin menjadi
PNS/ASN adalah karena ketika menjadi guru honor perlakuan lingkungan di tempat
saya bekerja kurang menghargai keberadaan saya seperti memandang sebelah mata,
meragukan kompetensi, terdapat kasta jabatan dan yang lebih parahnya terdapat
aroma feodalisme dimana istilahnya bawahan menyembah atasan, ketaatan
memang penting tetapi jika pendapat dibungkam maka pendidikan tidak akan maju.
Saya berharap kalau kelak sudah menjadi PNS/ASN tidak akan ada lagi kejadian
yang memilukan hati ini.
Saya dinyatakan lulus PNS/ASN melalui jalur validasi
tanpa test, saat itu diajukan oleh kepala madrasah setempat untuk
mengikuti pendataan administrasi dan
akhirnya saya terjaring CPNS pada tahun 2004 dan diangkat menjadi PNS/ASN pada
tahun 2007 tetapi turun gaji pertama beserta rapel pada tahun 2010, lama kan?.
Sebenarnya pada saat itu ada tiga orang yang mengikuti validasi PNS/ASN tetapi,
sayalah satu-satunya orang yang lolos administrasi sedangkan kedua teman saya
lolos sertifikasi.
Setelah dinyatakan lulus PNS/ASN banyak
sekali drama, suka, duka, nestapa, ratapan, rintihan, dan sejenisnya. Kenapa
begitu? bukannya kalau sudah lulus seharusnya langsung bahagia? apa saya kurang
bersyukur? apa saya ingin langsung kaya? oh bukan itu. Saya benar-benar risi
untuk menceritakan kembali kisah ini. Tapi jika sudah disampaikan saya harap
ada manfaatnya. Ternyata benar kata pepatah, semakin tinggi pohon maka semakin
besar pula anginnya. Luar biasa, ujiannya ternyata cukup berat.
Pada awalnya, saya mengajar di madrasah
swasta pada tahun 2000-2010. Saat itu hati
saya terluka dikarenakan istri kepala madrasah cemburu terhadap saya. Lalu saya
segera mencari jalan keluar terbaik agar suasana hati kembali pulih. Pada Tahun
2010-2013 saya pindah mengajar ke madrasah swasta lainnya dengan status
diperbantukan (DPT). SK PNS saya seharusnya berada di madrasah negeri tapi
karena gurunya penuh akhirnya saya terpaksa mencari madrasah swasta yang masih
membutuhkan guru PNS/ASN. Alhamdulillah selama tiga tahun saya merasa nyaman
dan terobati bekerja di sini, selain kepala madrasahnya baik hati, ramah, dan
beradab, saya diberikan keleluasaan dalam menuangkan ide dalam mengajar.
Pada tahun 2010-2012 sambil mengajar saya
melanjutkan studi S2 di UIN SGD Bandung dengan niat mensyukuri nikmat Allah SWT
atas pengangkatan PNS/ASN sekaligus untuk menjaga jarak dari Toxic system atau
lingkungan yang tidak support. Saya fokus mengajar sekaligus belajar tentang
hal-hal yang baru untuk meningkatkan kompetensi saya sebagai guru. Saya
berangkat ke kampus naik elf setiap Sabtu dan Minggu. Selama kuliah saya sangat
menikmati prosesnya, masih tetap seperti mimpi saya masih bisa melanjutkan
studi padahal saya sudah berkeluarga dimana kebanyakan perempuan di kampung
biasanya menempuh pendidikan yang alakadarnya dan langsung menikah, tidak ada
lagi peluang untuk melanjutkan studi apalagi berkarir.
Pada Tahun 2013 saya diundang untuk
mengajar di madrasah yang sesuai dengan SK PNS/ASN, karena apa? karena di
madrasah negeri tersebut ada guru yang meninggal. Jadi, dapat disimpulkan jika
tidak ada guru yang meninggal yang sesuai dengan mata pelajaran yang saya ampu
maka saya tidak akan bisa mengajar di sana sampai kapanpun. Apakah ini
dinamakan sebuah keajaiban? ataukah takdir baik? masa sih kalau ada orang yang
meninggal disebut takdir baik. kewalat! welcome to the reality!. Syukuri
dan nikmati, Insha Allah semuanya akan baik-baik saja!, tarik nafas dan
hempaskan!.
Selama saya mengajar di tempat ini, saya
kira semuanya akan indah pada waktunya. Ternyata apa yang saya bayangkan
berbanding terbalik dengan realita. Tekanan dari lingkungan ternyata jauh lebih
dahsyat. Saya pernah difitnah nikah siri dengan kepala madrasah swasta yang
dulu pernah merekomendasikan saya untuk mengikuti CPNS. Secara tidak langsung
berarti mereka meragukan kompetensi saya sebagai seorang guru karena lulusnya
saya menjadi PNS/ASN berkat kedekatan dengan atasan. Saya juga pernah diberi
jargon exclusivisme karena saya hanya dekat dengan guru laki-laki yang
memiliki jabatan saja. Ditambah lagi dengan perlakuan beberapa orang yang sinis,
sentimen, dan yang unik adalah manusia yang bermuka dua, saat bertemu dengan
saya ia sangat ramah tetapi di belakang ia ghibah. Baiklah, skip!
Apapun yang terjadi pasti ada hikmahnya
bukan begitu? peristiwa demi peristiwa saya lalui dengan “awet rajet” selama 5
tahun. Pada tahun 2018 saya mengikuti test membuat soal UAMBN Sejarah
Kebudayaan Islam (SKI) yang diadakan
oleh Kementrian Agama RI KSKK Madrasah. Guru-guru yang mendaftar se-Indonesia
berjumlah 1.800 orang sementara yang dibutuhkan hanya 30 guru saja. Tuhan Maha
baik, Dia mengganti air mata saya menjadi mutiara syurgawi, alhamdulillah saya terjaring di antara 30 guru
tersebut. Keajaiban ini menghantarkan kehidupan saya dari kesedihan menjadi
kebahagiaan. Peristiwa ini sekaligus menjadi ajang pembuktian kepada mereka
yang selama ini meragukan kompetensi saya apalagi strereotipe dengan hanya
mengandalkan nepotisme. Semua tuduhan ini menggugurkannya dan mereka
yang tadinya memandang sebelah mata kini, telah tumbang dengan sendirinya.
Masuk pak Eko!
Setelah lulus test menulis soal, saya
banyak mengikuti kegiatan workshop Nasional di berbagai daerah di pulau Jawa,
Bali, dan Sumatera. Selama dua tahun lamanya saya fokus dengan kegiatan
berkelas ini sampai akhirnya tiba Covid-19. Kegiatan facum dan
akhirnya saya tidak pernah mengikuti kegiatan Nasional lagi. Sebagai gantinya
saya mengikuti webinar Nasional secara daring. Saya memanfaatkan situasi dimana
KBM dilaksanakan secara daring atau Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).
Selama pandemi saya mengumpulkan 120
sertifikat webinar yang pada akhirnya mempermudah saya untuk naik pangkat ke IV-a
pada bulan April 2021 dengan waktu dua setengah tahun saja seharusnya empat
tahun, selain sertifikat juga diperlukan banyak karya ilmiah. Alhamdulillah
semua persyaratan terpenuhi tepat waktu. Inilah sebabnya saya mulai konsisten
menulis artikel. Saya merasa tertinggal oleh teman-teman pegiat literasi yang
sudah banyak menulis buku baik solo maupun Antologi. Tidak ada kata terlambat
ya, better late than never itulah prinsip saya. Mulai sekarang saatnya bangkit
dari kemalasan, saya harus mensyukuri nikmat dengan mencurahkan, menuangkan
ide, gagasan ke dalam tulisan agar bisa bermanfaat kelak untuk generasi yang
akan datang. Saya siap menyambut IV-b!.
Sebagai penutup saya akan berbagi doa
supaya dinaikkan derajat ini doanya. Allahumma inni dhoi’fun faqawwani qa
inni dzalilun fa a’izzani wainni faqiirun fa aghnini ya arhamarraahimiin. “Ya Allah sesungguhnya aku lemah berilah kekuatan
kepadaku, sesungguhnya aku ini hina maka hendaklah Engkau memuliakan aku, dan
sesungguhnya aku ini miskin maka berikanlah kekayaan kepadaku, wahai dzat yang
Maha Penyayang.” Alhamdulillah doa saya dikabulkan menjadi PNS/ASN, saya
berdoa semoga saya yang hina kelak menjadi mulia sehingga dijauhkan dari
lingkungan beracun dan berada di antara mereka yang memiliki support system.
Aamin ya Allah. Salam Literasi.
Biodata
Nurul Jubaedah lahir di Garut, 19 Mei 1978. Pangkat/golongan : Pembina/IV-a. Latar belakang pendidikan : D1 Akuntansi (1995), S1 PAI di UNIGA ( 2001), S1 Bahasa Inggris di STKIP Siliwangi Cimahi (2007), S2 PAI di UIN SGD Bandung (2012). Prestasi : Pembimbing KIR : Membimbing 27 judul Karya Ilmiah Remaja (KIR) kategori Sosial Budaya dan menghantarkan peserta didik juara 1,2,3, dan harapan 1 kategori Sejarah, Geografi, dan Ekonomi (Tingkat Provinsi), harapan 1 dan 2 (Tingkat Nasional) (Juli 2019 - September 2021), lolos guru berprestasi tahap 1 di GTK Madrasah (2021), lolos tahap 3 AKMI KSKK Madrasah (Februari 2022). Karya : 12 buku antologi (Januari-April 2022). 510 konten pendidikan di canal youtube a.n Nurul Jubaedah. Website : 17 Artikel a.n Nurul Jubaedah (Oktober 2021-April 2022, Instagram (nj_78).
What an amazing experience Mz Ju. Keep fighting. 💪
BalasHapusThank you🙏
HapusAlhamdulillah luar biasa artikel yang Panjenengan goreskan Ibu, syukuri dan nikmati kunci dalam setiap proses kehidupan.
BalasHapusSemoga Ibu sehat dan sukses selalu Aamiin Ya Robbal Alamiin.
Terima kasih banyak sudah mapir, Aamiin ya Allah, salam literasi 🙏
HapusMenyimak tiap kalimat yang tersaji dari hati yang paling dalam. Menikmati semua paket indah dari Allah. Smg kesuksesan membuat kita semakin tawadhu
BalasHapusTerima kasih banyak ibu telah sudi mampir, aamiin ya Allah 🙏
HapusPerjuangan yang luarrrr biasa,Salut pokoknya.Sukses selalu.....
BalasHapusAamiin terima kasih banyak 🙏
HapusLuar biasa...Salam sukses
BalasHapusMasya Alloh... Tabarokalloh sungguh Luar biasa perjuangan yang hebat, semoga menjadi inspirasi bagi generasi berikutnya
BalasHapusTerima kasih banyak aamiin ya Allah 🙏
Hapus