Pemikiran Perempuan Perkasa
(Oleh Nurul
Jubaedah, S.Ag.,S.Pd.,M.Ag, Guru SKI di MTsN 2 Garut)
Perkasa bukan selalu berarti
bertubuh kuat, berotot besar, dan berbadan tinggi kekar. Perkasa pada perempuan
mengandung makna memiliki mental yang kuat, nyali yang besar, multitasking,
percaya diri, dan berani mengambil resiko. Perempuan perkasa menunjukkan
kekuatan semangat dan kegigihan yang luar biasa ketika menghadapi masalah dan
mengalami masa-masa sulit. Tipe perempuan perkasa tidak mau meratapi nasibnya
karena mereka sudah mempersiapkan problem solving untuk setiap masalah,
mereka memiliki prinsip yang kuat dalam menerapkan segala rencana dalam hidup
mereka.
Perempuan perkasa
mengingatkan kita pada sosok perempuan Indonesia yang sudah sangat fenomenal
yaitu R.A Kartini. Kartini yang terkenal dengan perjuangannya membela hak-hak
perempuan Indonesia agar bisa menikmati kemerdekaan berfikir dan layak
menikmati tingginya pendidikan. R.A Kartini adalah seorang tokoh feminis pertama
Indonesia yang dikukuhkan sebagai pahlawan nasional dan hari lahirnya
diperingati oleh seluruh rakyat Indonesia. Memang, R.A Kartini bukanlah
satu-satunya pejuang kemerdekaan perempuan namun perjuangan R.A Kartini yang
paling keras adalah pendidikan, karena R.A Kartini yakin hanya pendidikan alat
satu-satunya untuk mengangkat derajat peremuan dan menyadarkan masyarakat
tentang pentingnya peran perempuan dalam membangun peradaban. Kartini di masa lalu tentu memiliki tujuan
yang sama dengan Kartini di masa sekarang dan Kartini di masa yang akan datang.
Lalu, adakah perbedaannya?. Tentu saja ada. Mari kita simak penjelasan berikut
ini.
Kartini
di Masa Lalu
R.A Kartini sangat kental dengan budaya Jawa yang
menempatkan perempuan sebagai manuasia kelas dua setelah laki-laki. Perempuan
tidak memiliki kekuasaan atas dirinya sendiri. Perempuan tidak memiliki
kebebasan untuk mengaktualisasikan diri. Tugas perempuan hanya di dapur, sumur,
dan kasur, karena tak ubahnya sebagai budak dari tuannya, dimana segala
kehidupan perempuan telah diatur sedemikian rupa orang tua dan penuh kepatuhan
khususnya pada golongan bangsawan Jawa.[1]
Secara intelektual, R.A Kartini adalah sosok
pembelajar yang sejati. R.A Kartini sangat gemar membaca. Banyak sekali buku-buku
dan segala sumber bacaan menjadi pusat perhatian R.A Kartini. Bukan hanya
dibaca saja, melainkan juga dengan pemahaman, penelaahan, dan penulisan kembali
apa-apa yang telah dibacanya secara menyeluruh ke dalam gagasan-gagasannya
sendiri. R.A Kartini mengambil sari pati dari kebudayaan yang baik, kemudian
mengasimilasikan dengan budaya Indonesia.
R.A Kartini menghadapi banyak tantangan ketika sedang
mengikuti kegiatan belajar, seperti dikucilkan dan dipandang sebelah mata oleh
para pelajar dan guru dari Belanda serta dari kaum bangsawan pribumi yang
didominasi oleh kaum laki-laki. Mereka melihat sosok perempuan seperti R.A
Kartini tidak biasa, tidak lumrah, dan masih tidak layak seperti pada umumnya
untuk menempuh pendidikan tinggi. Perempuan pribumi seharusnya diam di rumah,
dipingit oleh orangtuanya sampai mereka menemukan pasangan hidupnya yang tentu
saja hasil perjodohan orang tuanya.
Kartini
di Masa Sekarang
R.A Kartini menekankan pendidikan keterampilan bagi
perempuan dengan memasak, menjahit, merenda, dan keterampilan lain yang mempu
menunjang kemandirian perempuan. Perempuan harus bebas, di mana kebebasan ini
berupa kemerdekaannya sebagai perempuan. Perempuan tidak terikat dalam
budaya-budaya yang mengekang kehidupannya. Perempuan diharapkan mampu bersaing
dengan laki laki dalam dunia kerja, menghasilkan tenaga kerja terampil dan
memiliki kualifikasi yang baik dengan kesiapan ilmu yang dimiliki dam
seperangkat dorongan untuk berprestasi.
Setelah wafatnya R.A Kartini banyak tumbuhnya
pemikir-pemikir Islam yang progresif dalam mengembangkan pendidikan Islam
dengan lahirnya berbagai gerakan organisasi keagamaan yang bergerak dalam
politik, sosial, maupun pendidikan. Kepada kaum perempuan hendaknya dapat
memposisikan dirinya dengan baik dalam keluarga maupun masyarakat untuk
membentuk peradaban yang berkemajuan dengan melahirkan generasi muslim yang
kuat dalam Iman takwa (IMTAK) dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).
Kartini di Masa yang Akan Datang.
Persiapkan diri kita untuk
menjadi perempuan perkasa yaitu perempuan yang berkepribadian tangguh seperti
R.A Kartini. R.A Kartini memiliki cita-cita yang tinggi, berpendidikan, dan
bebas untuk memilih profesi apa saja sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh
kaum perempuan itu sendiri. Menjadi R.A Kartini di masa yang akan datang tidak
hanya memiliki wawasan luas tetapi juga harus beradaptasi dengan revolusi 5.0
yang menguasai literasi digital, berfikir computational thinking, melakukan
kegiatan rutin dengan melibatkan kecanggihan teknologi yang bertujuan untuk
memberikan kemudahan dalam melaksanakan aktivitas harian.
Imam Darul Hijrah, Imam
Malik rahimahullah pernah berkata pada seorang pemuda Quraisy,: “Pelajarilah
adab sebelum mempelajari suatu ilmu.”. Kartini di masa yang akan datang
akan mengutamakan adab sebelum ilmu, meskipun Kartini memiliki pemikiran yang
perkasa namun, ia akan menyadari kodratnya sebagai perempuan yang akan menjadi
seorang istri dan ibu yang mengandung, membesarkan, dan mendidik anak-anaknya.
Kartini di masa yang akan datang akan menjadi perempuan multitasking yang
berfikir metakognitif. Ia akan menjadi tiang rumah tangga, agama, dan negara.
Memang tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini tapi Kartini di masa yang
akan datang akan menyempurnakan prosesnya. Proses jauh lebih berharga daripada
hasil. Jadilah perempuan perkasa yang masagi.[2]
Mengapa
Pendidikan Penting bagi Perempuan?
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ {1} خَلَقَ الإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ {2} اقْرَأْ وَرَبُّكَ اْلأَكْرَمُ
{3} الَّذِي عَلَّمَ ابِالْقَلَمِ
{4} عَلَّمَ اْلإِنسَانَ مَالَمْ يَعْلَمْ
{5
“Bacalah dengan (menyebut) nama tuhanmu yang menciptakan, Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan tuhanmu lah yang
paling pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar
kepada manusia apa yang tidak diketahui.” (Q.S. Al-a’alq ayat 1-5)
Berdasarkan ayat di atas
dijelaskan bahwa perempuan menempuh pendidikan sebagai refleksi dari ibadah
dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT, menaikkan derajat dalam menuntut ilmu,
melindungi diri untuk mendapat pahala. Perempuan akan menjadi pendidik untuk
anak-anaknya sehingga mendapatkan kebaikan dan menjadi amal jariyah.
Mengapa Perempuan harus Mandiri?
Pentingnya menjadi perempuan
mandiri maka ia akan mampu meminimalisir bantuan orang lain. Ia memiliki
kehidupan yang terencana dan tertata sehingga ia memiliki tujuan hidup, mimpi
yang besar dan akan berusaha untuk meraih serta mewujudkan apa yang telah dia
cita-citakan. Perempuan mandiri memiliki rasa percaya diri yang tinggi sehingga
ia bertanggung jawab pada dirinya sendiri. Perempuan mandiri memiliki mental
baja sehingga ia tidak mudah menyerah dalam menjalani hidup. Perempuan mandiri
mampu mencari solusi pada setiap permasalahan yang dihadapi, ia memiliki
kepribadian yang kreatif dan kritis.
Hambatan
apa yang dihadapi oleh Perempuan yang berpendidikan Tinggi?
Tidak semua idealisme yang
dimiliki oleh perempuan berjalan dengan mulus. Impian perempuan untuk melanjutkan studi
tanpa terintervensi urusan rumah tangga tampaknya mesti kalah dengan opini
bahwa menikah patut lebih diprioritaskan dibanding studi. Hambatan yang
dihadapi oleh perempuan yaitu beban ganda. Peran sebagai istri, ibu, dan
pelajar sekaligus diembannya. Hal ini yang akan menjadi pemicu konflik pada
saat ia menuntut ilmu. Perempuan mesti dua kali lipat bekerja keras untuk
menyeimbangkan perannya. Beban serupa jarang ditemukan pada mayoritas laki-laki.
Masyarakat meyakini bahwa
wajar bila laki-laki berada di luar rumah, bekerja atau meraih cita-cita
setinggi-tingginya, termasuk lewat bersekolah, bukan mengurus persoalan
domestik.
Perempuan dalam Islam
Pemikiran R.A. Kartini menumbuhkan
golongan-golongan pergerakan Islam yang berorientasi untuk mengembangakan
pendidikan Islam yang progresif dan berkemajuan. Pendidikan Islam mengalami
perkembangan yang sangat pesat yang mampu menjawab tantangan zaman. Banyak
sekolah Islam didirikan terbuka untuk anak perempuan tidak hanya anak
laki-laki. Islam memandang perempuan sebagai makhluk istimewa yang diciptakan
Allah SWT. Datangnya Islam memberikan kebebasan dan kemerdekaan kepada
perempuan terlebih dalam hal kebebasan memperoleh pendidikan.
Pandangan Islam terhadap perempuan
dapat dilihat dalam beberapa hal seperti berikut: 1) kedudukan perempuan dalam
Islam, dapat dilihat dari sejarah sebelum dan setelah kedatangan Islam, selain
itu juga terdapat ayat AlQuran yang menjelaskan kedudukan perempuan yaitu Q.S.
Al-Hujurat ayat 13 dan Q.S. An-Nisaa ayat 34 yang ditafsirkan dari beberapa
tafsiran, 2) Dasar Pendidikan Perempuan yang dapat dilihat dalam Q.S. Az-Zumar
ayat 9, 3) Tujuan pendidikan perempuan yang bertitik tolak pada tujuan
pendidikan Islam yaitu menjadikan peserta didik sebagai insan kamil dan
khalifah fil ardhi, 4) Peran pendidikan perempuan dibagi menjadi dua, yaitu:
peran dalam keluarga dan peran dalam masyarakat.[3]
Daftar Pustaka
Maftucah Yusuf, Perempuan Agama dan
Pembangunan Wacana Kritis atas Peran dan Kepemimpinan Wanita, (Yogyakarta:
Lembaga Studi dan Inovasi Pendidikan, 2000),
Ramayulis, Ilmu
Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2015)
Shalah Qazan, Membangun Gerakan Menuju
Pembebasan Perempuan (Solo: Era Intermedia, 2001),
Fatima Umar Nasif, Menggugat Sejarah
Perempuan, Mewujudkan Idealisme Gender sesuai Tuntunan Islam (Jakarta: CV
Cendekia Sentra Muslim, 2001)
Asghar Ali Engineer, Hak-hak Perempuan dalam Islam (Yogyakarta:
LSPPA, 2000)
Idris Apandi, "Mengenal Kurikulum Pendidikan
“Masagi” Kota Bandung", Klik untuk baca:
https://www.kompasiana.com/idrisapandi/57a99effbb22bd8b11136f0e/mengenal-kurikulum-pendidikan-masagi-kota-bandung?page=all.
Biodata
Nurul Jubaedah lahir di Garut, 19 Mei 1978. Pangkat/golongan : Pembina/IV-a. Latar belakang pendidikan : D1 Akuntansi (1995), S1 PAI di UNIGA ( 2001), S1 Bahasa Inggris di STKIP Siliwangi Cimahi (2007), S2 PAI di UIN SGD Bandung (2012). Prestasi : Pembimbing KIR : Membimbing 27 judul Karya Ilmiah Remaja (KIR) kategori Sosial Budaya dan menghantarkan peserta didik juara 1,2,3, dan harapan 1 kategori Sejarah, Geografi, dan Ekonomi (Tingkat Provinsi), harapan 1 dan 2 (Tingkat Nasional) (Juli 2019 - September 2021), lolos guru berprestasi tahap 1 di GTK Madrasah (2021), lolos tahap 3 AKMI KSKK Madrasah (Februari 2022). Karya : 12 buku antologi (Januari-April 2022). 510 konten pendidikan di canal youtube a.n Nurul Jubaedah. Website : 17 Artikel a.n Nurul Jubaedah (Oktober 2021-April 2022, Instagram (nj_78).
[1] Kartono,
Sudewo, dan Suhardjo, Perkembangan Peradaban Priyayi (Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 1987), hlm 100.
[2]
“Masagi” adalah filosofi sunda yang singkat-padat tetapi memiliki makna yang
mendalam. ”Jelema masagi”(Natawisastra,1979:14, Hidayat, 2005:219) artinya
orang yang memiliki banyak kemampuan dan tidak ada kekurangan. Masagi berasal
dari kata pasagi (persegi) yang artinya menyerupai (bentuk) persegi.
[3] Teori-teori di atas dapat dilihat dalam referensi sebagai
berikut: Maftucah Yusuf, Perempuan Agama dan Pembangunan Wacana Kritis atas
Peran dan Kepemimpinan Wanita, (Yogyakarta: Lembaga Studi dan Inovasi Pendidikan,
2000), Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2015) , hlm.
211-219, Shalah Qazan, Membangun Gerakan Menuju Pembebasan Perempuan (Solo: Era
Intermedia, 2001), hlm. 58, Fatima Umar Nasif, Menggugat Sejarah Perempuan,
Mewujudkan Idealisme Gender sesuai Tuntunan Islam (Jakarta: CV Cendekia Sentra
Muslim, 2001), hlm. 17-36, Asghar Ali Engineer, Hak-hak Perempuan dalam Islam
(Yogyakarta: LSPPA, 2000), hlm. 31-34.
Dari pengamatan dan berliterasi kita semakin paham. Bagaimana memposisikan diri sebagai seorang ibu sejati.
BalasHapusBetul, tanggung jawab dan melindungi adalah yang utama meskipun dalam keadaan sayap patah.
Hapus